Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Please, Choose Me

plouvio_20
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10.3k
Views
Synopsis
Ezar Faruq Ghazzal jatuh cinta pada Caira Maysa Nadhira, salah satu mahasiswinya. Keberuntungan didapatkan oleh Ezar ketika orangtuanya dan orangtua Caira menjodohkan mereka berdua. Caira yang tidak mau dijodohkan pada akhirnya terjebak hingga masuk ke dalam rumah tangga yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali. Pernikahan keduanya awalnya berjalan lancar dengan Ezar yang penyabar membimbing Caira agar menjadi gadis lebih bijak. Namun, rumah tangga mereka diguncang dengan kehadiran masa lalu mantan tunangan Ezar yaitu Haniya. Masalah mereka bahkan bertambah dengan ibu Ezar memaksa Ezar menikahi Haniya diam-diam sebab ibu Ezar menyukai Haniya dan untuk menghentikan mantan suami Haniya yang meneror wanita itu. Ibunya mengancam bunuh diri jika Ezar tak menikahi Haniya. Pernikahan rahasia itu membuat Ezar kalut. Bagaimana mereka tetap menyimpan pernikahan rahasia ini? Siapakah yang akan dipilih oleh Ezar untuk ia cintai?
VIEW MORE

Chapter 1 - Marriage

"Saya terima nikahnya Caira Maysa Nadhira binti Dio Permana dengan seperangkat alat sholat dan uang satu milyar dibayar tunai."

Sahutan dari para saksi dalam akad membuat Caira sudah menjadi istri sah Ezar Faruq Ghazzal. Caira adalah mahasiswa dari Ezar yang mengajar mata kuliah Statiska sekaligus dosen pembimbingnya sendiri. Keduanya dijodohkan oleh orangtua masing-masing sebab kedua orangtua mereka sama-sama bersahabat ketika masih SMA dulu.

Perasaan Caira sangat kesal bahkan dari bangun tidur tadi. Bagaimana dia tidak kesal jika pernikahan ini dilaksanakan dengan cara mendadak. Seminggu yang lalu ayahnya mengatakan akan menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Lalu, Caira sama sekali tidak menyangka bahwa seminggu kemudian, tepatnya hari ini dia telah melepas masa lajangnya. Daritadi dia hanya bisa bengong karena tidak tau mau bereaksi seperti apa. Untung saja Ezar tampan. Kalau tidak, sudah dipastikan dia akan kabur dan tidak peduli jika jadi anak durhaka.

Sekarang Caira harus berusaha menjadi istri yang baik untuk dosen pembimbingnya itu. Memikirkannya saja dia sudah malas apalagi melaksanakannya. Sama sekali tidak terpikirkan di dalam kepalanya bahwa ia akan menikah dalam waktu dekat ini. Demi Tuhan, Caira ingin sekali mengamuk saat ini. Tapi, bagaimana melihat wajah ayahnya yang bahagia membuatnya tidak tega jika dia mengamuk sekarang. Mungkin acara mengamuknya akan ditahan terlebih dahulu untuk saat ini.

"Caira, ayo salam tangan suami kamu," pinta Dio, ayah dari Caira. Wanita cantik dengan kebaya putih yang membuat tubuhnya terlihat langsing itu melengos. Dia mengambil tangan Ezar dan memberikan hormat dengan salam pada suaminya itu. Ezar terkekeh geli melihat Caira yang menatapnya sarkas. Dengan perlahan Ezar menangkup wajah istrinya dan mencium kening Caira dengan lembut seakan Caira adalah barang yang sangat berharga dan hanya satu-satunya.

"Selamat atas pernikahannya, Caira," ucap Ezar dengan wajah yang sangat dekat. Caira mengernyit lalu memukul wajah itu. Dia menampar wajah Ezar karena menurutnya walau wajah lelaki itu tampan dengan jenggot yang sedikit tumbuh di rahangnya hingga terkesan tegas dan maskulin, tetap saja dia menyebalkan karena yang dia dengar adalah Ezar sama sekali tak menolak perjodohan ini. Bahkan tanpa berpikir langsung setuju membuat Caira sungguh emosi karenanya.

"Astaghfirullah, Caira!" Dio terkejut bukan main saat dia melihat putrinya yang memukul Ezar dengan kuat membuat Ezar meringis. Semua mata tertuju pada mereka saat ini. Ada yang menahan tawa, ada yang kaget bahkan ada yang gosip dengan mengatakan Caira sangat tidak sopan dan kasar sebab sudah KDRT di awal pernikahan.

Ezar hanya bisa bersabar karena dia paham istrinya sangat lain dari wanita yang lain. Caira galak setengah mati dan bersifat dingin pada siapapun. Bahkan pada kedua orangtua gadis ini juga dia kasar. Jadi, Ezar mencoba memaklumi. Beberapa kali dia melihat kelakuan wanita ini di kampus membuatnya sangat hapal dengan perilaku bar-bar Caira. Suka merokok, rajin mengumpat, bahkan tidur saat mata kuliah berlangsung juga dia pernah. Sebagai dosen yang sering masuk kelas Caira. Dia sungguh hafal kelakuan nakal wanita cantik ini.

"Enggak apa-apa, Papa. Tenang aja," bisik Ezar pada Dio hingga akhirnya pria paruh baya itu hanya bisa menghela nafas sembari mengatur emosinya melihat tingkah laku putri semata wayangnya.

-/-

Ezar baru saja selesai mandi. Dia keluar kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap dan siap beribadah sholat isya. Matanya menatap Caira yang sedang tiduran dengan tanktop dan menonton drama kesukaannya. Ezar mengucapkan istighfar karena ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita yang memakai pakaian seksi seperti itu. Selama ini dia selalu menjaga pandangannya dari wanita yang bukan pasangannya. Jadi, melihat pemandangan seperti ini apalagi sudah sah pastinya membuatnya agak sedikit kaget.

"Caira, ayo kita sama-sama sholat isya," ajak Ezar dengan menepuk bahu gadis itu. Caira memutar bola matanya malas dan tetap tak bergeming. Ia makin fokus menonton.

Ezar akhirnya berjalan untuk mengambil mukenah juga sajadah untuk keduanya sholat. Ezar kembali berujar. "Caira, ayo kita sholat. Setelah ini kalau kamu mau nonton lagi enggak apa-apa."

Caira berdecak kesal. "Sholat aja sendiri. Saya enggak meminta kamu untuk menyuruh saya sholat ataupun beribadah. Kalau mau ibadah, yaudah ibadah sendiri aja sana. "

"Caira, tapi saya ini suami kamu. Saya juga imam yang harus memberikan banyak contoh yang baik untuk kamu. Ayo, nanti setelah itu kamu nonton sampai jam berapa saya enggak akan marah asal kamu sudah menunaikan apa yang diperintahkan oleh Allah," jelas Ezar membuat Caira membanting laptopnya. Dia menatap Ezar dengan kesal dan kembali melemparkan ponselnya hingga terkena kepala Ezar.

"Saya udah bilang kalo saya enggak mau. Kamu jangan maksa saya terus. Dosa ditanggung masing-masing, kan? Jadi enggak usah banyak menyuruh saya melakukan apa yang kamu mau!" bentak Caira sambil melempar botol minuman pada Ezar lalu beranjak pergi. Suara ringisan masuk ke telinganya membuat kakinya sejenak terhenti. Dia menolehkan kepalanya kemudian menatap Ezar yang meringis nyeri.

Caira merasa bersalah kemudian ia berdiri dihadapan Ezar. Membuka lengan pria itu yang menutup pelipisnya. Ezar kaget dan jantungnya berdegup kencang saat tangan Caira dengan lembut mengusap darah dari kepalanya. Tidak banyak darah yang keluar. Hanya goresan sedikit dan darah yang tak sampai menetes. Ezar makin gugup karena pertama kalinya dia bisa menyentuh tangan wanita selain ibu dan adiknya. Dalam hati dia tertawa sebab dia tidak menyangka akan dipegang oleh wanita cantik seperti Caira. Gadis yang sangat populer di kampus.

"Maaf, makanya enggak usah buat saya marah," sentak Caira lagi membuat Ezar menghela nafasnya mencoba sabar. Dia memaklumi perilaku Caira yang memang terlahir dengan sifat galak tingkat dewa.

"Oke, saya sholat. Setelah itu saya mau bicara sama kamu tentang pernikahan ini."

Caira menghela nafas sejenak. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil wudhu. Kemudian memasang mukena miliknya. Rambut Caira ada beberapa yang keluar dan Ezar dengan lembut memasukkan rambut tersebut sehingga kini Caira sudah rapi dengan mukena miliknya.

Ezar tak bisa menampik bahwa wajah Caira begitu cantik dan membuatnya berdebar. Pertama kali bertemu dengan Caira membuat Ezar tak bisa menahan perkataannya untuk mengucapkan pujian pada mahasiswanya. Lalu sekarang mahasiswa yang dulu ia kagumi dari jauh kini menjadi istrinya yang sangat galak. Tapi lucu juga ketika marah. Seperti harimau kecil.

"Kapan kita sholatnya? Saya sudah mengantuk," kata Caira dengan ketus saat Ezar tak henti menatapnya.

"Oh, maaf. Sebentar saya bersihkan kepala saya dulu." Ezar beranjak dan membersihkan darah di kepalanya. Ezar harus sabar menghadapi istrinya. Dia belum sepenuhnya tahu bagaimana kisah hidup Caira sehingga membentuk karakter yang sangat galak dan tidak tersentuh seperti saat ini. Caira adalah istrinya dan perlahan dia akan merubah sifat gadis itu menjadi lebih baik sembari bersabar untuk memperbaiki sifat Caira.

Saat mereka akan menunaikan sholat, tiba-tiba Caira menepuk pundak Ezar. "Niat sholat isya gimana?" tanya gadis itu dengan wajah datarnya. Ezar dengan perlahan memberi tau gadis itu niat sholat isya. Setelah beberapa kali dihapal, akhirnya keduanya menunaikan sholat dengan khidmat.

Ezar melakukan dzikir dan doa setelah sholat. Kemudian ia menjulurkan tangannya ke belakang hendak dicium oleh istrinya. Caira sendiri hanya menaikkan alis sebelah karena tidak paham maksud dari Ezar.

"Kamu salam tangan saya," pinta Ezar membuat Caira bergidik geli.

"Salam aja sendiri," sentak Caira kemudian gadis itu melepaskan mukenanya dan naik lagi ke tempat tidur. Dia membiarkan mukena miliknya dibereskan oleh Ezar.

Pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan itu kini berbaring disamping Caira. Sebenarnya daritadi Ezar agak kepikiran tentang Caira. Baju gadis ini mengundang imajinasi liarnya. Untung saja sudah sah menjadi istri sehingga ia berimajinasi bagaimanapun tidak akan masalah. Tapi, tetap saja dia lelaki normal yang hormonnya bisa naik dengan drastis bila disuguhkan pemandangan begitu.

"Kamu enggak pakai baju?" tanya Ezar membuat Caira menatapnya jengah.

"Kenapa? Tergoda?"

Ezar tersedak ludahnya sendiri. Dia meraup wajah Caira membuat gadis itu menatapnya kesal. Ezar menghadapkan tubuhnya ke arah Caira yang masih saja menonton pria-pria yang menari. Ah, kesukaan gadis ini memang pria Korea. Terbukti di kamar mereka lebih banyak foto artis Korea daripada foto pernikahan mereka.

"Tadi katanya kamu mau bertanya sesuatu ke saya," tanya Ezar saat Caira kembali hanyut dalam menonton pria kesukaannya. "Kamu bisa menanyakan apapun dan semoga saya bisa menjawabnya."

Caira menekan jeda untuk videonya. Ia duduk diatas ranjang dan diikuti oleh Ezar. "Oke, pertanyaan pertama. Kenapa kamu menerima perjodohan ini tanpa menolak sama sekali?"

Ezar pura-pura berpikir. "Oh, karena saya suka sama kamu sudah lama. Waktu ayah saya memberikan foto kamu, saya langsung menerimanya. Maaf kalau saya terkesan buru-buru. Tapi Caira, saya sudah lama menyukai kamu." Ezar mengenggam tangan Caira perlahan. Dia menatap mata itu dengan tatapan sayu membuat Caira sedikit tertegun.

"Kenapa suka sama saya? Karena saya seksi?" tanya Caira dengan kalimat yang sudah ia dengar berkali-kali. Sudah sangat hapal di telinga dan ingatannya bagaimana pujian yang diberikan orang kepadanya. Pakaian seksi, tubuh yang terbentuk dengan sempurna, juga wajah rupawan hingga ia dijuluki princess di kampus.

"Tidak. Saya menyukai kamu karena di dalam hati saya, saya berpikir bahwa ingin sekali membawa kamu ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah, Caira. Saya ingin kamu menjadi istri saya di dunia dan di akhirat. Ketika saya melihat kamu, saya berpikir ingin sekali menjadikan kamu ratu di dalam hati dan pikiran saya. Setiap hari tiada satu haripun tanpa saya berdoa kepada Allah untuk mendapatkan kamu. Maka dari itu ketika saya mendapatkan kamu sekarang saya ingin mengucapkan syukur berkali-kali."

Penjelasan Ezar membuat Caira merasa terharu. Selama ini lelaki yang dekat dengannya hanya peduli dengan tubuhnya bukan dengan kepribadiannya. "Ibu kamu enggak suka sama saya. Lalu saya pernah dengar kamu gagal saat mau menikah. Apa kamu menjadikan saya pelampiasan dan ucapan tadi hanya ingin membuat saya tenang?"

"Demi Allah, istriku. Saya bersumpah atas nama sang Tuhan saya bahwa ketika saya menginginkan kamu menjadi istri saya, saya tidak berpikir apapun. Bahkan ketika ibu saya tidak menyukai kamu, saya tetap bersikeras ingin menikah dengan kamu dan menjadikan kamu seseorang yang berharga untuk saya. Percayalah, atau kamu hanya perlu menunggu dan saya yang akan menunjukkan betapa saya mencintai kamu, istriku."

Dada Caira terasa sesak. Ia menahan tangisannya dan memejamkan matanya perlahan untuk menormalkan perasaan dan rasa sesak di dadanya. Ucapan yang tulus. Caira kembali mendapatkan ucapan yang tulus setelah sekian lama. Namun, ia belum yakin tentang perasaannya untuk menjadikan Ezar kekasih hatinya.

"Kamu menerima saya? Saya banyak kekurangan."

"Sesungguhnya yang maha sempurna hanyalah Allah, Caira. Saya tidak berhak mengatakan kamu tidak sempurna. Ketika saya menjabat tangan ayah kamu, saat itu saya terima marahmu, ngambekmu, amarahmu, cemburumu. Insyaallah, saya akan menjadi suami kamu yang bertanggung jawab untuk membawa kamu ke surga bersama saya kelak," jelas Ezar.

Oke, apa salahnya mencoba? Caira akan berusaha menerima Ezar untuk saat ini walau sedikit berat melepas masa lajangnya secara tiba-tiba. Ezar tertawa melihat tingkah laku istri galaknya yang bengong sebab tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Tawanya terhenti ketika dia mendengar ada suara pesan dari ponselnya. Ezar bangun kemudian melihat siapa yang mengirim pesan di malam hari begini?

-Haniya

Assalamualaikum, Mas Ezar. Hanya mau memberitahu kalau aku akan pulang, Mas. Besok aku sudah masuk kelas di kampus tempat Mas Ezar mengajar, ya.

Pesan itu membuat Ezar tergugu. Dia meneguk ludahnya kasar kemudian menutup ponselnya. Pikirannya langsung berlari ke Haniya. Mantan tunangannya yang meninggalkan dirinya dengan alasan yang sangat tidak diterima.