POV Rumah Pak Rahman
***
Pagi hari suansana haru dan bahagia meliputi keediaman Pak Rahman karena hasil pengumuman yang keluar menunjukkan Mae berhasil diterima di Universitas Garuda yang ia dan semua siswa SMA di kampungnya mengidam-idamkan Universitas tersebut.
"Alhamdulillah Mak, Pak Mae lulus", ucap Mae dengan wajah senyum sumringah.
Pak Rahman dan Bu Ratih langsung memeluk putri semata wayangnya itu.
"Bapak dan Ibu benar benar bangga padamu Nak, Kamu memang putri kebanggaan kami", Ucap Pak Rahman memuji Mae.
Keluarga kecil tersebut bergegas menuju meja makan. Di meja makan sudah tersedia teh manis dan juga kue donat yang menjadi sarapan wajib di keluarga kecil itu.
POV Angga Aldivano
***
Tampak Angga sahabat Baim tengah bersenang-senang di sebuah Club ternama ada di Jakarta yang merupakan tempat nongkrong hampir setiap malam. Angga Aldivano juga merupakan termasuk anak konglomerat. Ayah Angga Pak Herman Soedirja pemilik perusahaan Soedirja Group namun hidup Angga berbeda dengan Baim. Baim berada dilingkungan yang mana kedua orang tuanya sangat memperhatikan dan menyayanginya serta orang tua yang masih utuh. Berbeda halnya dengan Angga, Angga adalah Anak Piatu. Ibu Sukma Tri Putri sudah meninggal sejak mengalami kecelakan mobil saat Angga berusia 10 tahun.
Angga juga tidak memilih untuk berkerja di perusahaan Ayahnya karena hubungan Angga dan Ayahnya sangatlah buruk. Bahkan ketika bertemu ataupun berpapasan, Angga langsung membuang muka.
"Tambah bir nya lagi dong cantik," Goda Angga kepada waiters yang sedang berjalan didepannya.
Sang waiters pun langsung menuangkan bir kedalam gelas milik Angga. Terlihat beberapa gadis cantik duduk bersama dengan Angga. Musik DJ memenuhi club tersebut yang membuat para pengunjung semakin semangat untuk goyang dan mabuk-mabukan dengan alkohol. Semakin larut malam pula, gadis gadis cantik juga ikut berkeliaran mencari mangsa lelaki idung belang yang tentunya berduit.
"Hai Angga, sudah lama yah kita nggak bareng. Rindu Angga deh," Goda Angel salah satu gadis nakal yang bekerja di club tersebut.
"Hai Via, Miss you too," Ucap Angga sambil mengecup Pipi kanan Angel.
"Hei it's me Angel, not Via. Angga jahat deh. Kok lupa sih sama Angel yang cantik, seksi dan imut ini," jelas Angel kepada Angga.
"Oh Angel sayang, Angga nggak lupa dong sama si cantik Angel," Jawab Angga disertai ciuman ke bibir Angel.
Dengan penuh hasrat seksual akibat balasan ciuman Anggel kepada Angga, mereka pun berlalu menuju kamar 703. Di kamar tersebut, Angga menyalurkan hasratnya kepada Gadis cantik yakni Angel. Untuk kesekian kalinya, Angga sudah menikmati setiap gadis yang ada di club tersebut.
POV Baim Devandra Widyanto
*
"Angga kemana sih, gue telpon nggak diangkat, di WhatsApp juga nggak di bales," gerutu kesal Baim di kamarnya.
Tampak Baim sedang bingung
mempertanyakan keberadaan sahabatnya itu. Baim mencari Angga karena sahabatnya itu yang memegang proposal penting milik Baim yang akan dipresentasikan ke rekan bisnisnya. Semakin larut malam, Baim semakin kesal dengan Angga. Hingga saatnya baru terpikirkan oleh Baim bahwa kemungkinan Angga sedang berada bersama dengan perempuan nakal di club.
"Damn. Kok gue ingat yah, pasti Angga bareng bitch lagi di club sama," Ucap Baim dengan kesal.
Segera Baim bergegas keluar kamarnya dan mengambil mobil sportnya untuk dipakai ke club tepat dimana Angga berada.
Tiba di Club, Baim langsung menuju ke meja bir. Di meja tersebut Baim langsung ditawari Bir oleh waiters dan dikerumuni gadis gadis nakal tetapi Baim menolak dan mengabaikan gadis gadis tersebut. Baim hanya fokus pada tujuannya itu yakni mencari sahabatnya Angga.
"Loe liat dia nggak," tanya Baim sembari memperlihatkan foto Angga kepada seorang waiters.
"Ohhh dia bareng Angel," jawab Waiters.
"Kemana?," Tanya Baim dengan sangat antusias.
"Dia ke kamar. Tapi gue nggak tahu pasti kamar berapa, jelas Waiters kepada Baim.
"nggak mungkin kan gue buka satu persatu kamar para bitch di atas," ucap Baim dalam hati.
Kini Baim hanya duduk dipenuhi pikiran bingung. Memikirkan hal hal yang buruk.
"Jangan jangan Angga ngilangin tuh proposal, atau dia bakal mati, atau bahkan ... Sialllll Angggaaaaa loe dimana bangkeeee," teriak Baim sangat kesal.
Tiba-tiba seorang lelaki datang dan memeluk Baim dari belakang membuat Baim terkejut.
"Gue disini Immmmm. Ngapain loeeee? It is not your place," ucap Angga disertai ledekan dan tertawa.
"Woii, gue nyariin loe setan. Loe simpan dimana tuh proposal?" Tanya Baim dengan kesal.
Belum menjawab pertanyaan Baim, Angga pun langsung pingsan dan luruh ke lantai. Baim pun segera menopang tubuh Angga di menuju mobilnya. Tiba di mobil, Baim mencari kunci mobil milik Angga. Selang beberapa menit kemudian, Baim menemukan kunci tersebut dan bergegas mencari mobil Angga.
Setelah keliling diparkiran, akhirnya Baim menemukan mobil Angga yang terparkir begitu rapinya pada sudut bangunan. Baim membuka pintu mobil dan mencari proposal penting miliknya. Dan akhirnya Baim menemukan apa yang ia cari yaitu Proposal penting untuk rapat besok.
POV MADINAH ALMAYRA
*
"Bapak dan ibu sehat sehat yah,"Ucap Mae kepada Bapak dan Ibunya sembari memeluk mereka berdua.
Suasana sedih ketika pagi hari kembali menyelimuti keluarga kecil tersebut akan kepergian Mae ke ibu kota Jakarta untuk melanjutkan studinya yakni di Universitas Garuda.
"Sayangnya Ibu, kamu jaga diri yah, jaga kesehatan, jangan lupa sholat yah nak," nasihat Ibu Ratih kepada putrinya.
"Iya Bu. Mae jaga diri. Pasti itu," jawab Mae.
"Pipppp, pippppppp," suara klakson berbunyi tepat di depan rumah Pak Rahman.
"Sepertinya itu mobil Mae," ucap Pak Rahman.
"Iya Pak. Ayok kita antar Mae ke depan," ibu Ratih.
Tiba di depan teras rumah Mae, Mae bergegas masuk ke mobil dan duduk. Sopir mobil tampak sibuk menyusun barang-barang milik Mae. Lambaian tangan dari Pak Rahman dan Ibu Ratih teriring hingga membuat air mata ibu Ratih menetes. Di mobil, tampak Mae melemparkan senyum dan membalas lambaian tangan kedua orang tuanya. Air mata ibu Ratih masih saja terus menetes hingga mobil yang ditumpangi Mae tak nampak lagi.
"Pak putri kita sudah pergi yah," Ucap Ibu Ratih dan memeluk hangat suaminya itu.
"Iya, nanti sesekali kita kunjungi Mae yah. Ibu jangan sedih atuh. Mae kan pergi untuk hal baik. Menuntut ilmu loh Ibu," jelas Pak Rahman kepada istrinya.
Suasana diantara kedua kembali melebur. Bu Ratih kembali mengurus masakan untuk didagangkan sedangkan Pak Rahman kembali menumpuk tanaman-tanamannya yang ada di kebun belakang rumahnya.
POV Baim Devandra Widyanto
*
Tiba di kantor, Baim langsung menuju ruang rapat yang akan ditempatinya. Pagi itu Baim tampak lebih gagah daripada biasanya. Mulai dari celana hingga setelan jas yang sangat serasi dipadukan sangat serasi. Selang beberapa menit, Angga juga tiba di ruangan bersama sekretaris dan beberapa pegawai Baim yakni Widyanto Group.
"Wow, bos Baim kita terlihat sangat gagah sekali. Bagaimana teman teman?" Cetus Angga kemudian tertawa kecil.
"Diammmmm loee bangsatt!," Kesal Baim gegara ledekan Angga.
Tak lama kemudian, Tim PT Pratama Group tiba bersama dengan para anggota. Baim dan Angga langsung memberikan salam hangat kepada mereka dan mempersilahkan untuk duduk. Rapat pun dimulai.
"Selamat datang Pak Kuncoro dan Tim PT Pratama Group...," Ucap Baim.
Terlihat Baim memulai presentasi tentang bisnis kerjasama mereka. Tampaknya Baim sangat mempersiapkan presentasi tersebut karena dari tutur kata dan penguasaan materi begitu tersusun rapi ia paparkan.
"Oh God. You're the best Im," Batin Angga yang terkagum-kagum melihat sahabatnya itu.
"Well, that's my presentation. Any Question?," Tutup Baim pada presentasinya.
Setelah itu, Pak Kuncoro beserta tim memberikan tepuk tangan dan menyalami tangan Baim sebagai tanda setuju untuk bekerja sama dengan Widyanto Group bersama PT Pratama Group.
Ucapan syukur dan juga bahagia terlihat dari wajah Baim beserta tim nya.
POV MADINAH ALMAYRA
*
Kini Mae sudah tiba di Jakarta dan mobil yang ia tumpangi kini membawanya menuju rumah akan ia tempati selama studi. Rumah tersebut merupakan fasilitas yang disediakan oleh pihak Beasiswa untuk para Mahasiswa baru ataupun lama yang berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Garuda. Tak hanya sendirian, dimobil Mae bersama seorang gadis yang juga merupakan mahasiswa baru tetapi berbeda daerah dengan Mae. Asiyah Widyasari adalah nama gadis tersebut. Selama perjalanan Mae dan Aisyah tidak hentinya bercerita bersama. Mereka mulai mengenal satu sama lain mulai dari jurusan apa dipilih hingga kegiatan seperti apa yang mereka sukai.
"Alhamdulillah neng sudah sampai," ucap sopir mobil yang ditumpangi.
"Alhamdulillah, masyaa Allaah luar biasa yah arsitek bangunan ini," Ucap Aisyah memuji keindahan bangunan yang ada tepat di depannya.
Mae dan Aisyah bergegas mengambil barang yang mareka bawa kemudian langsung menuju kekamar yang akan digunakannya selama kuliah di Universitas Garuda. Mae dan Aisyah mendapatkan kamar bersebelahan. 305 untuk Mae dan 306 untuk Aisyah. Suatu kesyukuran untuk mereka berdua, karena lagi lagi mereka bersebelahan kamar.
"Alhamdulillah, Aisyah kita bersebelahan lagi yah kamarnya," ucap Mae penuh semangat.
Kini Mae dan Aisyah masing-masing masuk ke kamarnya dan sibuk menata serta merapikan seluruh barang-barang yang di bawanya.