Chereads / SEBUAH KISAH / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

Hari pertama Mae mengikuti MOS Universitas Garuda. Seluruh mahasiswa baru berkumpul di lapangan bola basket. Mae dan Aisyah berjalan menuju lapangan basket bersama. Mae dan Aisyah memilih jurusan yang berbeda, Mae pada fakultas Ekonomi sedangkan Aisyah pada fakultas Pendidikan dan Keguruan. Sejak SMA memang Mae sudah mengidam-idamkan fakultas tersebut karena cita citanya ingin menjadi seorang akuntan salah satu Bank atau kantor.

"Masya Allah, Aisyah keren banget yah kampusnya", Ucap Mae merasa kagum.

"Beneeerrr banget Mae, selain bangunan yang keren, tapi kampus ini juga memiliki segudang prestai loh. Semoga kita juga bisa berkontribusi yah", ucap Aisyah.

"Aamiin dong. Aku mau aktif ahh di fakultas ku," pungkas Mae.

"Haruss dong. Kalau nggak bisa jadi Presma, minimal jadi pengurus deh di fakultas," jawab Aisyah dengan tertawa cekikikan.

Kedua teman itu larut dalam percakapannya dan tak sadar Mae menabrak seorang lelaki. Lelaki tersebut tak lain adalah Bobby Devandra Widyanto anak pemilik Universitas Garuda.

"Eh maaf kak. Aku nggak sengaja. Bener bener nggak sengaja kak," ucap Mae dalam keadaan panic.

"It's oke. Gue juga gak papa kok. Santai aja," Jawab Bobby kemudian berlalu meninggalkan Mae dan Aisyah.

Mae pun hanya melemparkan senyuman kepada Booby dan merasa legah mendengar jawaban tersebut.

"Masya Allah, sudah kaya, ganteng plus plus, baik hati lagi," pungkas Aisyah ketika Bobby berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Emang kamu tau dia Aisyah?" Tanya Mae dengan polosnya.

"Ya iyalah, siapasih yang mggak tahu Bobby Devandra Widyanto anak dari pemilik Kampus kita ini," jelas Aisyah.

"Masyaa Allah, baik banget yah," ucap Mae.

Tiba-tiba suara pengumuman terdengar kembali.

"Seluruh mahasiswa baru dari fakultas Ekonomi agar segera menuju ke ruang 3.15. kemudan untuk fakultas Teknik menuju ke ruang 5.2. dan untuk fakultas pendidikan agar segera ke ruang 4.6.

"Yah Mae kita berpisah deh," ucap Aisyah.

"Ya udah, ayok barenangan naik, kamukan lantai 4 dan aku lantai 3.

"Ayok atuh," jawab Aisyah.

Setiap fakultas memberikan wejangan dan informasi terkait Universitas Garuda kepada mahasiswa baru.

***

POV Ibrahim Devandra Widyanto

"Tok, Tok, Tok," suara ketuka Pintu ruangan Baim.

"Masukk," Jawab Baim.

Seorang wanita berpakaian minim berjalan menuju meja Baim.

"Hay pak. Saya Syifa. Sekretaris bapak yang ditunjuk langsung oleh Pak Angga," jelas Syifa dengan suara menggoda.

"oh silakan duduk," jawab Baim.

Terlihat Baim menjelaskan apa saja tugas yang harus dilakukan oleh Syifa selama menjadi sekretarisnya. Namun, tiba-tiba Syifa memotong pembicaraan Baim dan berkata "Kalau gantiin baju bapak bagaimana, itu tugas saya juga kan?."

"Hukkk, hukk.," Baim spontan kaget dan tiba tiba batuk karena pertanyaan Sarah yang terkensan intim.

"Saya rasa cukup itu saja, silakan keluar," Ucap Baim.

Tidak seperti sekretaris ketika mendengar perintah atasannya maka akan langsung melakukannya, namun berbeda dengan Syifa. Syifa malah maju ke depan dan duduk di meja Baim. Kemudian Syifa mulai memegang kera baju milik Baim dan ingin mencium bibirnya namun Baim langsung tersadar dan mendorong lengan Syifa. Kini Syifa hanya melemparkan senyum singgungnya karena merasa ditolak oleh Baim.

"Silakan keluar," perintah Baim dengan nada sedikit emosi.

Kini Syifa pasrah dengan perintah Baim. Ia pun keluar dari ruangan Baim dengan sedikit kecewa.

"Gilaaa tuh cewe, bisa bisanya Angga milih tuh cewe sebagai sekretaris gue," ucap Baim dengan nada marah.

"Tok, Tok," suara ketukan pintu kembali terdengar.

"Bangsaaatt loe, ngapain milih cewe kayak gitu," ucap Baim.

"Hahahaha, supaya sahabat gue tuh bisa ngerasain sedikit sensasi yang namanya cewe. Loe sih polos banget. Sekali kali kek kayak gue gitu," ledek Angga.

"Najisssss," ucap Baim.

"Yakin najis??? Mana bisa tahan sih," pungkas Angga disertai tawa.

Angga pun langsung keluar dari ruangan Baim disertai dengan tawa dan ledekan kepada Baim.

***

POV Keluarga Pak Rahman

Hari beranjak sore, Pak Rahman dan Bu Ratih tampaknya sedang membajak kebun yang berada dibelakang rumahnya. Di kebun tersebut Pak Rahman menanam berbagai macam sayuran mulai dari Kangkung, Sawi, dan lain sebagainya.

"Pak bagaimana yah keadaan Mae?" Tanya Bu Ratih kepada suaminya.

"Bagaimana kalau kita telpon saja Bu," jawab Pak Rahman.

Sepasang suami istri itu pun bergegas masuk ke rumahnya dan mengambil ponselnya.

"Ayok Pak teelpon cepaat," desak Bu Ratih.

"Sabar dong Bu, ini bapak lagi cari kontaknya," jawab Pak Rahman.

"tuttt, tuttt, tutt," bunyi dering panggilan Pak Rahman.

Tiba tiba diseberang telpon terdengar suara perempuan.

"Assalamualaikum Bu Pak?" Ucam Mae.

"Waalaikumussalam Mae," jawab Bu Ratih.

Keluarga kecil tersebut larut dalam percakapan itu, mulai dari Tanya kabar, kondisinya sekarang, makan apa dan apa yang dilakukannya sekarang terjawab oleh Mae. Mae juga tak lupa memperkenalkan sahabat barunya itu yakni Aisyah.

"Oh iya, Pak Bu Mae punya sahabat baru namanya Aisyah. Aisyah juga kuliah di universitas yang sama dengan Mae dan dapat beasiswa juga kayak Mae," jelas Mae kepada orangtuanya.

"Masyaa Allaah, luar biasa. sampaikan salam Bapak dan Ibu yah kepada Aisyah. Kalian berdua akur dan saling mengasihi yah nak, ingat jangan ada pertengkaran antara kalian," Ucap Ibu Ratih.

"Siap laksanakan Bu Pak," jawab Mae dengan penuh semangat.

Bunyi Adzan maghrib telah berkumandag. Tak terasa saat menelpon dengan Mae memakan waktu kurang lebih sejaman.

"Kamu hati hati yahh nak, jaga diri, jaga kesehatan," tambah Bu Ratih diakhir telpon.

"Iya Bu Pak. Baak dan Ibu juga jaga kesehatan yah. Assalamualaikum," ucap Mae.

"Waalaikumussalam," jawab Pak Rahman.

Kini wajah sumringah senang tampak pada wajah Pak Rahman terlebih bahagia lagi pada wajah Ibu Ratih karena rasa rindu pada putrinya kini terobati walau hanya sebatas mendegar suaranya saja.

Pak Rahman dan Bu Ratih bergegas masuk ke rumahnya dan bersegera melaksanakan sholat maghrib secara berjamaah.