***
POV Madinah Almayra
"Aku benar-benar merasa bersalah dan menyesali segala tindakan dan perilaku ku. Selama ini Bapak sakit karena ulah ku. Aku bener-bener menyesali semua-muanya," Ucap Mae kepada dirinya sendiri.
Mae mengambil handphone di dalam tasnya kemudian membuka aplikasi media sosial instagram. Mae memulai memfoto jalan yang dilaluinya dan mencoba mengambil gambar yang menurutnya dianggap indah dan bagus. Setelah mengambil gambar, Mae mengupload nya ke media sosial dan memberikan captions "Penyesalan adalah awal dari terbentuknya puing-puing kesadaran yang terlambat!," Tulis Mae pada unggahan foto randomnya.
Mae kembali melamun setelah mengunggah foto itu. Namun tidak lama main berdiri dan berjalan menuju telolet. Tiba di toilet Mae melihat dirinya di cermin. Kini Mae mulai menggunakan hijab syar'i nya kembali seperti saat ia di kampung. Perasaan bersalah dan rasa khawatir terus saja merasuki dan menghantui pikiran Mae.
"Tut," sebuah pesan masuk melalui Instagram Mae.
Dibukanya pesan tersebut dan ternyata pesan yang masuk datang dari salah satu sahabatnya yang ada di kampung yakni Fajar yang senantiasa menjenguk Pak Rahman ayahnya.
Mae membaca pesan itu yang berisikan, "Mae di mana atuh? bapak sakit. Bapak selalu nyebut nama Mae. cepat aku pulang yah," tulis fajar pada pesan yang dikirimnya ke Mae.
Mae kembali meneteskan air mata membaca pesan oleh Fajar. Namun seseorang masuk ke toilet sehingga membuat Mae berhenti menangis karena ia merasa tidak enak dan akhirnya Mae memilih meninggalkan toilet tersebut dan berjalan kembali menuju tempat duduknya.
Tiba di kursi Mae kembali membuka handphonenya dan mengecek media sosial instagramnya. Pada instagram tersebut terdapat sebuah pesan masuk, kemudian dicek lah pesan itu dan ternyata pesan tersebut oleh Sarah satu geng pada The Devils Squad.
Isi pesannya bertuliskan, "loo domana sih? Main kabur aja," tulis Sarah.
Mae kemudian membalas pesan tersebut dan menulis, "bokap gue sakit jadi sekarang gue sementara di perjalanan pulang kampung," balas Mae pada Sarah.
"Cepet kembali yah. Gue nunggu lo dan teman yang lainnya. Hati-hati di jalan Madinah Almayra," tulis Sarah dan mengirimkannya lagi ke Mae.
"Iya," balas Mae dengan singkat.
***
POV Angga Aldivano
Hari ini Angga tiba di kantor lebih cepat dibanding Baim. Entah ada apa gerangan sehingga ia datang lebih awal. Angga memasuki ruangan Baim dan dilihatnya Baim sedang duduk di kursinya sembari memeriksa dokumen yang tengah menumpuk di meja kerjanya.
Tanpa permisi dan salam, Angga langsung saja menerobos masuk dan menceritakan apa yang ia dengar dari Syifa melalui telepon tadi pagi. Itulah alasan sehingga Angga datang lebih awal karena kejadian yang ia dengar lewat Syifa membuatnya shock.
"Baim kok lu bisa bareng sih sama Syifa, sekamar lagi? Waduh gila nih sahabat gue ternyata selama ini dia diem diem, eh ujung-ujungnya luluh juga sama rayuannya Syifa," Ucap Angga dengan ledekan dan suara tawanya mengisi ruangan Baim.
Melihat angga berbicara tanpa henti, Baim hanya mampu melihatnya dengan tatapan jengkel. Angga pun tertawa tiada henti. Dan akhirnya Baim bersuara dan memberi penjelasan terhadap pertanyaan Angga.
"Gue bisa sekamar sama sahabat lo karena dia tiba-tiba jatuh pingsan ketika di basement. Terus gue nggak punya pilihan gue masukin dia ke dalam mobil gue then finally gue bawa dia ke apartemen soalnya gue telepon lo tapi nomer lo enggak aktif sama sekali dasar lu setan," jawab Baim dengan ketus.
Mendengar jawaban Baim, Angga mulai berhenti tertawa dan mengajak Baim keluar kantor untuk ngopi dan sarapan diluar. Namun Baim menolak dengan alasan ia harus memeriksa banyak laporan. Mendengar penolakan yang di lakukan Baim, Angga tunduk dan tidak memaksa sahabatnya itu.
" ya udah kalau lo nggak mau, gue ngopi di sini aja ya Im," Ucap Angga.
Baim hanya membalas dengan menganggukkan kepalanya dan ikut menitip segelas kopi untuknya. Angga meninggalkan ruangan Baim dan berjalan menuju dapur kantor uyang telah disiapkan.
***
POV Madinah Almayra
"Hal yang paling ku sukai saat berada di kampung halaman adalah suasana desa di pagi hari," ucap Mae dalam hati.
Madinah Almayra telah tiba di desanya, Desa Sukamaju. Mae tampak begitu gembira karena dapat menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya.
"Ojek Bang," Ucap Mae kepada seorang tukang ojek yang sedang mangkal di stand ojek seperti biasanya.
"Oh, ayo neng," jawab Tukang ojek.
Mae kemudian naik di motor tukang ojek tersebut dan langsung bergegas menuju kediaman Madinah Almayra.
Untuk menuju ke Desa Sukamaju, Mae harus naik ojek hingga dua puluh menit lamanya. Mae sangat menikmati perjalanannya saat itu. Sudah lama sekali matanya tak melihat pemandangan seperti itu.
Mae merogoh ponsel yang ada disaku bajunya dan memotret pemandangan yang tersiar indah dipandangan.
"Neng mau kemana atuh?," Tanya tukang ojek kepada Mae.
"Ya Bang, gimana?" Tanya Mae karena tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Tukang ojek tersebut.
"Saya antar kemana ini?" Jawab Tukang ojek dengan suara lebih keras sehingga kali ini mampu didengar oleh Mae.
"Antar saya ke Desa Sukamaju bang, rumah Pak Rahman," jawab Mae.
"Oh anaknya Pak Rahman yah neng?" Tanya tukang ojek.
"Iya Bang, saya anaknya?, Jawab Mae secara singkat.
Motor melaju dengan kecepatan sedang karena kondisi jalan yang kurang memungkinkan sehingga setiap kendaraan tidak mengikuti kondisi jalanan yang belum tersentuh oleh aspal.
Saat ini Mae telah tiba di halaman rumahnya, tapi rumah tersebut terlihat sangat sepi.
Mae segera turun dari motor dan membayar ongkosnya.
"Berapa bang?" Tanya Mae.
"20 ribu aja neng. Salam sama Bapak yah. Tanyain dari Bapak Rudi," kata Tukang ojek yang ternyata bernama Pak Rudi.
"Baik Bang. Terimakasih," jawabku.
Tukang ojek berlalu meninggalkan kediaman Pak Rahman Dan Mae mulai melangkahkan kakinya masuk menuju rumahnya. Langkah demi langkah dan perasaan bersalah namun akhirnya tibalah Mae tepat didepan pintu.
"Assalamualaikum," ucap Mae lalu mengetuk pintu secara perlahan.
***
POV Baim Devandra Widyanto
Baim sedang menikmati kopi yang dibawa oleh Angga dari dapur kantornya. Segelas kopi sangat cocok pada saat hujan seperti ini.
"Baim, sampai kapan sih lo gini terus?" Tanya Angga.
"Gini gimana maksud loo?" Tanya Balik Baim kepada Angga.
"Yah maksud gue, loo cari pasangan lah yang serius, nyokap bokap loo akan maunya kayak gitu. Bukan nyokap bokap aja, tapi gue juga pengen liat loo punya pasangan secepatnya gitu," jelas Angga membuat Baim melamun di kursinya.
"Gue juga bingung Angga," jawab Baim terlihat lesu.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar ruangan Baim.
"Masuk," ucap Baim.
Salah seorang staf berjalan menuju Baim dengan membawa sebuah map berwarna biru.
"Silahkan duduk Andin," ucap Baim kepada Andin yang merupakan staf bagian marketing.
"Ada apa?" Tanya Baim.
"Ini Pak laporan keuangan minggu ini," jawab Andin dan menjelaskan pada Baim lebih detail lagi.
Belum selesai Andin menjelaskan mengenai laporan yang dibawanya, tiba-tiba saja terdengar suara sepatu seorang wanita seperti sedang berlari. Wanita tersebut tak lain ialah Syifa sekretaris dari Baim Devandra Widyanto.
"Yuhuuuuuuuuu. Ayang ku Pak Baim," Ucap Syifa membuat Angga, Andin dan juga Baim merasa shock memden perkataan Syifa.
Andin dan Angga kini senyum-senyum sendiri melihat tingkah Syifa, namun nerbe dengan Baim. Baim tampak begitu kesal dengan perkataan Syifa yang melabeli dirinya sebagai milik Syifa.
Andin pun meminta izin untuk keluar karena merasa urusan dengan bosnya sudah selesai.
"Kalau begitu, saya kembali ke ruangan yah Pak," Ucap Andin.
"Oh iya, silahkan" Jawab Baim.
Suasana tampak kikuk karena tidak ada obrolan sama sekali. Kali ini Baim begitu enggan untuk membuka suara, yang ia lakukan adalah sibuk dengan laptopnya. Begitupun dengan Angga, Angga sama sekali tidak berbicara dan hanya sibuk dengan gawainya.
"Hello, ini Syifa loo yang datang. Kok abaikan Syifa sih," Kata Syifa membuat ruangan kembali berisik.
Namun, lagi-lagi tak ada respon dari Baim ataupun Angga. Syifa pun tidak kehabisan ide, akhirnya ia berinisiatif untuk menyanyi karena bagi Syifa dengan bernyanyi akan di respon oleh Baim.
Syifa mulai mencari lagu di YouTube dan menulis di pencariannya dengan "Lagu Zaskia Gotik- Cinta Satu Malam."
"Cinta satu malam oh indahnya, cinta satu buatku melayang," Syifa bernyanyi sembari berjoget dihadapan Baim tapi Baim sama sekali mengabaikannya.
"Angga, usir dia" Perintah Baim kepada Angga dengan mimik wajah mengerikan.
Melihat Baim bersuara dan ekspresi wajah seperti itu membuat Syifa merasa deg-degan dengan Baim.
"Syifa mending loo keluar deh. Cepat!!!" Ucap Angga dengan nada tinggi hingga Syifa tanpa kata-kata apapun langsung bergegas meninggalkan ruangan Baim.
Ruangan Baim kembali sepi, ia tampak frustasi karena ulahnya semalam dengan membawa Syifa ke apartemennya. Padahal ia hanya berpikiran untuk menolong Syifa tapi ternyata Syifa hanya menipunya. Baim menyesal dengan tindakannya. Kini rumor tentang dirinya dan sekretarisnya telah bersama semalaman di apartemen beredar kemana-mana.