Tak ada yang tahu kapan dan bagaimana angin muncul di dunia. Dalam satu jentikkan jari, angin sudah berputar-putar dan menari di padang rumput beserta unsur lainnya.
Beberapa mengatakan bahwa angin adalah nafas dari dunia itu sendiri. Seperti manusia saat pertama kali dilahirkan, mereka akan bernafas. Dunia juga melakukan hal yang sama.
Angin itu datang dan pergi sesuka hati mereka. Bebas, tanpa aturan dan kehendak orang lain.
Seperti angin itu sendiri, 4 Penjaga Angin muncul di sebuah bukit hijau. Pada saat itu, awan terbelah secara garis lurus, seperti membuka jalan baru bagi mereka. Kedatangan mereka membawa angin segar di tanah yang akan menjadi Negeri Angin, Winfor.
Orang bilang, mereka datang sebagai pengembara, satu per satu, lalu menjadi kawan. Ada yang bilang juga, mereka sudah berkawan sejak kedatangan pertama mereka. Selalu bersama dan tak dapat dipisahkan.
Ketika orang-orang bertanya siapa mereka dan darimana mereka datang, salah satu dari mereka yang berpenampilan gagah layaknya seorang ksatria berkata, "Kami pergi ke mana arah angin membawa kami."
Namun, sayangnya, angin membawa mereka ke sebuah tempat yang tak pernah ada di pikiran siapapun untuk didatangi. Tempat dimana angin tak berhembus, pohon tak tumbuh, padang rumput tak hijau.
Langit begitu abu-abu, tak terang juga tak gelap. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain tulang dan bangkai, seakan-akan kehidupan tak pernah sampai disini. Kosong adalah kata yang pantas untuk tempat ini. Sebuah kekosongan yang ingin diisi tapi tak tahu bagaimana cara mengisinya.
Yang paling pendiam di antara mereka mengatakan bahwa tempat ini tak layak untuk dihuni, tak layak untuk dilindungi.
Yang memiliki janggut berkata jika dia lebih baik mati dicabik-cabik oleh naga daripada mati ditempat seperti ini.
Yang paling anggun dan bersuara lembut berharap kebaikan Sang Pencipta memberi kesempatan untuk tempat ini menjadi lebih makmur dan indah.
Yang berdiri paling depan di antara mereka, dan berseru paling gagah selayaknya seorang pemimpin, mengajak para sahabatnya itu untuk mengubah tempat ini. Tak perlu menunggu untuk mati atau para dewa untuk turun tangan.
"Marilah kita jadikan tanah ini sebagai tempat yang bisa dihuni oleh siapapun. Paling layak untuk dijadikan tempat peristirahatan terakhir kita. Paling makmur dari pelabuhan manapun. Lebih indah hingga surga pun merasa iri.
"Lalu, bersumpahlah atas nama angin yang mempersatukan kita. Lindungi tanah ini berserta isinya dengan seluruh kekuatan dan jiwa kita."
Terbuatlah sebuah sumpah di satu-satunya tempat di mana satu bunga tumbuh. Mereka mengelilingi bunga itu dan saling memandang satu sama lain.
Akan tetapi, upaya menghidupkan tanah ini bukanlah perjuangan yang mudah. Mereka mengetahui jika penyebab kekosongan ini berasal dari sebuah jurang misterius. Di jurang itu, bersemayam sebuah kekuatan yang tak terbayang kengeriannya.
Jurang Kegelapan, mereka menyebutnya. Dasarnya sangat gelap. Diselubungi oleh energi hitam yang menelan kehidupan. Tak ada cahaya manapun yang mampu mengusir kegelapan di jurang itu.
Dari kegelapan yang menggumpal, muncul sejumlah makhluk buas. Makhluk itu dipenuhi kekuatan kegelapan. Merangkak pada malam ataupun siang hari, tak ada yang luput dari cakar dan taringnya.
Nafasnya mengotori udara dan cahaya. Energi gelapnya meracuni segala makhluk hidup. Orang-orang menyebutnya Raivolka atau Makhkuk Buas dari Kegelapan.
Pedang, panah, tombak, tak ada senjata manapun yang bisa melukainya. Para pengembara kewalahan, mereka terpojok hingga terpaksa harus menetap di utara, di sebuah pegunungan bersalju.
Yang berjanggut mulai lelah dengan semua perjuangan sia-sia. Senjata mereka tidak berguna sama sekali melawan makhluk tersebut. Ia pun memutuskan untuk menciptakan senjata yang mampu mengalahkan kegelapan.
Selama perlawanan mereka yang panjang, akhirnya ia berhasil membuat senjata dari inti cahaya yang mampu mengalahkan para Raivolka. Ia lalu membuat senjata lainnya untuk para sahabatnya dan terompet sebagai alat berkomunikasi.
Dengan terompet itu, mereka lalu menyebar ke 4 arah untuk memukul mundur semua kegelapan yang berkuasa.
Meskipun mereka berhasil menghabiskan semua musuh, Raivolka terus bermunculan selama kegelapan di jurang masih ada. Sama seperti cahaya, kegelapan itu sendiri tak bisa dihancurkan atau dihapuskan. Kegelapan akan terus ada bersama dengan keberadaan dunia.
Maka dibuatlah senjata kelima untuk menyegel kegelapan yang tak bisa dibinasakan itu. Senjata itu berupa pedang yang diberi nama Nebulius, pedang yang memadukan kekuatan cahaya dan seni sihir. Sebuah pedang khusus yang diberikan pada satu-satunya yang bisa bertahan dari energi kegelapan, yaitu si pendiam.
Si pendiam memiliki pikiran yang sangatlah kuat, bahkan kegelapan sendiri tak bisa menggerogotinya. Karena itu, dialah satu-satunya yang layak untuk menggunakan kekuatan pedang itu.
Ia dengan tekadnya, menuju sebuah hutan di selatan, turun ke bawah, ke jurang yang telah dikuasai kegelapan. Ia berjalan di kegelapan dengan tenang, tanpa takut kegelapan akan menguasainya. Ia lalu membenamkan pedangnya dan seketika sebuah energi yang kuat mendorong asap hitam itu semakin kekedalaman jurang. Kegelapan beserta Raivolka tidak akan bisa terlepas dari segel, kecuali pedang itu tercabut. Dan tidak ada siapapun yang bisa mencabutnya, karena si pendiam terus mengawasi wilayah itu.
Memanfaatkan kemampuan si pendiam, pedang itu dibuat untuk terhubung dengan pikirannya. Jadi, dia akan tahu jika pedang itu tercabut atau dicuri oleh seseorang.
Pada akhirnya, perjuangan mereka telah berakhir. Kegelapan telah ditaklukan. Mereka kembali ke tempat saat sumpah mereka dibuat. Mereka mengangkat senjata mereka di udara, bersorak atas kemenangan mereka. Angin dan cahaya perlahan muncul kembali di tanah itu, kehidupan perlahan tumbuh. Tanah menjadi hijau dan langit menjadi biru.
Dan di kemudian hari, rumah, toko bunga, pasar, dinding dan menara kincir angin akan berdiri di tempat tersebut dengan megah.
Para pengembara dihormati dan dikenal sebagai Empat Penjaga Angin di era yang damai. Lalu, setelah ribuan tahun, Raivolka muncul ke permukaan, dan si pendiam sekarat karena terkorup oleh kekuatan gelap. Hal itu menandakan bahwa masalah ini kembali muncul untuk menguasai Winfor sekali lagi.
Pedang Nebulius harus dibenamkan kembali pada tanah kegelapan sekali lagi.