Dentuman suara musik DJ terdengar hingga parkiran club. Mae, Lulu, Sarah dan Salsa sangat antusias dan agresif ketika mendengar musik DJ. Sarah dan Salsa mulai menggeleng-gelengkan kepalanya hingga mulai berjalan sempoyongan menuju ke dalam Club. Mae tampak tak lagi menggunakan hijabnya, kini ia menanggalkan jilbabnya. Sarah dengan dress merah selutut, Salsa juga menggunakan dress selutut namun berbeda warna. Adapun Lulu mengenakan rok mini dengan atas tanktop dan Mae menggunakan dress selutut berwarna putih namun bagian atas juga terbuka sehingga memperlihatkan bahu serta pundak mulus milik Mae. Ketika masuk ke dalam club, seluru mata lelaki tertuju pada Mae dan sahabatnya "The Devils Squad".
"Hey," sapa seorang lelaki dan menghampiri Mae.
Namun Mae hanya membalas dengan wajah datar. Wajah tampak kesal ditunjukkan pada lelaki tersebut. Sarah, Salsa, dan Lulu kini tertawa terbahak-bahak melihat tindakah sahabatnya itu. The Devils Squad pun berjalan menuju meja bar dan memesan sebotol bir. Salsa mulai bertanya kepada Mae, "Sampai kapan sih nolak ajakan para cuan cuan itu?" Tanya Salsa.
"okey, mala mini adalah tolakan terakhir gue," jawab Mae kepada Salsa.
"Whatttt?? Jadi besok lo bakal serahin virgin lo?" Tanya Lulu penuh dengan keheranan.
"Of course. This is our world right dan kita butuh cuan kan," jawab Mae.
"Okey,karena untuk pertama kalinya maka gue bakal nyariin yang agak muda plus berduit buat sahabat gue Madinah Almayra mahasiswa Univesitas Garuda," ucap Sarah.
The Devils Squad kembali tertaea terbahak-bahak bersama dan meminum bir yang ada didepannya.
"Okey Girls, karena besok adalah hari Mae menangglkan ke-virginannya maka malam ini kita pesta dong guys," jelas Salsa.
"Tambah bir dong," teriak Mae kepada seorang Waiters.
Seorang waiters lelaki datang menghampiri meja The Devils Squad sambil membawa sebotol bir yang mereka pesan, namun sang waiters tiba-tiba terjatuh kedalam pelukan Mae akibat ulah Lulu yang sengaja mendorong sang waiters.
Kini wajah sang waiters lelaki begitu dekat dengan wajah Mae hingga Mae dapat merasakan hembusan nafas lelaki tersebut. Beberapa detik tertahan, waiters lelaki mulai ingin mendekati bibir Mae dan melumatnya, namun Sarah langsung mendorong sang waiters hingga terjatuh ke lantai.
"Dasar lo yah, laki nggak bermodal. Kalau mau pake yah bayar dong," umpat Sarah kepada sang waiters.
Sang waiters kini berlalu dengan senyuman tergambar pada bibirnya. Ia merasa bahagia karena hampir saja mencium seorang wanita ccantik dan belum pernah tersentuh.
"Mae apa-apaan sih, nerima serangan dari siapa saja sih loo. Kira kira dong. Loo juga Lu ngapain ngedorong si waiters," ucap Sarah dengan nada kesal akibat tindakan Lulu.
"Sudah dong, kan nggak kejadian juga. Lanjut minum gihhh," ucap Mae melerai dan menenangkan kekesalan Sarah.
The Devils Squad kembali meminum bir bersama. Mereka kembali bahagia seperti tidak terjadi apa-apa.
***
POV Kediaman Pak Rahman
"Uhuuk uhukkk," suara batuk Pak Rahman.
Bu Ratih langsung bergegas ke dapur mengambil segelas air hangat untuk suaminya. Pak Rahman kini kondisinya sedang kurang sehat akibat pekerjaan berat yang ia kerjakan yakni membajak sawah milik orang lain yang sebelumnya belum pernah ia lakukan. Hal itu dilakukan agar mendapat penghasilan lebih. Semenjak beberapa bulan ini, Mae sangat sering meminta uang kepada orang tua, makan dari itu Pak Rahman melakukan pekerjaan diluar kemampuannya.
Tiba dikamar, Bu Ratih segera memopang bahu Pak Rahman agar dapat duduk. Sepasang suami istri itu tampak saling mengasihi satu sama lain.
"Diminum dulu Pak yah Pak Airnya sekalian obatnya nih. Biar demam bapak bisa turun," ucap Ibu Ratih.
Tak menunggu lama, Pak Rahman langsung mengiyakan dan menurut terhadap permintaan Ibu Ratih istrinya. Rasa ingin sembuh dan cepat pulih seperti sediakala adalah keinginan besar Pak Rahman saat ini. Sesaat setelah meminum obat, Pak Rahman tiba-iba menyebut nama putrinya yah dia adalah Madinah Almayra.
"Bu Bapak rindu sama Mae," jawab Pak Rahman disertai dengan suara serak.
Kini tampak setumpuk cairan bening yang menggumpal pada ujung matanya. Mendengar ucapan rindu kepada Mae, Bu Ratih langsung bergegas mengambil handhpone dan mencoba menelpon Mae. Namun hasilnya nihil, "nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan." Hanya suara dari operator kartu yang terdengar. Kini hati Bu Mae juga ikut sedih. Perasaan sedih Pak Rahman kini kembali betambah memenuhi hatinya. Perasaan kacau dan kecewa kini ditunjukkan pada dirinya karena dengan kondisinya yang sekarang.
Namun tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu, "tok tok ttok." Bu Ratih yang sedang melamun namun kini berhenti dengan aktivitasnya itu dan mengecek sumber suara tersebut.
"Eh nak Fajar, sini masuk nak," ajak Bu Ratih.
"Iya Bu," jawab Fajar.
Fajar merupakan sahabat Mae sejak SD hingga sekarang. Selain bersahabat, Fajar juga memiliki hubungan keluarga dengan Mae. Fajar segera duduk dan bertanya mengenai kondisi Pak Rahman.
"Bapak bagaimana Bu?" Tanya Pak Rahman.
"Tadi ibu baru saja memberinya obat dan ia kemudian tertidur pulas. Oh ya, apa kamu nggak pernah kabar-kabaran kepada Mae," Tanya Bu Ratih.
"Bbeberapa bulan terakhir sih belum Bu. Fajar pernah ngontek Mae lewat sosmed tapi ngggak bisa bales sama Mae. Mungkin Mae sibuk yah Bu," jelas Fajar.
"Kemungkinan, sampai-sampai nomornya saja nggak akif. Tadi ibu telpon tapi nggak aktif nomernya. Tadi Bapak juga menyebut nama Mae, bapak nampaknya sangat rindu kepada Mae," jawab Ibu Ratih.
"Bagaimana kalau Fajar ngirim foto bapak ke Mae lewat sosmed. Nantikan bisa di lihat Mae. Tanyain kepada Mae kalau bapak sedang sakit, Bapak selalu menyebut nama Mae," tambah Bu Ratih.
"Boleh tuh Bu," jawab Fajar.
Kini Ibu Ratih dan Fajar bergegas menuju kamar Pak Rahman untuk memotret Pak Rahman yang sedang tertidur pulas. Foto Pak Rahman kini telah dikirim ke instagram, Whatsapp, dan facebook milik Mae. Tampak centang dua pada Whatsapp menandakan Mae masih online namun belum dibaca. Bebarapa menit kemudian, Fajar meminta izin untuk pulang karena malam mulai larut.
"Ya udah Bu, Fajar izin pulang yah. Nanti kalau ada jawaban dari Mae, Fajar sampaikan ke Ibu yah. Assalamualaikum," ucap Fajar.
"Waalaikumussalam, terimakasih banyak yah nak Fajar," pungkas Ibu Ratih.
***
POV Bobby Devandra Widyanto
Suara music terdengar begitu keras pada kamar milik Bobby yang sedang menyetel lagu Hampa yang dipopulerkan oleh Ari Lasso. Penyanyi Ari Lasso merupakan salah satu penyanyi favorit dari keluarga Widyanto.
"Hampa terasa hidupku tanpa dirimu, apakah disana kau dirindukan aku seperti diriku yang selalu merindukan mu," suara Bobby terdengar begitu jelas sampai pada kamar milik Baim sehingga membuat Baim merasa terganggu dan risih. Tak selama setelah itu, Baim segera berjalan menuju kamar Bobby.
"Bob suara loe pelangin sedikit dong," Ucap Baim tepat di depan pintu kamar Bobby.
Beberapa menit kemudian, Baim merasa tidak ada perubahan pada Bobby dan akhinya Baim langung membuka kamar Bobby tanpa izin. Terlihat Bobby begitu asyik mendengarkan lagu menggunakan earphone sehingga memang jelas Bobby tak dapat mendengarkan suara Baim. Baim pun berinisiatif melepaskan earphone pada Bobby.
"Loe apa-apaan sih," ucap Bobby dengan nada kesal Karena tingkah Baim yang melepaskan earphonnya secara langsung.
"loe yang apa-apaan. Dari tadi gue teriak minta loe pelanin suara lo. Tapi loe tetap aja teriak teriak nyanyi nggak jelas bikinn guee sakit kepala denger suara loo," jawab Baim yang tak kalah marahnya dengan Bobby kemudian berjalan keluar kamar Bobby.
Setelah itu Bobby pun merasa bersalah, akibat tingkahnya itu membuat dirinya dan Baim berbicara secara membentak satu sama lain. Namun, Bobby pun segera mengucapkan kata maaf kepada Baim "Kak Baim, guee minta sama loo. Gue sudah ngeganggu kaka dan ngebentak kaka."
"Iya, gue juga minta maaf sudah ngebentak loe juga," jawab Baim.
"Emang loo banyak kerjaan yah," Tanya Bobby kepada adiknya.
Tiba-tiba saja Baim menarik tangan adiknya untuk diajaknya ke kamar Baim. Tiba di kamar Baim, Bobby langsung cengingiran melihat berkas yang berserakan di tempat tidur hingga meja kerja Baim. Bobby benar-benar merasa sangat bersalah atas tindakan yang dilakukanya itu.
"Sekarang loe bantuin gue ngerapihin. Ini tinggal ngerapihin yak," ucap Baim kepada Bobby dan segera Bobby mengiyakan atas perintah Baim "Siap Pak Bos yang jomblo karatan." Mendengar perkataan Bobby, Baim hanya tersenyum dengan kalimat yang sering kali ia dengar dari mulut adiknya. Kini Baim dan Bobby membereskan semua berkas yang berserakan secara bersama.
***
POV Madinah Almayra
The Devils Squad masih tampak menikmati minuman dan dentuman music DJ sembari memperhatikan satu persatu lelaki yang ingin ia taklukan pada malam itu. Sarah dan Salsa kini mulai meninggalkan meja bar dan berlalu menuju kerumunan orang-oran gyang sedang berjoget. Terlihat beberapa pengujung wanita ataupun pria sudah tak sadakan diri akibat mengkomsumsi alcohol secara berlebihan. Kini hanya Mae yang tetap duduk di kursi karena Lulu juga hengkang dan ikut bergabung dengan Sarah dan Salsa. Akan tetapi, Mae mulai merasa jenuh dan bosan dengan keadaan di bar tesebut. Mae pun mengambill ponsel dan mulai melihat beberapa postingan orang-orang di instagram dan Mae kini mulai berpindah focus dengan pesan di instagramnya itu. Mae melihat dan pesan tersebut datang dari seorang sahabatnya ketika di kampong yakni Fajar.
"Bapak sakit, bapak selalu ngigo nama kamu. Usahain yah kamu pulang dulu lah melihat keaddan bapak," isi pesan Fajar ke Mae serta lampiran foto Pak Rahman yang terbaring lemas.
Mae seketika shock dan merasa khawatir melihat foto Bapaknya yang kini terbaring sakit, Mae tak berfikir lama, ia langsung meninggalkan club dan teman-temannya. Diluar ruangan club, Mae langsung memesan taksi online. Kemudian selang beberapa menit kemudian, taksi online tersebut tiba tepat didepan club. Sementara diperjalanan menuju kos-kosan Mae, tak henti-hentinya Mae terus menangis mengingat Bapaknya dan menyesali perbuatannya mengabaikan dan sangat jarang memberi informasi dan bertanya keadaan serta kondisi orang tuanya di kampung.
Setibanya di kamar miliknya, Mae merapikan segala kebutuhannya untuk pulang ke kampong halamannya. Air mata masih saja terus mengalir membuat mata Mae yang tiao harinya tampak berbinar namun kini tak sembab. Setelah merasa segala kebutuhannya sudah lengkap kini Mae bergegas menuju stasiun untuk membeli tiket kereta menuju kampong halamannya.
***
POV The Devils Squad
The Devils Squad masih tengah menikmati music yang memenuhi ruangan. Sarah, Salsa dan Lulu masih saja belum menyadari ketidakhadiran Mae di Club. Pandangan Sarah kini berubah arah karena melihat seorang lelaki yang menurutnya adalah kriterianya malam ini.
"Hy sendiri aja," ucap Sarah kepada seorang lelaki yang tak lain adalah Angga sahabat Baim.
Angga kini memutar badannya menghadap sumber suara seorang perempuan. Angga kini mengamati Sarah mulai dari atas kepala hingga ujung kakinya, lekuk tubuhnya bahkan buah dada Sarah yang kini difikirannya begitu nikmat untuk Angga maini.
"Hay. Gue Angga," ucap Angga kepada Sarah dan langsung menarik tangan Sarah agar lebih mendekat dengan dirinya.
"Gue Sarah, gue mau nemenin lo. Boleh kan," Tanya Sarah dan langsung duduk dipaha Angga dan mengalungkan tangan Sarah ke leher Angga. Kini Angga dan Sarah begitu dekat, dan bahkan Sarah dapat merasakan deru nafas Angga begitupun seebaliknya.
"Hey, is not here sayang, bagaimana kalau di situ saja," ucap Angga dan menunjuk kamar yang telah tersedia di club tersebut.
"Okey, come on," jawab Sarah.
Angga dan Sarah sekarang berada di kamar yang sama. Kini keduanya di penuhi hasrat untuk melakukan hubungan seksual. Angga mulai melepaskan jas dan dasi yang dikenakannya. Kemudian Angga mulai duduk di kasur, Sarah pun mulai berjalan menuju Angga dan mulai duduk di paha Angga dengan gaya yang berbeda. Kali ini Sara duduk mengangkang di paha Angga dan tak lupa mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja milik Angga. Kini Angga benar benar terkesima dengan Sarah karena untuk pertama kalinya seorang perempuan yang mulai membula bajunya. Sarah mendorong tubuh Angga hingga berbatring di kasur. Angga memulai permainannya, disingkirkannya setiap benda yang menjadi penghalang dirinya untuk menikmati Sarah. Kini keduanya tengah asyik saling menikmati satu sama lain. Angga tak hentinya-hentinya memuji Sarah karena permainan yang dilakukannya. Dress, baju, celana, tas dan pakaian lainnya kini berserakan di lantai.
Hanya suara dentuman jam dan desahan yang terdengar, namun tiba-tiba saja handphone milik Sarah berbunyi menandakan ada panggilan dari seseorang.
"Damn, siapa sihh yang nelpon?," ucap Sarah dengan kesal karena aktivitasnya terhenti.
"Angkat dulu aja, bisa jadi peenting kaliii," ucap Angga.
Sarah pun bergeegas meraih ponselnya yang berada di tasnya.
"Kenapa Lu," Tanya Sarah kepada lawan bicaranya yang tak lain adalah Lulu.
"Apaaa? Kok ngggak ada sih. Emang kemana uh anak?" Tanya Sarah penuh dengan keheranan.
Dari panggilan Lulu ke Sarah memberikan informasi bahwa Mae tidak ada. Sebelumnya Mae tidak pernah melakukan ini. Mae selama ini menjadi sahabat yang selalu meberikan informasi apa yang dilakukan dan bahkan kemana dia pergi.
Sarah dengan sigap memakai pakaiannya kembali dan bergegas menuju lantai bawah di mana tempatnya semula bersama teman-temannya. Saking paniknya, Sarah tak sempat mengucapkan kata perpisahan kepada lawan mainnya di kasur yakni Angga.
Melihat Sarah berlalu dan meninggalkannya, Angga hanya bingung dan mengernyitkan kening dengan tingkah laku Sarah yang dianggapnya begitu menggemaskan.
"Sangat agresif, cantik dan lucu lagi," ucap Angga dalam hati disertai senyum terlukis di wajahnya begitu tampan dan manis.