Chereads / Pengendali Elemen Terkuat / Chapter 16 - Pertempuran di Pantai

Chapter 16 - Pertempuran di Pantai

Gerombolan Raivolka itu melompat dari atas tebing, mengarahkan cakar mereka ke bawah. Ashnard menarik Liliya yang terpaku menatap Zefiria, melindunginya dari hujanan cakar tersebut.

Salah satu Raivolka mengincar Ashnard dan Liliya, jauh dari perlindungan para Penjaga Angin yang sibuk dengan dengan Raivolka lainnya.

Ashnard tak ingin berdiam diri saja, ia harus melindungi Liliya sebelum para Penjaga Angin membantunya, tapi lawannya adalah utusan kegelapan itu sendiri.

Berbeda dengan latihannya, pertarungan ini sungguhan. Ashnard masih ragu saat ingin melakukan serangan. Ia hanya bisa menghindari dan bertahan. Sementara Raivolka itu terus memojokkannya.

Sebuah peluru angin dilepaskan dari tangan Liliya, mengenai bagian leher makhluk itu. "Aku akan membantumu," ucap gadis itu pada Ashnard.

Jika Liliya yakin, kenapa dirinya tidak, itulah yang Ashnard pikirkan saat ini. Ia memantapkan dirinya dengan menarik nafas dan mengeratkan genggaman pedang tulangnya, lalu berlari ke depan untuk mendaratkan serangannya selagi Liliya menggunakan elemen anginnya untuk mengusik makhluk itu.

Serangan Ashnard berhasil menggores tubuh hitamnya, tapi tetap tak membuat Raivolka mengurungkan niatnya untuk menyerang mereka.

Luka di tubuhnya hampir tak berarti apa-apa bagi makhluk yang lahir dari kegelapan itu sendiri. Geramannya membuat udara sekitar bergetar dan membuat leher Ashnard bergidik ngeri.

Sementara para Penjaga Angin masih bergelut sengit dengan para Raivolka. Jumlahnya terus bertambah dari atas jurang. Awalnya hanya 4 kini berlipat menjadi 8 ekor. Yang ke 9 sedang berhadapan dengan Ashnard.

Dengan senjata yang ditempa dari biji cahaya, para Penjaga Angin berhasil menaklukan satu per satu Raivolka.

Reibo memiliki kekuatan angin yang cukup destruktif. Ia memporak-porandakan para Raivolka seperti sebuah mainan di bengkelnya. Kapaknya membawa angin badai yang dengan mudahnya menerbangkan sejumlah Raivolka dengan sekali ayunan.

Ketiga ekor Raivolka, tersudutkan oleh Sefenfor di dinding tebing. Perlengkapannya adalah yang paling sempurna daripada yang lain. Ia memakai zirah besi yang mampu menahan cakaran Raivolka, pedang di tangannya sebagai senjata yang mumpuni, dan angin yang selalu ada di sisinya.

Angin mempercepat langkahnya, meringankan tubuhnya, dan memperkuat serangannya. Satu per satu Raivolka yang berhadapan dengannya tak berkutik dengan kekuatan Sefenfor yang cepat.

Sementara 2 Raivolka lainnya dibawa oleh Zefiria ke tepi laut. Paduan angin dan air laut yang mengalir saat ia memutar tombaknya, menciptakan sebuah tarian yang mendominasi alur pertarungan. Para Raivolka itu tak bisa melancarkan serangannya pada Zefiria, bahkan mendekat sedikitpun tidak. Saat mereka ingin, mereka sudah terkikis terlebih dahulu dengan tarian elemental tersebut.

Liliya yang melihat gerakan Zefiria yang memadukan dua elemen, memberitahu Ashnard untuk melakukan hal yang sama.

Ashnard melapisi pedangnya dengan elemen air, lalu Liliya menggunakan anginnya untuk membantu percepatan gerakannya dan menambahkan ketajaman pedangnya.

Kecepatan Ashnard meningkat drastis. Ia hanya berniat untuk bergerak sebanyak 2 langkah saja, tapi dirinya sudah berada tepat di depan Raivolka. Ashnard segera menikam pedang 2 lapis elemennya pada tubuh makhluk itu. Makhluk itu kalah tapi tidak mati. Nyawanya lalu direnggut oleh Sefenfor setelah menyelesaikan pertarungannya

"Kau berhasil!" seru Liliya, menghampiri Ashnard dengan senang.

Pertempuran lainnya pun juga telah berakhir tanpa ada masalah.

Sefenfor dan Reibo menghampiri Ashnard dan Liliya. "Apa kalian tak terluka?" tanya kedua pria itu bersamaan.

Liliya lalu beralih dan segera memeluk Zefiria. "Kami datang untuk membantumu, Nona Zefiria."

Zefiria mengusap kepala gadis itu dan mencium keningnya. "Kau sungguh gadis yang berani. Tapi, kau tak aman untuk terus berada di sini. Liliya harus segera pulang ke rumah, mengerti?"

Liliya melemparkan pandangannya ke Ashnard.

"Siapa anak laki-laki itu?" tanya wanita itu pada Liliya.

"Dia temanku. Namanya Ashnard."

"Aku melihat pertarunganmu, nak. Kemampuanmu cukup hebat. Tapi, yang membuatku bertanya-tanya, kenapa kalian berdua datang ke sini?" Pandangan Zefiria beralih ke Sefenfor. Seketika dia langsung mengerti. "Sekarang, apa yang telah kau perbuat, Sefenfor?"

"Nous sekarat. Dan satu-satunya harapan untuk menyelamatkan Winfor ada pada anak ini, Ashnard," balas Sefenfor.

"Aku tak mengerti. Sebaiknya kau jelaskan saja di dalam."

Setelah membereskan semua kekacauan itu, mereka pun masuk ke rumah Zefiria di bawah tebing tersebut. Bagian dalamnya tampak banyak sekali hiasan dari laut seperti gantungan kerang yang bergemericik saat tertiup angin.

Di ruang tengah, mereka berkumpul di meja. Zefiria datang membawa teh hangat, cocok dengan udara sejuk pantai.

Selagi teh tersebut masih hangat, Sefenfor mulai menjelaskan semua yang terjadi ke Zefiria. Dari tatapannya yang benar-benar berusaha menghindari tatapan Sefenfor, Zefiria masih merasa kesal karena sesuatu.

Itu terjadi dulu, saat Winfor masih dalam tahap pembangunan. Semua orang ingin Sefenfor memerintah negeri ini, tapi Sefenfor menolaknya. Ia menyerahkan kekuasaannya pada manusia biasa yang tak berbuat apa-apa semasa pertarungan dengan kegelapan. Sefenfor juga menolak jika Reibo, Nous atau Zefiria yang akan menjadi pemimpin negara.

Dan penolakan juga terjadi ketika para dewa datang untuk menjadikan mereka sebagai dewa. Di depan wajah dewa yang menyamar sebagai pria tua bijak, Sefenfor berkata kalau dirinya dan teman-temannya tidak akan tertarik pada dunia langit yang jauh dari bumi dan memilih untuk melindungi tanah ini secara langsung.

Keputusan-keputusannya tersebut membuat yang lainnya geram, terutama Zefiria yang begitu sangat mempercayai Sefenfor dengan sepenuh hati. Sebelumnya, Zefiria mempercayai semua keputusan Sefenfor adalah keputusan yang terbaik. Tapi, sekarang, Zefiria merasa semua perjuangannya telah sia-sia jika Sefenfor menyerahkan Winfor pada seorang manusia.

Zefiria percaya Sefenfor adalah sosok yang pantas. Jika Sefenfor yang memerintah, Winfor akan menjadi negeri yang hebat, tidak seperti manusia yang penuh kerakusan dan kebusukan.

Keputusannya itu membuat Zefiria kecewa dan marah, dan ia terus membawa perasaannya hingga saat ini. Saat Sefenfor mengambil keputusan lain yang sama bodohnya, yaitu menugaskan anak kecil untuk turun ke jurang.

Amarah Zefiria mulai tak terkendali saat Sefenfor berkata, hanya ini satu-satunya cara. Sebuah tamparan keras, mengejutkan semua orang di meja.

"Aku membencimu!" geram Zefiria. "Dulu, kau bukanlah orang yang akan pasrah pada situasi yang selalu di ujung tanduk. Tapi, sekarang kau bahkan membawa Liliya pada masalah yang berbahaya. Kenapa? Katakan padaku, kenapa?"

"Aku tak memiliki pilihan lain," ucap Sefenfor dengan jawaban yang sama lagi. "Aku tak ingin kehilangan Nous, kalian, dan tanah ini."

"Tapi, kau bisa kehilangan Ashnard dan Liliya."

"Memangnya apa yang bisa aku lakukan lagi? Apa yang bisa kau lakukan untuk itu? Kau sendiri meminta bantuanku!" Sefenfor ikut meninggikan suaranya.

Lalu, dengan tatapan muak dan benci, Zefiria berkata dengan sungguh-sungguh, "Kau bisa mengorbankan dirimu sendiri."