Caira berjalan cepat ketika dia mendengar Abraham berteriak. Matanya memicing melihat Haniya yang berdiri dengan wajah kaku. Disampingnya adaAbraham yang masih berusaha berdiri ditengah sisa keasadarannya.
"Haniya," panggil Ezar dan pria itu berlari dan membantu Haniya yang masih berusaha menahan Abraham. "Kamu sama siapa kesini?"
"Aku naik taksi, Mas. Tadi sebelum aku kesini aku sudah di kampus. Mas Abra menelepon aku dan mengatakan akan kesini. Makanya aku buru-buru kesini karena aku tau dia akan berbuat yang macam-macam. Aku minta maaf atas perilaku mas Abra, ya Mas," ucap Haniya dengan sendu. Ia juga sudah lelah dengan perilaku suaminya. Namun, Abraham adalah suaminya dan sudah sepatutnya dia melindungi Abraham walau kelakuan pria ini sangat jahat.
"Oke, saya bantu kamu pulang saja." Ezar membeku ketika dia melihat ada banyak luka di wajah dan tangan Haniya yang membiru. "Haniya, ada apa dengan tangan kamu?" tanya Ezar khawatir.
"Ini- em karena-"
"Dipukul sama Abraham?" nada suara Ezar terdengar tegas dan dingin. Dia menatap Haniya dengan pandangan nanar karena tidak menyangka wanita yang ia cintai dulu dengan sepenuh jiwa ini berakhir dengan tragis. Mendapatkan suami yang benar-benar tidak bisa menjaganya dengan baik. Padahal dulu dia menjaga Haniya dengan baik dan sangat hati-hati. Namun, bagaimana mungkin sekarang wanita ini mendapatkan sesuatu yang bahkan diluar nalar begini.
"Mas, kamu tau sendiri mas Abra bagaimana, kan? Kita bawa dulu ke rumah dan akan aku ceritakan semuanya," ajak Haniya. Dia tau ini tidak sopan tapi dia sangat membutuhkan telinga yang mendengar semua apa yang ingin ia katakana. Dia tidak mempunyai siapapun lagi dan ingin sekali ada yang bisa mendengarkan apa yang sudha lama ia pendam ini.
Caira hanya menatap dengan pandangan miris. Tidak peduli pada Haniya lagi? Tidak mencintai Haniya lagi? Orang bodoh sekalipun masih bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapan dan suara khawatir Ezar pada Haniya begitu tulusnya. Seakan dia tidak mau Haniya terluka. Lalu, apa yang harus dipercaya dari itu semua? Apakah Caira mau melanjutkan perasaannya pada Ezar jika lelaki itu saja masih peduli dengan masa lalunya?
Wanita berambut gelombang itu kemudian menutup pintu rumahnya ketika ia melihat Ezar membantu Haniya. Biarlah, dia akan mencari bahagianya sendiri daripada mengharapkan Ezar melupakan masa lalunya. Itu hanya sebuah pikiran bodoh saja jika masih berharap bahwa Ezar bisa melupakan Haniya sepenuhnya. Dia berjalan dengan cepat ketika Ezar ingin mendekatinya.
"Caira," panggil Ezar ketika Caira berlari dengan cepat. Caira tidak mau menatap Ezar lagi. Ia dengan segera berlari ke jalan raya dan menaiki taksi. Ezar mengejarnya namun dengan segera Caira memaksa supir taksi itu melajukan mobilnya dengan segera. Ia tidak mau mendengar penjelasan apapun tentang kisah cinta Ezar. Ia tidak mau mendengar pembelaan bodoh pria itu.
Ezar menatap nanar taksi yang melaju dengan cepat itu. Ia menarik nafasnya dengan kuat saat nafasnya tersengal-sengal akibat lari dengan cepat untuk mengejar Haniya. Caira pasti marah dan salah paham. Namun, di satu sisi dia juga tidak bisa meninggalkan Haniya sendiri. Haniya sudah tak memiliki siapapun di sisinya. Haniya sudah cukup menderita selama ini. Ezar tak sanggup kalau dia membiarkan Haniya sendirian. Ini kesalahan tapi ini pilihannya untuk sementara.
Haniya bisa melihat wajah Ezar yang lesu saat mengejar Haniya. Wajah gusar itu menjelaskan kebingungan yang begitu mendalam. Haniya bahkan bertanya dalam hatinya. Apakah masih ada Haniya di dalam hati Ezar? Apakah masih ada setitik rasa cinta itu di hati Ezar? Apakah memang sepenuhnya Haniya tak ada lagi dalam kehidupan Ezar? Mengapa kehidupan yang ia jalani begini? Kenapa dia selalu kehilangan orang yang ia sayangi dan berakhir hidup menderita?
"Mas, Caira pasti tidak mengizinkan kamu menemani aku, kan? Kamu kejar dia saja, Mas," ucap Haniya karena ia tidak enak dengan apa yang terjadi antara Caira dan Ezar.
Ezar menggelengkan kepalanya perlahan. Ia tersenyum kemudian berkata, " Enggak. Kamu enggak usah mengkhawatirkan itu. Aku akan menjelaskan kembali pada Caira nanti. Kamu jangan berpikir ini adalah kesalahan kamu. Tenang saja, ya. Caira memang begitu. Dia akan kembali baik beberapa jam lagi," ucap Ezar. Dia menyepelekan rasa sedih Caira seakan Caira akan memaafkan dia nanti. Hal ini mungkin akan berlanjut terus jika Ezar tak \mengubah cara berpikirnya pada Caira. Dia akan mendapatkan penyesalan nantinya.
-/-
Caira duduk di taman kampus. Ia menatap nanar kolam ikan yang sudah ia lempari berkali-kali dengan batu. Memikirkan bagaimana keadaan rumah tangganya nanti. Apakah ia harus memilih berpisah jika saja kesalahan ini terus berlanjut? Caira tidak bisa bohong jika ia nyaman berada di dekat Ezar. Dia nyaman dengan sikap lembut dan pengertian Ezar padanya. Ia suka dengan bagaimana pria itu menjelaskan banyak hal tentang islam. Namun, kalau kehadiran orang lain dalam rumah tangganya terus dibiarkan, apakah rumha tangganya akan terus baik-baik saja? Apalagi yang datang adalah seseorang yang memiliki pengaruh besar bagi Ezar. Dia pernah menjadi prioritas suaminya. Haniya juga pernah menjadi ratu dihati Ezar. Kepribadian Haniya sangat lebih baik darinya. Dibandingkan dengan dirinya, Caira tidak ada apa-apanya.
"Ada apa ini, tuan putrid? Mukanya sangat mencerminkan bahwa dia sedang stres," ucap Alzam yang baru saja datang dengan membawa ice cream vanilla kesukaan Caira.
Caira menerima ice cream tersebut dan membukanya segera. Matanya berpendar kembali menikmati taman yang sangat sejuk ini. Taman kampus yang ia duduki adalah taman bagian belakang sehingga masih banyak pohon besar yang membuat taman ini terlihat rimbung. Jarang yang mau kesini sebab sepi dan tidak bisa dijadikan bahan cari perhatian seperti taman kampus dibagian depan.
Pria bermata hitam itu melihat Caira yang berusaha tenang dan menikmati hembusan angin. Wajah Caira yang cantik membuat Alzzam berdebar. "Cerita sama gue ada masalah apa, Caira?" kata Alzam dengan tenang. Caira tidak bisa berbohong pada Alzam. Terlihat dengan jelas kerutan di dahi Caira yang menandakan gadis itu banyak pikiran. Kebiasaan Caira tidak bisa ia lupakan. Sampai sekarang ia tidak memiliki pacar karena dia ingin melamar Caira nantinya setelah lulus kuliah. Namun, saat ia mendengar bahwa Caira sudah menikah, membuat perasaannya sesak bukan kepalang. Ia sangat menderita mendengar berita itu. Dia sangat mencintai Caira dan hal ini membuatnya sakit hati pada pernikahan mantannya tersebut.
"Kenapa gue harus cerita? Lo mau bantu gue?"
"Cai, apapun akan gue lakukan buat lo. Asal jangan suruh gue beli planet saturnus karena itu bukan punya manusia. Itu punya Tuhan. Entar kalau gue kena azab gimana?" canda Alzam membuat Caira tertawa keras. Mudah tertawa namun tidak mudah akrab membuat orang-orang jarang melihat wajah cantik Caira yang tertawa. Hanya sebagian orang tertentu yang bisa melihat wajah cantik Caira ketika tertawa. Benar-benar sangat cantik dan sempurna.
Tangan Caira menepuk celananya. Ia menghela nafas lelah kemudian menatap Alzam. "Alzam, ayo balikan," ajak Caira dengan entengnya membuat Alzam terkaget dengan hebohnya. Pria itu memuncratkan ice cream milikinya membuat wajahnya belepotan.
Caira makin tertawa dengan keras sambil menepuk tangannya. Ia tidak menyangka kalau Alzam memberikan reaksi dengan begutu hebohnya. Alzam masih sibuk dengan nafasnya yang mendadak seperti terhenti. Ia menatap Caira dengan pandangan kesal.
"Jahat banget, sih. Lo buat gue kaget," celoteh Alzam namun Caira masih tertawa. Dia bahkan memegang perutnya sendiri. Alzam mendekati Caira kemudian mengapitkan tangannya pada kepala Caira sebagai bentuk balas dendamnya. Ia menggelitiki Caira membuat Caira heboh kesana kemari. Benar-benar menyebalkan dan membuat Caira ingin memukul kepala Alzam sebab pemuda itu tak berhenti selama 7 menit lamanya menjahili Caira.
Tawa mereka terdengar begitu kuat sampai tanpa sadar ada Ezar yang menatap miris keduanya. Ia tidak pernah melihat Caira tertawa sebegitunya bahkan ketika melihat idolanya. Ternyata dia tidak ada apa-apanya dibandingkan Alzam.