Chereads / I Give You My Attention / Chapter 13 - Mengobati Hari Buruk

Chapter 13 - Mengobati Hari Buruk

Teman temannya pun pergi meninggalkan Madan sendirian. Madan harus berlari sepuluh putaran di lapangannya yang memiliki total jarak lumayan panjang.

"Benar benar tidak ada satupun yang menemani gua disini ya?" Madan masih meneriaki kawan kawannya yang tak lagi terlihat olehnya.

"Untuk apa ditemani? Jangan manja! Lo itu bukan bocah, bodoh!" saut Bima dengan suara kerasnya.

"Akh. Bima pun sama saja. Mereka semua benar benar anak anak kurang ajar!" Madan menggerutu sendiri di tengah tengah lapangan.

'Baiklah, sekarang gua hanya harus menyelesaikan hukumannya dan kembali mengikuti pelajaran olahraga itu!' kata Madan dalam hatinya mulai bersemangat mengeksekusi hukumannya.

Madan mulai melangkahkan kakinya dan berlari mengitari lapangan sekolahnya. Madan berlari dengan santai. Ia tidak ingin menjadikan apa yang dilakukannya pada saat ini sebagai beban.

Madan bisa bermain bola sepanjang hari karena dirinya merasa senang. Ketahanan staminanya akan memiliki durasi waktu yang berbeda jika Madan menganggap aktivitas yang dilakukannya sebagai beban untuknya.

Tiap langkah kakinya, Madan di lemparkan berbagai ingatan yang bisa melupakan rasa lelahnya pada saat ini. Karena begitu kosongnya apa yang ada dihadapan Madan pada saat ini, Madan sampai memikirkan begitu banyak hal hingga ke titik kecil yang ada di kepalanya.

'Ah, kenapa gua harus memikirkan itu?' Madan mengherankan isi kepalanya yang dipenuhi dengan berbagai pikiran yang acak.

Matanya terus menghadap ke bawah. Terus berlari berusaha melupakan rasa lelahnya karena tak berhenti berlari.

Hingga tidak lama setelahnya, Madan mulai merasakan sebuah energi. Energi yang berasal dari seseorang.

Madan sendiri mulai ketakutan untuk menghadap ke atas. Karena, Madan mengira bahwa banyak anak anak disekolahnya tengah melihatnya yang tengah dihukum di sela sela jam pelajaran mereka yang kosong.

'Ah, gua tau perasaan seperti apa ini sebenarnya. Pasti, diatas sana ada orang yang sedang menonton gua. Lihat apa kalian? Sialan!' Madan hanya bisa menggunakan batinnya untuk membuat mereka menyadari kerisihannya.

Madan dapat melihat dari ekor matanya bahwa ada beberapa orang yang tengah bersandar di balkon menghadap ke arahnya. Namun, Madan enggan untuk melihat mereka. Emosinya belum cukup kuat untuk membangkitkan keberaniannya menatap mereka.

'Dia tidak berhenti juga dari balkon sana? Dia itu ngapain sebenarnya hah? Baiklah. Orang ini perlu diberikan pelajaran!' kata Madan dalam hatinya menanamkan niat untuk melakukan kontak mata dengan orang yang sudah lama menatapnya.

Madan menolehkan kepalanya ke atas, "Ck. Ngapain kal," Ia berusaha berkomunikasi dengan orang yang terus memperhatikannya. Berusaha membuat orang itu ketakutan dan tidak lagi memperhatikannya dari atas sana.

Namun sekarang, justru Madan sendiri yang dibuat terkejut dengan orang yang memperhatikannya.

"Hah?" Madan dibuat terperangah dengan sosok perempuan yang dilihatnya dari atas balkon sana.

Atika kebetulan sedang berjalan menuju toilet bersama satu orang temannya. Pada saat itu, tidak sengaja Atika melihat ke bawah melalui balkon. Dilihatnya Madan yang tengah berlari sendirian di lapangan sana. Maka, perasaan sulit untuk terus melangkah pun mulai bermunculan.

'A-Atika? Te-ternyata dia yang sedari awal terus memperhatikan gua? Tidak mungkin! Apa gua sedang berimajinasi?' Madan tidak mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.

Madan merasa begitu terkejut dengan kehadiran Atika. Namun Madan masih bisa menguasai dirinya. Melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti sekejap. Dan berlari mengabaikan rasa terkejutnya karena kehadiran Atika.

Madan berusaha untuk tetap terlihat cool dengan berhenti menatap balik Atika. Namun Atika terlanjur mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan Madan.

Dengan ekspresi wajah yang terkejut dan tubuh yang mematung. Bahasa tubuh Madan telah menjelaskan kepada Atika bahwa kehadiran dirinya telah berhasil membuat Madan merasa terpana.

Madan terus berlari dan menundukkan pandangannya.

'Tidak! Jangan menunduk! Itu terlihat sangat jelas bahwa gua seakan memberikan respon terhadap kehadirannya!' kata Madan menyadari titik kesalahannya yang membuat dirinya akan terlihat kurang natural dalam mengabaikan Atika.

Pada akhirnya, Madan pun mulai merasakan keheningan. Seakan tidak ada lagi energi yang menandakan kehadiran Atika di balkon atas.

'Sepertinya dia sudah pergi,' katanya dalam hati.

Namun Madan masih enggan untuk melihat ke atas dan memilih untuk terus berlari tanpa mempedulikan apapun lagi.

'Tapi, ini terasa begitu aneh. Gua sendiri berbicara banyak dengan Atika melalui ponsel. Namun, ketika bertemu di sekolah, kita justru terlihat seperti tidak saling mengenal satu sama lain!' pikir Madan menyadari perbedaan antara berhubungan melalui ponsel dan secara langsung.

"Semangaat!" teriak Atika dari atas sana.

Madan benar benar percaya bahwa dirinya tidak lagi merasakan kehadiran Atika dan kawannya itu. Namun, suara barusan benar benar membuat jantung Madan berdebar.

Madan menoleh ke atas, "Hah?" Dilihatnya Atika yang tengah ditarik oleh seorang temannya, 'Suara itu adalah suara Atika!' Madan masih meragukan telinganya.

Madan tidak mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat ini. Mendapatkan ucapan semangat dari Atika adalah hal yang spesial baginya. Lututnya tak lagi kuat menopang tubuhnya. Madan terduduk diatas tanah dengan raut wajah yang masih teperangah. Seakan ucapan semangat dari Atika memberikan serangan yang merusak anggota tubuhnya.

'Apa gua boleh tidur di atas sini?' tanya Madan dalam hatinya. Ia mulai terlihat gila.

Tubuhnya terasa lemas. Seakan semua energi yang dimilikinya diserap habis hanya dengan kehadiran Atika.

"Hei Madan! Ngapain kamu duduk disana?" bu Dini meneriaki Madan yang masih terperangah karena mendengar suara Atika.

Seketika, suara keras dari bu Diana pun membuat madan merasa sangat terkejut. Dengan cepat Madan langsung membangkitkan tubuhnya.

"Iya bu! Saya sedang istirahat sebentar!" Lagi-lagi Madan berkata bohong.

"Jika kamu mau beristirahat, duduklah di tempat duduk! Jangan di atas tanah begitu!" ujar bu Dini juga terlihat cemas terhadap Madan.

"Hahaha. Iya siap ibuu!" jawab Madan dengan wajah yang mulai mampu menyengir.

Bu Dini pun melanjutkan perjalanannya yang menuju ke ruang kepala sekolah.

Apa yang baru saja terjadi dengannya adalah sebuah hal gila. Terbukti dari efeknya yang membuat Madan terlihat gila di hadapan bu Dini.

Madan menyadari bahwa dirinya sempat kehilangan kendali untuk mengontrol tingkahnya. Sehingga, Madan pun terlihat seperti orang yang tak waras.

'Baik Madan! Baik. Baik! Jadi, bagaimana selanjutnya? Apa yang harus lo lakukan? Apa lo hanya akan terus berdiam diri di tempat ini dan terus menikmati indahnya kejadian barusan?' Madan berusaha menyadarkan dirinya agar tidak bertingkah bodoh lagi hanya karena sepatah kata dari Atika.

Madan pun kembali berlari. Berusaha menyelesaikan hukuman yang telah diberikan kepadanya.

Baiknya, apa yang Atika ucapkan kepada Madan memiliki dampak yang begitu besar bagi stamina Madan. Madan tidak berhenti memikirkannya karena mulai terbawa perasaan. Sehingga, pikirannya terus disibukkan hingga melupakan rasa lelahnya lagi.

Sebelumnya, Madan sendiri telah mendapati hari indahnya karena Atika yang tiba-tiba saja menghubunginya. Dan sekarang, lagi-lagi Madan dihadapkan dengan kejadian yang menurutnya akan menjadi cerita yang penting. Sehingga, hari Kamis yang seharusnya menjadi indah lalu berubah begitu saja menjadi sangat menjengkelkan.

Namun berakhir dengan ucapan semangat dari Atika yang mengobati hari buruknya.

'Dia benar benar membuat hari gua terasa lebih menyenangkan,' ungkap Madan dalam hatinya.

Meski dirinya merasa ingin memiliki Atika, namun faktanya Madan sendiri tidak berani menemui Atika. Madan tidak mengerti dengan jelas apa yang sebenarnya terjasi padanya.

Seharusnya, rasa rindu akan mendorong seseorang untuk ingin langsung menemui orang yang di rindukannya. Namun anehnya, Madan merasa tidak masalah dengan dirinya yang tidak begitu sering melihat kehadiran Atika. Selagi dirinya masih bisa berinteraksi dengan Atika, Madan masih merasakan kenyamanan yang sama.

Atau mungkin perasaan sebenarnya yang dirasakan Madan hanyah perasaan tertarik?

'Ah, ini sangat merepotkan! Gua tidak yakin apakah diri gua sendiri telah mengalami perubahan yang banyak? Gua tidak bisa memainkan hati seseorang!' pikir Madan dalam hatinya.

Ia berkata seakan Atika tengah mengejarnya.