Chereads / Pengendali Elemen Terkuat / Chapter 14 - Menjelajahi Mimpi Liliya

Chapter 14 - Menjelajahi Mimpi Liliya

Di luar gua yang hangat, meninggalkan Ashnard dan Liliya di dalam, Reibo mendekati Sefenfor yang sedang membelai burung elangnya. "Kenapa kau membiarkan Liliya ikut? Liliya tidak sekuat Ashnard, kau tahu itu. Kau bisa membuat gadis itu berada dalam bahaya."

"Aku tahu. Tapi, tenang saja, ada Ashnard di sisinya. Aku percaya Ashnard akan melindunginya. Dia akan melakukan segalanya agar gadis itu tak terluka."

Ternyata, Reibo tak menyukainya jawaban dari Sefenfor, ia geram, "Apa kau sejahat itu? Mereka itu masih kecil. Kau justru memberikan Ashnard dua tanggung jawab, Sefenfor! Seperti biasa, keputusanmu selalu ceroboh."

Sefenfor lalu berbalik dan menatap temannya itu. "Apa kau tidak melihat wajah Ashnard? Saat Liliya berkata akan ikut, Ashnard senang. Anak itu takut pergi sendirian. Kehadiran Liliya di sisinya justru membuatnya kuat, membuatnya berani. Aku tak melihatnya seperti merasa tertekan atau terpaksa dengan semua tanggung jawab itu. Mereka seperti saling mengisi satu sama lain."

"Kau sebenarnya takut, bukan? Takut kalah. Takut tertelan kegelapan, seperti Nous."

Sefenfor yang sedang membelai Ekarios, melirik Reibo melewati bahunya, "Aku tidak takut."

Reibo mendesah, "Jika Zefiria ada di sini, ia pasti tak akan setuju, sama sepertiku!"

"Jangan bilang apapun padanya!" sergah Sefenfor.

"Tentu saja tidak. Aku sudah lama tidak melihat wanita itu, tidak semenjak kau membuatnya kecewa," pungkas Reibo, setelah itu ia meninggalkan Sefenfor dan kembali ke bengkel guanya.

Ia menghampiri Ashnard yang sedang berdiri di sebelah Liliya yang tertidur pulas. Ashnard menggenggam erat tangan gadis itu, berusaha agar ikatannya tak terlepas.

"Bagaimana? Apa kau sudah terhubung dengan Liliya?" tanyanya pada Ashnard.

Ashnard menggeleng sambil memejamkan matanya kuat-kuat. "Memasuki pikirannya saat tertidur ternyata lebih sulit dari dugaanku. Seperti ada sebuah penghalang di depanku."

"Mungkin .... saat kita tertidur, pikiran kita membuat sebuah dunia baru. Karena kau adalah pengunjung dari luar, maka akan lebih sulit untuk mendapatkan izin masuknya."

"Tunggu! Aku bisa menghancurkan penghalangnya. Aku akan masuk."

"Semoga beruntung."

Reibo lalu berpindah ke Nous. Urat-urat hitam sudah memenuhi dada dan lehernya menjadi hitam legam, lalu semakin menjalar hingga mencapai pipinya. Tubuhnya juga semakin pucat dan dingin. Reibo merasa seperti menyentuh mayat yang dibekukan.

Di hadapan sahabatnya yang sekarat itu, Reibo tak bisa apa-apa selain menunggu dan berharap. Harapannya ia pusatkan semuanya pada Ashnard yang sedang berusaha untuk menjadi lebih kuat.

Ashnard yang masih berusaha untuk menjadi seperti apa yang diharapkan Reibo dan lainnya berhasil mendobrak pembatas tak terlihat itu seperti kaca yang pecah. Cahaya menerobos keluar, menyilaukan kedua matanya.

Perlahan matanya menyesuaikan dengan lingkungan di depannya. Ia melihat sebuah dunia yang berbeda. Dunia yang begitu terang benderang dan ceria, mengingatkannya pada si pemilik mimpi. Tempat itu begitu tenang hingga dapat membuatnya rileks dalam sekejap. Udaranya juga begitu segar saat membelai kulit Ashnard.

Bunga matahari bersinar terang di langit biru menggantikan matahari. Di bawahnya, hamparan padang bunga terbentang sangat luas hingga tak terlihat ujungnya. Beberapa bunga tumbuh sangat besar seperti payung raksasa.

Saat kelopak bunga berwarna putih terbuka, keluar sebuah aliran air dari dalam mahkotanya. Air itu terus mengalir hingga membentuk sebuah sungai yang segar. Sungai yang membawa bunga-bunga berlayar.

Jauh di depan mata Ashnard, berdiri dengan megah sebuah kastil. Ujung kastil itu berkilau selayaknya bintang malam.

Seketika hamparan padang bunga terbuka dengan sendirinya, membentuk sebuah jalan setapak menuju kastil tersebut. Ashnard tanpa pikir panjang mengikuti jalan tersebut.

Di setiap jalannya, ia melihat banyak sekali bentuk bunga-bunga yang unik. Ada bunga yang mengeluarkan gumpalan kapas yang nantinya melayang di langit menjadi awan. Ada bunga yang memiliki putik meninggi dan setipis senar, saat terkena hembusan angin, terdengar alunan melodi dari putik tersebut.

Burung-burung yang beterbangan terlihat menyerupai sekuntum bunga yang terbang dengan kelopaknya. Seekor kuda yang memiliki kepala bunga yang sedang menguncup, menghampiri Ashnard. Kuda itu membungkuk padanya, memberikan sebuah tumpangan untuknya.

Ashnard pun menaikinya. Ia merasa aneh saat suara ringkikan terdengar dari wajah bunga kuda itu.

Sampailah Ashnard dalam hitungan detik di depan kastil. Padahal, ia baru saja memikirkan soal kuda, seketika dirinya sudah sampai di tujuan.

Kastil itu sangat mengkilap seperti ada seseorang yang memolesnya setiap saat hingga tampak seperti kristal. Pintu kastil yang besar itu seketika terbuka sendiri, dan di dalamnya, seorang gadis pirang dengan gaun berhias bunga duduk di sebuah singgasana berbentuk bunga yang terbuat dari bahan yang sama dengan kastil.

Gema langkah Ashnard mengisi ruangan yang kosong itu, berpadu dengan ketukan jari sang gadis.

"Kastil yang bagus, Liliya," sapa Ashnard.

Tapi, Liliya menatapnya dengan sinis. "Siapa kau?"

"Ini aku, Ashnard. Apa kau tak ingat?"

"Ashnard? Mungkinkah ... kau Ashnard dalam ramalan?" Mata biru Liliya melebar.

"Ramalan apa?"

"Saat langit begitu cerah, seekor kuda akan datang membawa seorang ksatria bernama Ashnard yang akan melindungiku dari iblis jahat," kata Liliya.

Di dunia mimpi, hukum terjadi sangat berbeda. Mimpi akan menjadi suatu hal yang acak, tapi terkadang mimpi juga menciptakan sebuah skenario cerita yang hanya akan selesai saat pemimpinya terbangun. Ashnard memilih mengikuti alurnya saja, karena ia berpikir jika ini adalah skenario mimpi tersebut.

Ashnard meletakan tangan kanannya di dada kirinya dan membungkuk. "Kau benar, ratuku. Ini aku, Ksatria Ashnard, datang untuk menyelamatkanmu."

Ratu Liliya meresponnya dengan senyuman. "Bagus. Aku sudah menunggumu sangat lama, ksatriaku."

"Maafkan aku karena membuatmu menunggu, ratuku. Sekarang dimana iblis jahat itu? Aku akan menghunuskan pedangku pada iblis itu."

Sesuai dengan keinginan Ashnard, seketika langit menjadi gelap gulita. Awan kelabu menutupi bunga matahari dan mengusir para burung bunga. Hewan-hewan berlarian ketakutan memasuki hutan. Air berhenti mengalir dan semua bunga menutup.

"Iblisnya datang," kata Ratu Liliya yang gemetaran. "Kumohon, tolong aku, ksatriaku."

"Tunggu disini, aku akan segera menyelesaikannya."

Di luar kastil, tampak sebuah badai asap hitam yang menelan apapun yang dilewatinya. Sangat panjang hingga utara dan selatan pun tak ada apa-apanya bagi asap itu. Dan perlahan, asap itu membentuk sebuah wajah ditengah, seorang pria berambut pirang, ayah Liliya.

Dengan mulutnya, asap berwajah ayah Liliya itu menghisap semua bunga-bunga dan hewan-hewan yang ada. Asap itu terus bergerak menelan apapun sembari mendekati kastil.

Kuda yang sama saat membawa Ashnard ke kastil datang lagi. Kini, kuda itu akan membawa Ashnard untuk berhadapan dengan sang iblis asap.

Sebuah pedang muncul dari langit terang sebelum tertutup sepenuhnya oleh asap hitam. Pedang itu mendarat dengan tepat di lengan Ashnard yang sedang memacu kuda. Pedang berwarna emas pucat itu memiliki ornamen bunga sebagai pelindung tangannya.

Saat sudah dekat, kuda itu melontarkan Ashnard ke udara dengan dorongan kaki belakangnya. Dengan pedang yang terhunus, Ashnard membawa angin dalam tebasan tunggalnya yang dahsyat, dalam sekejap menyapu asap hitam.

Akhirnya, langit pun kembali cerah, bunga kembali mekar, dan hewan-hewan kembali berkeliaran. Ratu Liliya berlari menghampiri Ashnard dengan perasaan gembira. Ia melompat lalu memeluk erat Ashnard.

"Terima kasih, ksatriaku. Kau telah menyelamatkanku. Karenamu aku tidak takut lagi. Tinggal lah disini dan hidup bersamaku," ajak Ratu Liliya.

"Aku sangat menghormati tawaranmu, ratuku. Tapi, sayangnya aku harus pergi."

"Tak perlu terburu-buru, orang asing!" Terdengar suara tegas seorang wanita dari langit.

Muncul dari celah di langit, wanita itu memiliki rambut panjang yang melayang-melayang di udara. Matanya yang menatap tajam ke bawah berwarna kuning emas. Sosok itu melayang perlahan tanpa sayap, tapi di punggungnya ada semacan ornamen emas yang memanjang dan bercabang seperti ranting pohon.

"Kehadiranmu adalah suatu pelanggaran. Binasalah!"

"Apa dia iblis jahat lainnya?" tanya Ashnard ke Liliya.

Liliya menggeleng. Ia meremas lengan Ashnard semakin kuat. "Aku tidak tahu," ucapnya gemetaran.

"Siapa kau?" teriak Ashnard ke wanita misterius itu.

"Aku lah yang mengatur mimpi," kata wanita itu. Ia merentangkan tangannya ke depan. "Kau telah memasuki dunia mimpi ini tanpa izin dan merusaknya. Sekarang aku akan menghukummu." Sebuah bola energi berwarna kuning terbentuk di sekelilingnya dan mengarah ke Ashnard.

Ashnard segera membawa Liliya menjauh dari hujanan bola energi. Tanah terkikis hingga tak bersisa saat tersentuh bola energi itu, meninggalkan jejak yang tak normal berbentuk bulatan.

Segera setelah Liliya disembunyikan sejauh mungkin, Ashnard bersiul memanggil kudanya. Ia mengendarai kuda itu menuju sosok misterus yang muncul dari langit.

Sejumlah batu runcing tumbuh dari tanah, menusuk tubuh kuda, membuat Ashnard terjatuh. Dengan tusukan dari segala sisi, kuda itu seketika lenyap menjadi butiran cahaya, tak meninggalkan bentuk fisiknya.

Ashnard menebas pedangnya berkali-kali di udara untuk menciptakan tebasan air. Dengan mudahnya, wanita itu menangkisnya dengan sebuah lapisan energi kuning.

Ashnard lalu melompat dengan bantuan dorongan air di kakinya. Ia menghunuskan pedangnya ke arah wanita itu.

Akan tetapi, dari belakang wanita itu sebuah cahaya kuning merekah, terus meluas seolah menutupi seluruh dunia dan menelan Ashnard ke dalamnya.

Ashnard terbangun, kembali ke realitanya yang dingin di luar dan hangat di dalam. Teriakannya membuat Reibo dan Sefenfor datang bertanya-tanya.

Ashnard benar-benar kebingungan dengan apa yang terjadi. Ia sangat beruntung karena tidak melangkah terlalu jauh. Ia selamat dari hukuman yang diberikan oleh "Dia yang Menguasai Mimpi," dan telah dibuang dari dunia mimpi ke kenyataan.

***

Akan tetapi, dari belakang wanita itu sebuah cahaya kuning merekah, terus meluas seolah menutupi seluruh dunia dan menelan Ashnard ke dalamnya.

Sementara di Ruang Kosong yang tidak ada apapun selain kekosongan, mendadak berdengung sangat keras saat lapisan cahaya kuning merambat ke seluruh ruangan. Seakan cahaya tersebut menelan Ruang Kosong.

Lalu, dari ujung lapisan cahaya yang bertemu, muncul sesosok wanita yang di hadapi Ashnard. Wanita itu ada di hadapan sosok putih sekarang.

"Apa ini?" Ia tak henti-hentinya melongo kebingungan.

"Kau bukan dirinya. Siapa dirimu?" tanya wanita itu. Dilihatnya ilusi Ashnard disebelah sosok putih itu. "Jadi, begitu. Aku mengerti apa yang telah terjadi."

"Ehhh ...." Sosok putih masih mencerna apa yang terjadi. Ini pertama kalinya ia berbicara dengan seseorang. Rasanya campur aduk, antara berdebar, takut tapi juga gembira.

"Bisa dikatakan, kau adalah jiwa lain yang terjebak di satu tubuh. Pantas saja kau tak memiliki wujudmu. Katakan, jiwa asing, bagaimana kau bisa ada di tubuh ini?"

Sosok putih itu berusaha menjawab semampunya. "Aku ... ditendang oleh jiwa yang ini. Maksudku, seharusnya ... aku yang mendapatkan tubuh ini, bu-bukan dia," jawabnya sambil menunjuk ke ilusi Ashnard.

"Bagaimana itu bisa terjadi? Ini sangat tidak terduga." Wanita itu pun mendekati sosok putih. Saat ia melangkah, terdengar bunyi gemericik lonceng yang berirama.

"Apakah kau temannya Dewi Ilna?" tanya sosok putih dengan polosnya.

"Kau telah bertemu dengannya? Itu berarti seharusnya jiwamu yang ditakdirkan, bukan jiwa anak itu. Kau yang mendapatkan kekuatan elemental, tapi jiwa lain yang menggunakannya. Ini hal yang tidak pernah aku temukan seumur hidupku.

"Jawaban soal pertanyaanmu barusan, tidak. Aku dan Ilna menanggung tugas dan tempat yang berbeda. Aku adalah Eristhiar. Aku adalah dewi yang mengatur dan menguasai alam mimpi. Pada awalnya, aku memasuki ruang pikiran ini hanya untuk menghapus ingatanmu tentangku. Akan tetapi, aku tidak menduga hal ini.

"Jiwamu yang lainnya telah menganggu stabilitas alam mimpiku dengan merusak alur yang telah kubuat, karena itu aku datang untuk menghukumnya. Sekarang, kurasa aku tidak akan melakukannya lagi. Melihat kehadiranmu disini, wahai jiwa asing, kurasa kau memiliki takdir yang unik dan aku tidak boleh mencampurinya. Aku akan melepaskan kalian. Dan ingat ini, jangan biarkan jiwamu yang lain merusak mimpi sekali lagi."

Kemudian, cahaya berputar dan sosok itu menyusut ke dalam cahaya hingga menghilang. Sekali lagi, sosok putih harus mencerna semua yang dikatakan Dewi Mimpi tersebut. Dewi itu mungkin menjelaskan beberapa hal, tapi itu masih belum cukup.