Chereads / Pengendali Elemen Terkuat / Chapter 17 - Melakukannya Bersama

Chapter 17 - Melakukannya Bersama

"Manusia tidak akan berguna di situasi yang seperti ini," Zefiria menegaskan kalimat tersebut berulang kali pada Sefenfor, di mulai pada saat pria itu telah mengecewakannya.

Suasana di rumah itu menjadi tegang. Bahkan dengan terpaan angin laut yang lembut tak bisa meredamkam api dalam hati mereka.

Reibo, sebagai seorang teman berusaha menenangkan ketegangan. Ia mendudukan kembali Sefenfor, dan mendorong secara pelan pundak Zefiria.

Zefiria tidak mudah dijinakkan. Ia menepis tangan Reibo. "Kau juga! Kenapa kau mengikuti orang bodoh ini? Keluarlah dari bengkelmu dan cari teman yang lebih baik darinya," Zefiria justru ikut membentak Reibo.

"Kau harus tenang, Zefiria. Nanti wajah cantikmu pudar," ujar Reibo berusaha melawan kekesalannya sendiri.

"Kau pasti juga tak setuju dengan keputusan Sefenfor, kan?"

"Tenanglah, wanita tua," sergah Ashnard. "Aku melakukannya bukan karena dipaksa. Ini memang keinginanku sendiri."

Dengan tatapan bagai makhkuk buas, Zefiria menodongkan jarinya pada Ashnard. "Jaga bicaramu, anak muda!"

Usaha Reibo untuk menenangkan Zefiria pun berjalan tidak mudah. Butuh bantuan dari Liliya yang telah mengenalnya untuk meredakan amarahnya. Wajah polos dan senyuman manis gadis itu telah berhasil menaklukan Zefiria.

Beberapa saat setelah ketenangan, masih tak ada yang ingin berbicara. Semua orang saling diam dan menunggu siapapun untuk berbicara.

Terlihat wajah Zefiria yang lesu, sambil memijat keningnya. Ia pun bertanya pada Ashnard, "Namamu Ashnard, kan. Untuk apa kau melakukan hal yang bisa membahayakan dirimu sendiri? Kenapa tidak melakukan hal-hal yang biasa dilakukan anak seusiamu?"

Ashnard tentu saja tidak akan mengatakan kalau sebenarnya ia bukanlah anak kecil, kalau sebenarnya, ia bukan berasal dari dunia ini. Mengabaikan hal tersebut, Ashnard justru berkata apa yang sesuai dengan kondisi yang sekarang.

"Memangnya perlu alasan untuk hal yang hanya bisa kulakukan sendiri? Kalau kau melarangku dan ingin melakukannya sendiri, lakukan saja. Tapi, aku juga tidak akan diam ketika rumahku akan hancur. Aku masih memiliki mimpi yang ingin kuwujudkan, tahu!"

Zefiria tampak heran. Ia mengalihkan pandangannya pada Sefenfor lalu kembali ke Ashnard. "Kau melakukannya demi mimpimu? Siapa yang mengajarimu? Siapa orang tuamu?"

"Ibuku Edda, Ayahku yang sudah lama meninggal, namanya Ebert."

"Itu bukan karena orang tuanya, Zefiria. Anak ini memang ingin melakukannya sesuai yang dia inginkan. Tak ada keraguan di hatinya," jelas Sefenfor berusaha meyakini Zefiria sekali lagi. "Kekuatan yang Ashnard miliki bisa membantu Nous untuk kembali normal. Seperti yang kubilang hanya ini satu-satunya cara. Jika ada cara lain yang tidak melibatkan Ashnard, sudah pasti aku akan melakukannya. Kau harus memercayaiku. Kau harus memercayai Ashnard."

"Ya, jika aku diam saja, akan ada korban, bukan? Aku tak mau itu terjadi. Pilihanku satu-satunya adalah mencegah hal itu terjadi. Inilah alasan aku mempunyai kekuatan tersebut," tambah Ashnard.

Sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai saat ini, Zefiria tetap tak bisa menolak keputusan yang Sefenfor telah ambil. Ia merasakan kalau saat ini seperti kembali ke masa itu. Pada akhirnya, ia tak bisa membuat keputusan yang melebihi keputusan Sefenfor.

"Aku takut aku tak akan bisa menolaknya. Tapi, kalian tak boleh diam saja." Zefiria memandang tajam Sefenfor dan Reibo. "Aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk. Karena itu, kita harus melindungi Ashnard."

Sefenfor memang berniat seperti itu, karena itulah dia menyetujuinya. Tapi, tampaknya rasa kesal Zefiria masih tak bisa terhapus dengan mudahnya. Rasa benci selama ratusan tahun itu terus tertanam dalam hatinya dan ada kemungkinan akan semakin berkembang, jika ia tak bisa mengendalikannya.

"Sebenarnya, aku ingin meminta kalian datang bukan hanya meminta bantuan kalian. Ada hal yang ingin aku perlihatkan pada kalian," ungkap wanita itu yang menjadi lebih tenang sekarang.

Zefiria lalu membawa yang lainnya ke atas padang rumput terbuka. Tak jauh dari Hutan Hitam dan Jurang Kegelapan. Sebuah jejak panjang membekas di tanah, dan terus memanjang hingga ke Jurang Kegelapan itu sendiri.

Ashnard bisa merasakan hatinya semakin gelisah saat jurang itu tampak di matanya, meskipun setitik noda hitam.

Sefenfor berjongkok dan memeriksa jejak yang aneh tersebut. "Jejak ini ...."

"Ya, kau pasti sudah tahu. Ini seperti jejak saat sedang menyeret sesuatu," kata Zefiria.

"Siapa yang menyeret dan apa yang diseret?" tanya Ashnard.

"Lihatlah." Terdapat sejumlah cairan merah di sepanjang jejak itu. "Darah manusia," ungkap Zefiria.

"Maksudmu, makhluk itu menyeret manusia ke dalam jurang?" Reibo menatap tak percaya.

"Mengejutkan, bukan? Selama kita melawan mereka, mereka tidak pernah menunjukkan perilaku seperti ini. Mereka selalu menyerang apapun, siapapun langsung di tempat."

"Mungkinkah bukan Raivolka? Makhluk lainnya yang lebih cerdas atau ini ulah seseorang," tebak Sefenfor masih kasar.

"Tapi, siapa yang ingin membawa orang atau benda ke dalam jurang yang dipenuhi kegelapan yang bisa menggerogoti tak hanya tulang tapi jiwamu?"

"Ya, aku tahu, aku tahu. Ini hal yang berbeda. Aku takut jika yang kita lawan jauh lebih buruk dari Raivolka atau kegelapan."

Liliya tak berani memikirkan kemungkinan dan ketakutan yang akan dihadapi di depan. Ia meraih lengan Ashnard.

Ashnard memahami ketakutan Liliya, karena ia juga merasakan ketakutan tersebut. Ia bertanya pada siapapun yang bisa menjawabnya, "Lalu, bagaimana sekarang?"

Tepat saat kebingungan sedang menyibukkan mereka, sebuah luapan energi terjadi. Elemen kegelapan yang berasal dari jurang, entah karena suatu alasan apa, tiba-tiba meluap seperti lahar gunung berapi.

Luapannya bukan berupa fisik, tapi tetap bisa dirasakan oleh mereka. Langit di atas jurang menjadi ungu akibat efek energi tersebut. Udara menjadi pekat seperti kabut milik Sefenfor tapi memiliki warna hitam yang mengerikan.

"Sebaiknya kita menjauh," ujar Sefenfor yang berusaha menahan energi hitam tersebut. Ia menutupi bagian mulut dan hidungnya dengan lengan.

Energi hitam itu mempengaruhi seluruh tubuh. Nafas menjadi terasa sangat sulit dan gerakan menjadi kaku. Mereka yang terkena efeknya, merasakan seperti ada sesuatu yang menjalar dalam tubuh mereka dan sedang menuju ke pusat tubuh.

Kegelapan itu juga berusaha menggerogoti pikiran seperti yang dijelaskan sebelumnya. Mengakibatkan rasa nyeri dan pusing.

Di antara mereka yang kesulitan dalam bergerak dan bernafas, hanya Ashnard lah yang satu-satunya bisa menyunggikan sebuah senyuman di wajahnya. Di antara bayang-bayang dan kegelapan yang berusaha merasuki teman-temannya, ia mengandalkan kekuatannya tersebut.

Zefiria menjadi sangat kebingungan saat ia tak perlu lagi untuk menutupi wajahnya. Ia bisa bergerak bebas tanpa tekanan dalam kepungan kabut hitam itu. Tak ada rasa sakit di sekujur tubuhnya, hanya ada ketenangan yang menghanyutkannya.

Wanita itu melempar pandangan ke belakang, ke anak kecil yang sebelumnya ia remehkan, sekarang anak itu tersenyum dengan bangga.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Zefiria ke Ashnard.

Ashnard mendengus, "Sudah kubilang, inilah alasanku mempunyai kekuatan ini. Aku melindungi kalian. Itu juga tugasku."

Perlahan, kabut itu memudar dengan sendirinya, tapi tak sepenuhnya hilang. Bunga-bunga dan tanaman yang terdampak kabut hitam itu menjadi layu, menjadi kering seperti tak mendapatkan air dalam musim penuh penderitaan.

"Apa kau baik-baik saja? Kau melindungi pikiran kami semua sekaligus," tanya Sefenfor ke Ashnard.

"Awalnya aku kesulitan, tapi sekarang aku sudah baik-baik saja. Ini mudah," kata Ashnard.

Liliya memberikan senyuman bangganya pada Ashnard yang telah membuktikan semua hasil latihannya dengan melindungi pikiran semuanya. Dalam pikiran mereka masing-masing, ada Ashnard yang bertarung dan terus bertarung hingga kegelapan benar-benar lenyap.

"Kurasa sebaiknya kita lakukan sekarang," ujar Ashnard.

"Kau benar. Kita harus cepat. Aku merasa kalau luapan tadi hanyalah permulaan," jelas Sefenfor. "Di Hutan Hitam ada sebuah pintu masuk yang lebih aman menuju jurang, dibuat oleh Nous. Kita akan kesana."