Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

I Give You My Attention

MHAL123
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.7k
Views
Synopsis
Siapa yang menyangka? Bahwa pada akhirnya, kita bisa menyatu. Aku bertemu banyak perempuan, sampai pada akhirnya aku memilih kamu "Mengejarmu bukanlah sebuah usaha yang melelahkan. Aku butuh kamu. Tiap kamu berbicara denganku, aku merasa senang. Aku ingin lagi!" Seorang perempuan hanya bisa mengamati Madan tanpa sepengetahnnya. Berada dekat, namun terasa begitu jauh. Seakan mereka tak saling mengenal. Madan sebagai pria yang selalu mencari kehidupannya di dunia remaja tak pernah merasa bahagia dengan hal yang dipercaya dapat membawa kebahagiaan. Mencari perempuan yang cocok dengannya. Mengira akan bersama dengannya hingga tua. Tapi nyatanya, kata 'putus' tak lagi mengejutkannya. Semua itu berakhir ketika Madan menyadari bahwa dirinya mendapatkan perhatian penuh dari seorang perempuan di kelasnya. Dia cantik, baik dan pintar. Disukai banyak lelaki. Tapi, kenapa dia harus terus mengejar Madan? Designed by Author Vexel Art
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertama Aku Melihatnya

Pada waktu itu, semua kenangan rasanya tak begitu spesial. Cukup kesulitan untuk diingat bagi Madan. Tapi semua yang berkaitan tentang perempuan itu, tidak sulit bagi Madan untuk mengulang kembali memorinya.

Madan, adalah seorang siswa yang menduduki bangku SMP kelas delapan. Disekolahnya, Madan merasa bahwa dirinya tidak se populer temannya yang lain. Kehidupannya disekolah terasa biasa saja. Menyenangkan, tapi tak ada yang spesial.

Madan memiliki banyak teman yang cukup gaul. Namun, Madan bisa mengontrol pergaulannya ketika lingkungannya terasa tak lagi pantas untuk diikutinya.

Pada waktu istirahat, Madan diajak oleh salah satu temannya untuk pergi ke kantin yang terletak di lantai dasar.

"Madan kita ke kantin, yuk?" ajak Atala, teman Madan.

"Ayo! Perut gua juga sudah terasa cukup lapar!" Madan menerima ajakan Atala.

Atala tak hanya mengajak Madan. Atala mengajak temannya yang lain.

"Bim, mau ikut ke kantin gak?" tanya Atala mengajak Bima, juga teman satu geng mereka.

Mereka bertiga berteman dan akrab semenjak Madan pertama kali menginjakkan kakinya di kelas itu.

Madan berteman cukup dekat dengan Bima. Selain karena lokasi rumah yang berdekatan, Bima juga tipe orang yang Madan suka untuk diajak bertukar pikiran.

Dibandingkan dengan Atala, Madan lebih suka berinteraksi dengan Bima. Madan tak begitu suka ketika Atala menunjukkan sifat sombongnya seakan dirinya lah yang paling tinggi.

Meski begitu, Madan tak pernah menggubris perasaannya dengan serius. Baginya, mengetahui sifat teman temannya saja sudah cukup.

Bima tengah sibuk dengan ponselnya, "Ah, gua sedang bermain!" jawab Bima. Game online yang dimainkannya secara bersamaan dengan Jonathan membuat Bima enggan untuk pergi ke kantin saat ini.

"Si Bima memang suka begitu! Jika dirinya tengah bermain game online, ponselnya akan susah untuk dilepas dari tangannya!" sindir Madan.

"Jon, ayo!" Atala tidak menggubris Madan. Atala tak peduli dengan Jonathan yang juga sibuk memainkan ponselnya. Ia tetap mengajak Jonathan.

Berbeda dengan Bima, Jonathan bisa melepas ponselnya.

Jonathan menyudahi permainannya, "Iya. Ayo ah!" kata Jonathan.

Bima menahan Jonathan untuk tidak meninggalkannya, "Yah Jon! Bagaimana jika kita kalah?" tanya Bima.

Ekspresi Bima terlihat cukup kesal. Karena, game yang Jonathan tinggalkan juga berpengaruh pada skornya.

"Gua sudah lapar!" jawab Jonathan sambil mengelus perutnya yang buncit.

"Ah. yasudah kalau begitu! Ayo ke kantin!" kata Bima yang pada akhirnya berubah pikiran.

Atala berhasil membawa ketiga temannya untuk pergi ke lantai dasar.

Madan dan teman temannya bercanda tawa disepanjang perjalanan mereka turun dari tangga. Madan seringkali memperhatikan Atala yang terus memeriksa ponselnya. Tampaknya, Atala tengah sibuk membalas pesan dari pacarnya. Itu membuat Madan merasa cukup iri kepada Atala.

"Wah. Lo sedang apa, Atala? Ponsel itu sepertinya lelah karena terus dibuka tutup." Karena merasa geram dengan Atala, Madan pun mengeksekusi ide jahilnya. Membuat Atala menjadi pusat perhatian diantara mereka bertiga.

Dengan sengaja, Madan memperkeras suaranya dan mengolok Atala.

"Ada apa sih? Ingin tahu sekali!" ucap Atala langsung menjauhkan ponselnya dari hadapan mereka.

Karena tingkah Madan yang menjengkelkan, Atala pun memilih untuk memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Bima pun tertarik untuk mengolok Atala, "Hahaha Atala. Acha tidak akan pergi kemana mana kok! Hampiri saja ke kelasnya!" kata Bima. Namun Atala mengabaikan mereka.

Pada saat dirinya tengah melewati pertigaan di dalam gedung sekolahnya untuk menuju ke kantin, mereka bertiga sempat berhenti

Bima melihat teman sekelasnya ketika dirinya berada di kelas tujuh. Orang itu adalah Ansya.

"Ansya!" Bima memanggil Ansya.

Madan dapat melihat, bahwa Ansya seperti sedang terburu buru. Sebuah roti digenggamnya memberi tanda bahwa Ansya baru saja menghampiri koperasi. Madan tidak tahu apa urusan Bima dengan Ansya.

Ini kali pertamanya Madan melihat Ansya. Selama dirinya berada di sekolah, Madan hampir tak pernah melihat Ansya. Madan juga tak tahu bahwa ternyata Bima memiliki teman seperti Ansya.

"Eh? Ada apa?" tanya Ansya. Raut wajahnya menampakkan sedikit senyuman.

'Kenapa dia selalu tersenyum? Apa dia memang orang yang seperti itu?' Madan dibuat penasaran dengan gelagat Ansya.

Ansya menghampiri Bima yang baru saja memanggilnya. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti kawan kawan Bima. Mereka bertiga hanya menyimak pembicaraan antara Bima dengan Ansya.

Atala mulai menimbrung pada pembicaraan mereka yang tengah membahas suatu kegiatan.

Madan merasa terkejut dengan kedua orang temannya. Madan tak pernah melihat Ansya. Tapi ternyata teman temannya yang lain pun tak terlihat asing dengan sosok Ansya.

'Apa mungkin gua kurang bergaul? Kenapa mereka bisa mengenal orang yang bahkan sama sekali tak pernah gua lihat?' Sambil memperhatikan Bima dan Atala, Madan terus merenung.

Setelah pembicaraannya dengan Bima selesai, Ansya pun meninggalkan mereka.

Mereka telah selesai membahas urusan mereka, "Yasudah, nanti gua kabari lagi!" kata Bima.

"Iya!" jawab Ansya.

Ansya pun mulai membalikkan badannya dan meninggalkan mereka dengan langkah kaki yang cukup cepat. Madan tidak mengerti alasan Ansya harus terburu buru. Namun itu bukanlah hal yang patut dicari tahu olehnya.

"Ayok kita jalan lagi!" ajak Bima setelah selesai berbicara dengan Ansya.

"Siapa perempuan itu?" tanya Madan penasaran dengan Ansya.

"Teman gua!" jawab Bima.

"Gua tidak pernah melihatnya. Apa dia pernah sekelas dengan kalian?" Kali ini, Madan juga memberikan pertanyaan kepada temannya yang lain.

"Tidak! Kita hanya mengenalnya saja !" ujar Atala menjawab pertanyaan Madan.

Di dekat kantin, Madan baru menyadari bahwa koperasi di sekolahnya terlihat sepi. Madan berniat untuk membeli roti dan kembali ke kelasnya.

"Eh, kita pergi ke koperasi saja! Biar kita bisa bawa ke," Madan mengajak mereka dan berjalan ke arah yang berbeda. Namun Atala langsung menariknya untuk melanjutkan perjalanannya ke kantin.

"Ck. Tinggal makan saja! Kita harus selalu bersama, Madan!" kata Atala memarahi Madan.

"Memang kau sialan, Madan! Tidak punya rasa solidaritas! Benar tidak?" Bima berusaha membuat situasi semakin memanas.

"Memang Madan adalah anak yang seperti itu!" Jonathan mengerti apa yang sedang Bima lakukan. Jonathan membantu Bima membuat keadaan semakin memanas.

Madan tak bisa berbuat banyak ketika teman temannya telah memojokannya. Madan hanya bisa menuruti mereka sambil tertunduk memelas.

"Iyaa. Berisik kalian!" ucap Madan dengan alis yang menukik.

Pada akhirnya, Madan pun pergi ke kantin bersama tiga orang kawannya. Biasanya, mereka selalu memesan menu yang sama. Nasi kuning dengan telur dan bawang goreng diatasnya. Itu adalah menu yang paling sempurna bagi mereka.

Mereka juga satu kelas dengan anak yang paling nakal di sekolahnya. Orang itu terkenal dengan namanya, Kiel.

Dengan tubuh besarnya, Kiel pernah membuat heboh satu sekolahnya dengan berita tentangnya yang mengalahkan kaka kelasnya dalam sebuah perkelahian.

Madan bersama teman temannya tak begitu tertarik untuk bergaul dengan Kiel. Mereka berinteraksi dengan Kiel seperlunya saja.

Namun, Kiel bukan tipe pembully yang begitu mencolok. Meski Kiel cukup sering membuat kawannya menderita karena hal yang mendesak. Namun Kiel tak pernah mengganggu Madan dan teman temannya. Selagi mereka tak berbuat hal yang tidak disenangi Kiel, maka Kiel tak akan mengganggu mereka.

Nyatanya, ada kejadian yang tak disangka Madan dan kawan kawannya.

"Hei! Lihat itu! Sepertinya ada sebuah masalah disana?" Madan menunjuk ke arah Kiel.