Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pengendali Elemen Terkuat

Archaeopteryx_Gray
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.9k
Views
Synopsis
Dunia yang berisi sihir dan kekuatan. Di dunia ini, setiap orang yang memiliki kekuatan untuk memanipulasi elemen disebut sebagai Elemagnia. Di mana setiap orang memiliki satu elemen, Ashnard justru mendapatkan dua sekaligus yang membuatnya sebagai Elemagnia yang unik Perjalanan Ashnard dalam memahami seluk beluk dunia elemental akan dimulai. Akankah perjalanannya akan membuatnya paham dengan misteri yang ada atau tidak?
VIEW MORE

Chapter 1 - Perayaan dan Ulang Tahun

Latihan telah selesai, walau hasilnya tidak memuaskan. Tetapi, itu cukup untuk Ashnard mendapatkan hari libur yang menyenangkan.

Hari ini, hari Ashnard berusia 16 tahun, tepat dengan perayaan tahunan Negara Winfor. Sebuah perayaan yang diadakan untuk memperingati 4 Penjaga Angin yang selalu menjaga negeri ini dan memberikan angin keselamatan pada setiap penduduknya. Sekaligus memperingati berdirinya Negara Winfor.

Inilah kado ulang tahun untuk Ashnard. Sebuah perayaan penuh suka cita dan kemeriahan. Terasa seperti sebuah perayaan besar hanya untuk dirinya seorang.

Hiasan bunga di pasang di tiap-tiap rumah dan toko. Kincir angin kecil terbuat dari kertas warna-warni menghiasi jalanan dengan putarannya yang membawa angin. Angin lalu membawa suasana hangat dan aroma menggiurkan jajanan dari kios-kios yang bersahabat.

Pada hari ini, tak ada bagian jalanan yang kosong, terutama alun-alun kota yang selalu diisi dengan kegiatan yang menggetarkan perasaan bahagia para warga. Paduan suara yang menderu bersama angin, tarian-tarian penuh makna dan senyuman, dan perlombaan yang mulai dari menguras tenaga hingga membuat kerajinan.

Namun, kali ini, Ashnard sudah merengut kesal semenjak meninggalkan kediamannya. Ia kesal bukan pada perayaan, tapi pada seseorang.

"Kenapa Ibu mengajak pria tua itu?" bisik Ashnard ke ibunya, lalu melirik ke belakang, ke pria tua yang tersenyum di balik kumisnya.

"Apa yang kau bicarakan, Ash? Dia itu gurumu. Jadi, wajar saja jika ibu mengundangnya, kan. Lagipula, bukankah kalian sudah sangat dekat?"

Ashnard lalu menoleh dan memelototi Ozark, "Kelak, aku akan mengalahkanmu, ingat itu!"

Setelah kekalahannya dalam latihan terakhir, Ashnard sering menantang ulang Ozark, dan hasilnya tak jauh berbeda. Ia ingin perayaan ini terbebas dari rasa sakit atas kekalahannya, tapi kehadiran Ozark di sini membuatnya teringat kembali akan rasa sakit itu.

Telinga Ashnard memerah saat Edda menjewernya, "Jangan nakal, Ash! Hari ini ulang tahunmu." Edda lalu melemparkan senyuman ke Ozark. "Tak usah dipikirkan, Tuan Ozark. Mari kita nikmati perayaan ini dengan tenang."

Ozark menundukkan kepalanya sedikit. "Tidak masalah, nyonya. Aku sudah terbiasa dengan sikapnya."

Mereka pun melanjutkan menikmati jalanan kota dihias indah dengan berbagai karangan bunga dan dekorasi yang beragam lainnya. Para warga yang berseliweran, menyapa keluarga Raegulus dengan hangat. Ashnard tersenyum bangga. Namun, senyumannya itu harus buyar saat ibunya menyikut lengannya.

"Ash, lihat." Edda menunjuk ke arah seorang gadis berambut pirang yang sedang meniup kincir angin kertas, tak jauh dari mereka. "Itu gadis dari keluarga Nerefelon. Kau bisa mengajaknya kencan."

"Apa? Tidak mau!" Ashnard menolak. Tapi, ibunya terus mendorongnya hingga dekat dengan gadis itu.

Jantung Ashnard tak siap untuk ini. Ashnard tak memiliki pilihan lain selain menjulurkan tangannya. "Ha-halo ... a-aku Ashnard. Salam kenal."

Gadis itu tersenyum manis seolah-olah dia tak menyadari kegugupan Ashnard. "Halo. Kau putra keluarga Raegulus, ya. Aku Liliya. Salam kenal," balas Liliya dengan lembut.

Keheningan menghinggapi dua anak itu setelahnya. Liliya kembali memainkan kincir angin kertasnya. Sementara Ashnard berusaha membangkitkan keberaniannya yang ciut saat mata biru gadis itu menatapnya.

"Ma-maukah melihat perayaan bersamaku?" ajak Ashnard.

Liliya perlahan tersenyum dan mengangguk, "Tentu."

Edda yang melihat putranya berhasil mengajak Liliya merasa sangat senang hingga ingin berteriak menyemangatinya. Ozark hanya melambaikan tangannya pada Ashnard sambil berusaha menenangkan kehebohan Edda.

Selama mereka menyusuri jalanan kota yang ramai, Ashnard merasa canggung dan Liliya tetap tersenyum pada apapun. Pertanyaan-pertanyaan tak penting pun keluar dari mulut Ashnard seperti 'Hari ini cerah, ya?' dan 'Disini rame juga, ya?'. Namun, Liliya selalu menjawabnya tanpa memikirkan hal tersebut.

Gadis itu tenang dan selalu tersenyum. Ia tak memikirkan perkataan warga yang melihatnya berjalan bersama Ashnard, tidak seperti Ashnard yang semakin malu saat mendengar warga berbisik tentang mereka.

"Omong-omong, hari ini aku berulang tahun. Jadi, aku merasa kalau perayaan ini seperti seluruh kota merayakanku."

Liliya terkesiap, "Hari ini ulang tahunmu? Maaf, aku tak menyiapkan hadiah untukmu."

"Tidak masalah. Kita juga baru berkenalan, jadi aku tak memintamu memberikan hadiah untukku."

Ashnard sebenarnya tak ada niatan untuk memberitahunya bahwa hari ini ia berulang tahun, tetapi karena tekanan dari rasa canggung dan bisikan para warga membuatnya tak sengaja mengatakan hal tersebut.

Mereka pun berhenti di depan sejumlah patung yang terbuat dari rangkaian bunga cantik. Patung setinggi 15 kaki itu merupakan patung dari Empat Penjaga Angin. Empat dewa yang melindungi negara Winfor.

Ashnard menyadari mata gadis itu yang berbinar-binar saat melihat patung dari bunga itu. Mata yang sama seperti saat Ashnard mengamatinya dari balik pagar. "Kau suka bunga, ya?"

Liliya mengangguk. "Tapi, bunga di sini tak seindah bunga di luar sana."

Ashnard meninggikan salah satu alisnya, "Di luar sana?"

Liliya lalu meraih lengan Ashnard dan menariknya, "Akan kutunjukkan padamu."

Melewati kerumunan dengan gesit, Liliya membawa Ashnard di sebuah gang yang gelap, bagian dari kota yang Ashnard tak ketahui. Di ujung gang itu, sebuah dinding tembok tinggi yang seputih gading menghadang mereka.

Ashnard bertanya-tanya kenapa Liliya membawanya ke sini. Ia menemukan Liliya yang sedang menggeser sebuah papan yang bersandar di dinding. Papan itu menutupi sesuatu, sebuah celah di dinding.

Celah itu cukup besar untuk Liliya bisa merangkak melewatinya.

"Tunggu, Liliya, apa yang kau lakukan?"

"Ikuti aku," teriak Liliya dari balik dinding.

Ashnard pun mengikutinya. Liliya yang sudah menunggunya dari balik dinding langsung meraih lengan Ashnard dan terus berlari membawanya melewati padang rumput.

Menerjang rumput-rumput liar yang tinggi dan bukit-bukit yang hijau. Tanpa lelah, gadis itu terus berlari hingga sampailah di suatu tempat.

Sebuah padang bunga yang luas. Di balik bukit itu, hamparan padang bunga mengisi seluruh sudut pandang. Dengan warna yang sangat meriah, seolah-olah seluruh warna di dunia ada di padang bunga tersebut.

Liliya tersenyum, senyumannya seperti memancarkan segala keindahan padang bunga itu. "Bagaimana? Lebih indah, kan?"

Ashnard memang bermimpi untuk berpetualang ke berbagai tempat, tapi ini pertama kalinya Ashnard keluar dari kota dan semakin yakin betapa indahnya dunia.

Liliya belum berakhir. Ia menuruni bukit, berlarian di antara bunga-bunga itu diikuti Ashnard. Liliya melambaikan tangannya, membuat angin yang menerbangkan kelopak bunga.

Warna-warni bunga jatuh seperti hujan. Hujan yang menciptakan kesenangan bagi mereka berdua. Mereka terus berlari hingga rasa letih menguasai mereka dan rasa puas mereka terpenuhi.

Liliya lalu berhenti dan memetik sejumlah bunga satu per satu. Mengikatnya menjadi satu dengan batang bunga. Sebuah rangkaian bunga diberikan. "Selamat ulang tahun, Ashnard."

Ashnard sejenak terpukau. Bukan karena karangan bunga itu, namun senyuman Liliya yang begitu lebar dan tulus. "Terima kasih."

Ashnard dan Liliya pun duduk di atas bukit menghadapkan pandangan mereka pada padang bunga tersebut. "Kurasa kau benar. Tempat ini indah."

"Hehe, sudah kubilang, kan."

"Bagaimana kau tahu tempat seperti ini?" tanya Ashnard penasaran.

"Saat pertama kali menemukannya, aku lari dari hal-hal yang tak kusuka. Kutemukan celah itu dan terus berlari hingga menemukan tempat ini," kata gadis itu. "Aku sering menyelinap ke tempat ini untuk menghindar dari semua hal yang tak kusuka."

"Apa hal yang tak kau suka?"

"Banyak."

Ashnard melihat gaun Liliya yang tampak kotor dan kusam. Gadis itu tak memikirkan status bangsawannya dan tetap melakukan hal yang ia sukai.

"Lalu, apa yang kau sukai?"

"Banyak," gadis itu terkekeh. "Salah satunya padang bunga ini. Impianku adalah melihat dunia luar. Aku ingin melihat berbagai macam bunga yang indah di luar sana."

Ashnard terkesiap, matanya berbinar. "Mimpimu melihat dunia luar? Aku juga!"

"Wah, sungguh?"

"Mimpiku ingin berpetualang mengililingi dunia seperti Roc."

"Roc?"

"Ya, dia seorang Ksatria Bintang dari Tanah Kegelapan, yang memutuskan untuk berkeliling dunia karena negerinya hancur. Aku punya banyak buku petualangannya."

Liliya tertawa melihat Ashnard yang begitu bersemangat. "Begitu, ya. Omong-omong, apakah rumor itu benar? Kau memilih elemen air?"

"Iya, apakah itu aneh?"

"Tidak juga, tapi kebanyakan warga disini jika mendapatkan elemen, mereka akan memilih angin. Orang yang memilih selain angin disini dapat dihitung dengan jari, termasuk kau," jelasnya. "Tenang saja, elemen lain juga bukan berarti jelek."

Obrolan mereka terhenti saat secara mendadak muncul kabut yang menerpa mereka seperti hembusan angin. Dunia yang awalnya cerah seketika gelap dan samar.

"Apa yang terjadi!?" Ashnard panik.

Kabut tebal menutupi cahaya matahari. Menghalangi cahaya tersebut dari menyinari padang bunga.

Lonjakan energi terasa sangat kuat. Membuat leher Ashnard bergidik, membuat jantung Ashnard berhenti berdetak sejenak. Kekuatan dahsyat itu datang setelah kabut itu menguasai sekeliling mereka.

Karena kekuatan itu juga membuat nafas Ashnard terasa berat, keringat mengucur deras dari ujung kepala hingga kaki. Ia bahkan tak bisa menggerakkan kaki-kakinya untuk beranjak dari tempat itu.

Sumber energi kuat itu bergerak mendekatinya. Semakin membuat sekujur tubuh Ashnard terasa sakit. Dadanya panas, perutnya serasa diputar, dan tenggerokonnya tersekat. Ashnard tak bisa bernafas saat sebuah siluey muncul dari balik kabut yang tebal.

Meskipun kesakitan, Ashnard berusaha merentangkan tangannya untuk melindungi Liliya. Kekuatan yang dia rasakan dari siluet itu jauh melebihi kekuatan Ozark.

Dari siluet itu, terdengar kibasan yang menggetarkan seluruh tubuh Ashnard. Semakin dekat, semakin jelaslah sosok itu. Seekor burung raksasa terbang menghampirinya. Namun, ada seseorang yang menunangginya. Seorang pria.

"Siapa kau!?" teriakan Ashnard terdengar serak.

Liliya tiba-tiba berlari dan memeluk erat burung raksasa itu setelah mendarat, seolah-olah sudah lama tidak bertemu.

Datang dengan suara yang gagah dan lantang, namun halus seperti angin saat menyapa Ashnard, "Salam kenal, manusia kecil. Aku Sefenfor. Aku datang dari angin timur."

***

Ia mendekati ilusi Ashnard dan meniupkan angin pada ilusi tersebut. "Selamat ulang tahun, nak. Aku tak akan memberimu hadiah karena kau sudah mendapatkan banyak hadiah. Kau bertemu dengan gadis yang imut, bahkan kau bertemu dengan seorang dewa. Ya ampun, aku sangat ingin bertemu dengan dewa sejak aku membaca mitologi dewa yunani di wiki. Di kehidupanku sebelumnya, dewa sudah seperti apa saja yang tak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan, kau tahu. Seperti contohnya, aku di tempat ini dan sedang berbicara denganmu.

Ia lalu berjalan mengeliling ilusi tersebut dan berhenti di sampingnya. Ia menatap ke sudut yang sama dengan ilusi Ashnard hadap. "Oh, omong-omong, kau tahu, aku juga sudah bertemu dengan seorang dewi yang sangat cantik. Dan dia memberiku sebuah hadiah berupa kesempatan untuk hidup kembali yang di mana kau mengambilnya dariku.

"Marah? Tentu saja aku tak marah. Apa yang kau bicarakan? Aku hanya merasa bersyukur karena kau tidak ada di sini agar bisa kupukul."