Chereads / I Give You My Attention / Chapter 7 - Setelah Tadarus

Chapter 7 - Setelah Tadarus

Tak ada yang menjawab pertanyaannya. Karena mereka hanya punya satu dasi.

Madan pun mulai memeriksa lemari di kelas tersebut. Tapi tak dapat ditemukan apa yang sedang dicarinya.

Pencarian Madan memakan cukup banyak waktu. Hingga akhirnya, Madan berhasil menemukan dasi yang tak ada pemiliknya. Di sudut terpojok kelas lain, Madan menemukan dasi tersebut.

Dengan cepat, Madan langsung menghampiri Kiel. Ia masih sibuk mencari dasi.

"Kiel!" Madan memanggil Kiel.

Kiel menolehkan pandangannya ke arah Madan.

"Dapat! Hahaha." Madan terlihat menggoda Kiel.

"Dapat dari mana?" Kiel penasaran dengan tempat yang Madan jelajahi.

Madan menunjuk kelas yang baru dijelajahinya, "Dari kolong meja salah satu murid. Sepertinya dia tidak masuk kelas!" jawab Madan.

Kiel sempat memperhatikan kelas yang ditunjuk Madan.

"Buat gua ya dasinya?" Kiel berkata seenaknya.

Pandangan Madan terhadap Kiel telah berubah. Melihat Kiel dengan iba, membuat Madan tak merasa takut untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya.

"Ah, tidak mau! Cukup lelah mencari dasi ini! Lihat saja jari ini! Memerah karena mengacak acak lemari kelas mereka!" Madan menunjukkan jarinya yang berbekas merah.

"Oh begitu ya? Apa inikah yang disebut sebagai teman?" Ekspresi Kiel mengancam Madan.

"Memang seperti itu! Biarkan saja! Teman!" Moses menyinggung Madan dengan kata teman.

"Loh Moses? Haha. Dasi lo bagus sekali? Kenapa tidak pinjamkan Kiel? Bukankah kalian teman dekat? So sweet!" Madan menertawai Moses. Ia berhasil membuat suasana diantara Kiel dan Moses terasa canggung.

"Daahh!" kata Madan sambil melambaikan tangannya meninggalkan Kiel dan Moses.

'Akhirnya dapat juga!' Senyum Madan mempercantik wajahnya sembari berlari ke arah kelas.

Ketika sampai di kelasnya, Madan memperlihatkan raut wajah yang gembira.

"Dapat!" ucap Madan histeris.

Mereka masih sibuk menonton Bima yang tengah memainkan ponselnya.

"Hoki!" Adi meledek Madan.

"Sirik!" balas Madan.

"Beruntung sekali! Padahal, gua ingin sekali memberitahu para guru!" Atala ikut mengolok Madan.

"Hahaha. Berisik kalian!" ujar Madan tak berhenti tersenyum lega.

Tak lama kemudian, bel berbunyi menandakan dimulainya kegiatan tadarus.

"Yuk, kita ke bawah?" ajak Bima mematikan ponselnya. Seketika membubarkan kerumunan.

Bersama dengan kawan kawannya, Madan berjalan ke lantai dasar. Mereka semua diwajibkan hadir pada kegiatan tadarus ataupun pramuka.

Banyak masalah yang terjadi di sekolahnya yang menyangkut ketidakhadiran siswa dengan bersembunyi di dalam kelasnya demi menghindari tadarus. Maka, mereka harus berhadapan dengan bu Nyapi.

Hukuman tegas yang diberikan langsung dari bu Nyapi membuat mereka merasa kapok dan segan untuk mengulangi kenakalan mereka lagi.

"Wah, udaranya sangat sejuk!" kata Madan tersenyum menghadap ke langit sambil menghirup udara yang segar di lapangan.

Di sana, telah hadir banyaknya siswa dan siswa yang siap untuk melaksanakan kegiatan tadarus. Tidak sedikit dari mereka yang duduk di lapangan karena alasan suntuk berada di dalam kelas mereka.

"Gua penasaran. Bagaimana caranya lo bisa menghindari guru guru yang menjaga di depan? Bukankah mereka selalu memeriksa pakaian para murid?" tanya Adi kepada Madan.

Belum sempat Madan menjawab pertanyaan Adi, Atala menyelanya. Atala tahu akan jawabannya. Ia tidak ingin Madan terlihat lebih tinggi karena pengetahuannya dibandingkan dengan dirinya.

"Ck. Yahelah itu adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan! Dia pasti lewat belakang kantin. Gua juga sering melakukannya kali!" Atala merasa bangga akan kenakalan yang dilakukannya

"Iya! Betul apa yang dikatakan Atala. Gua lewat belakang kantin!" sambung Atala membenarkan perkataan Atala.

Madan membiarkan Atala merasa senang akan tingkahnya sendiri.

Madan tidak terlalu fokus pada pembicaraan yang tengah dilakukannya bersama teman temannya.

Di lapangan, para murid laki laki duduk di depan para murid perempuan. Murid laki laki dan perempuan sengaja di pisah. Itu menciptakan jalan bagi para murid yang baru memasuki lapangan.

Ketika Madan bersama dengan teman temannya baru saja memasuki lapangan, Madan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya.

Disekitarnya, banyak perempuan yang tengah duduk. Ketika Madan melihat ke arah mereka, tiba tiba saja matanya tertuju ke arah Atika yang telah hadir dan duduk bersama dengan teman temannya.

'Atika? Melihatnya menggunakan kerudung terasa cukup berbeda!' ungkap Madan dalam hatinya.

Madan merasa cukup bodoh karena terus memperhatikan Atika dalam waktu yang cukup lama. Itu membuat Atika sadar bahwa dirinya tengah diperhatikan Madan.

'Sialan!' ucap Madan berpura pura tengah menatap ke sisi lain. Kepalanya tidak ingin di tolehkannya karena Madan ingin terlihat lebih natural bahwa dirinya tidak sedang memperhatikan Atika.

Perlahan, Madan pun melanjutkan perbincangannya dengan teman temannya. Memalingkan wajahnya dari Atika dan berpura pura sibuk seakan dirinya tengah berbicara.

"Emm. Eh, hari ini siapa yang mendapat giliran memimpin tadarus?" tanya Madan bersandiwara.

"Ini giliran kelas kita!" ujar Bima menjawab Madan yang memotong obrolan mereka.

"Sana Dan, maju!" Atala menyuruh Madan sambil mendorong.

"Tidak mau! Lo saja sana!" kata Madan merespon perkataan Atala.

Mereka semua pun duduk di tempat yang sama. Kelasnya adalah kelas yang sering kali menempati posisi pojok kiri lapangan.

Tak lama, Kiel dan kawan kawannya datang dan duduk di dekat Madan dan kawan kawannya.

Bu Nyapi berdiri dihapapan banyaknya para murid. Bu Nyapi selesai melaksanakan tugasnya. Mencari para pelanggar aturan dan membawa mereka ke depan.

Dihadapan para murid telah berdiri para pelanggar aturan yang berhasil ditangkap bu Nyapi.

Tadarus akan segera berlangsung. Orang yang akan memimpin tadarus pada hari ini adalah Musa. Siswa populer dari kelas yang sama dengan Madan.

Meskipun tadarus telah dimulai, bu Nyapi tak berhenti mencari murid yang melanggar aturan. Matanya tak dapat dikelabui.

Satu persatu para murid yang tak mengenakan dasi pun mulai tertangkap. Ditariknya telinga mereka dan dibisiki oleh suara yang menggetarkan jantung.

Bu Nyapi membisiki murid itu, "Cepat! Maju ke depan!" Kata katanya sederhana. Namun bu Nyapi bisa membuat murid itu ketar ketir.

Murid yang ditangkapnya tak bisa mengelak.

"Bim. Bu Nyapi benar benar gila!" kata Madan membisiki Bima.

"Memang dia seperti itu! Apa lo adalah murid baru di sini? Hah?" Bima kesal dengan Madan yang melewatkan banyak hal disekolahnya.

"Eleh!" balas Madan.

"Makanya diam! Jangan banyak bicara! Gua tidak ingin tertangkap!" Bima terlihat panik.

Madan menoleh ke belakang. Entah mengapa, pandangannya tertuju pada Atika yang duduk di barisan paling depan bagian perempuan.

Melihat Atika dengan serius membaca qurannya, memanjakan mata Madan.

Tadarus berlangsung cukup menegangkan. Hari Rabu harusnya menjadi hari yang indah bagi Madan.

Setelah selesai tadarus, bu Nyapi tak membiarkan para murid masuk ke dalam kelas mereka begitu saja. Mereka membubarkan diri. Tapi bu Nyapi berdiri ditengah tengah mereka. Memastikan tak ada murid yang lolos.

Soal celana dan juga rambut, hampir setiap harinya siswa laki laki diperingatkan bu Nyapi. Kali ini mereka tidak bisa lolos.

Mereka yang merasa keren dengan tampilannya yang menggunakan celana pensil, mereka juga selalu merasa tegang. Disetiap detik mereka harus waspada terhadap bu Nyapi.

"Haa! Sini kamu! Sinii! Apa kamu mengira bahwa ibu tidak melihat kamu? Biar ibu gunting celanamu. Lihat saja!" Bu Nyapi menarik satu dari banyaknya murid yang tengah berjalan masuk.

Madan menghentikan langkah kakinya sejenak. Menonton pelanggar aturan mendapat hukuman terasa cukup seru, 'Wah gila! Bu Nyapi benar benar langsung merobek celananya pada saat itu juga! Jangan sampai nasib gua sama seperti anak itu!' Madan berjanji pada dirinya sendiri.

Bima menarik tangan Madan, "Untuk apa lo diam disini? Ayo jalan!" Mereka pun kembali berjalan.

"Apa lo pernah dihukum seperti itu, Bim?" tanya Madan penasaran.

"Tidak pernah! Gua tidak pernah mendapat hukuman dari guru. Seharusnya Atala juga berdiri di samping murid murid yang sedang di hukum itu!" Bima mengingatkan Madan bahwa Atala juga menggunakan celana yang kecil.

"Oh iya! Gua baru menyadarinya. Celananya juga kecil!" Sontak Madan histeris.

"Entah! Mungkin, sejak ia bermain dengan Kiel!" jawab Bima dengan santainya.

Bima sendiri bukanlah tipe anak yang nakal. Bima selalu terlihat serius akan sekolahnya. Namun, ketika mendapati sebuah tugas, rasa semangat seakan tak menghilang dari dirinya.

Sementara Madan, ia adalah anak yang netral. Tidak begitu nakal. Tidak begitu pintar. Juga tak begitu baik dan tak sering mengurung dirinya di dalam kesepian. Madan sendiri adalah anak yang cukup bergaul. Hanya saja, Madan tidak pernah memaksakan dirinya.

"Mau tahu sebuah fakta?" Madan ingin membahas topik pembicaraan yang lain.

"Apa?" Bima terlihat tak begitu tertarik.

"Ada seorang perempuan yang sangat menarik!" Perkataan Madan membuat ekspresi wajah Bima berubah.

Jarang sekali Madan membicarakan perempuan.

"Apa? Wah. Sepertinya ini bukan Madan!" Bima mulai tertarik menanggapi cerita Madan.

"Gua serius! Perempuan itu membuat gua memimpikannya hanya dalam sekali pertemuan!" Madan mulai menceritakan pengalamannya.

Mereka berdua pun pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan yang bisa mengganjal rasa laparnya.