Chereads / GAME is OVER / Chapter 37 - Teman tapi mesra

Chapter 37 - Teman tapi mesra

"Bukankah kamu tahu kalo aku masih punya pacar ? "ujar Maya lirih.

"Iya aku tahu, selain jauh di Jakarta hubungan kalian pun saat ini juga sedang menggantung," jawab Kendra.

Maya diam.

"Malah kalau menurut aku hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja saat ini. "

Begitu rumor yang dikatakan Tika dan juga yang beredar di kantornya. Tapi tentu saja itu baru sebatas asumsi publik, karena Kendra tak mendengarnya langsung dari Maya, sesaat setelahnya Kendra menyesali ucapannya, bagaimana kalau Maya menanyakan darimana dia tahu informasi itu, tentu dia tak akan mengatakan dengan jujur bahwa informasi itu dia dapat dari Tika.

"Bagaimana kamu bisa menjudge hubunganku ngga baik-baik saja ! Tahu apa kamu tentang hubungan kami !" Sambar Maya ketus.

Hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja? Bagaimana kalau ternyata itu tak benar?

"Maaf mungkin kamu lupa dengan apa yang pernah kamu ceritakan, tapi aku masih mengingatnya dan aku tak akan pernah lupa dengan ceritamu, itu yang menjadi alasan kuatku untuk melakukan semua ini," Kendra berusaha menenangkan Maya, dia mencoba mengemukakan analisanya, dari berbagai cerita yang selama ini meski samar di jabarkan Maya, tapi seperti sebuah petunjuk, bahwa hubungannya dengan sang cowok kurang harmonis, dan itu berhasil, Maya mempercayai itu, mungkin pikiran Maya juga tengah kalut, hingga dia tak menyadari, bahwa keadaan dirinya dan cowoknya, baru Bagas saja yang mengetahui.

Dan pikirannya kini makin campur aduk.

"Ijinkan aku menjadi bagian dari cerita hidupmu May, bukan sekedar menjadi teman tapi mesramu." Kendra memberanikan diri menatap mata Maya, hanya sebentar.

Dia tak ingin kehilangan momen bahagia yang selama telah terjalin, andaikan semua ini harus berakhir malam ini.

"Tapi aku belum bisa?" Terlihat sayu mata Maya membalas tatapan Kendra.

"Berikan aku alasan yang kuat kenapa kamu ngga bisa? " Kendra terus memburu.

"Sudah jelas kan, aku masih punya pacar!" Jawaban tegas tapi dengan nada ragu, itu kesan yang di tangkap oleh Kendra dari pernyataan Maya.

"Itu bukan sebuah alasan May, kamu hanya berusaha menghindar dari kenyataan."

Ada makna yang ingin Kendra sirat dari kalimat terakhirnya, dia seolah ingin berkata 'move on Maya, dan aku bersedia menjadi penggantinya'.

Maya hanya terdiam.

"Kenyataan yang mengatakan kamu harus terus melangkah" sambungnya.

Maya kehabisan kata-kata, semua argumennya dimentahkan Kendra. Yang di takutkannya terjadi, ia sudah tak bisa menolak, pun juga tak bisa menerima.

Momentumnya sudah terlewat terlalu lama agar dia bisa dengan tegas menolak Kendra.

Bimbang dalam hatinya telah bercabang - cabang, dimana rasa pengkhianatan dan perasaan sukanya ke Kendra membutakan pikiran warasnya.

"Karena aku memang tak mencintai kamu! " Habis akal, akhirnya pernyataan itu yang keluar dari bibir Maya.

Dia hanya ingin menyudahi harapan Kendra, dan berharap Kendra pun mau berhenti mendesaknya, setidaknya untuk malam ini.

"Bullshit!, setelah semua hari- hari yang kita lewati dengan kemesraan dan perhatian lebihmu kamu bilang tak cin....,"oh sial! Kendra akhirnya terjerumus jauh kedalam asumsi pikirannya.

"Apa hakmu memaksa aku untuk mencintaimu !" Potong Maya dengan ketus.

Baru kali ini Kendra merasakan Maya bersikap ketus terhadapnya, lirikan maut ataupun tatapan berkilat, sudah sering Kendra lihat, yang semuanya hanya sebatas canda, tapi sekarang, nada itu seolah mewakili ketidak senangannya.

Sekarang giliran Kendra yang terdiam.

Jangan-jangan memang aku yang ke ge er an, damn! Tapi tidak! Aku bisa membedakan mana keakraban sahabat, dan mana keakraban seorang kekasih, ada pertengkaran kecil dalam hatinya.

"Memang bukan hakku memaksamu untuk mencintai aku, tapi apakah aku salah jika mengira dan menganggap bahwa kamu mencintai aku ? Aku terlalu di butakan oleh sikapmu terhadapku selama ini May, kamu boleh menganggap aku kege er an atas sikapmu, tapi apakah aku salah jika menganggap apa yang kau berikan kepadaku itu atas dasar cinta? " Kendra masih mencoba meyakinkan Maya.

Brengsek kau Bagas! Rutuk Maya. Harusnya ini menjadi moment indah.

"Jangan bohongi dirimu May?" Ucap Kendra lirih.

"Yang jelas aku masih belum bisa dan jangan paksa aku untuk menjawab itu sekarang! " Kilah Maya, dan kenapa dia malah mengatakan itu, bukannya itu malah bikin semua ini tak selesai?

Bisa saja dia menjawab ya itu salahmu ge er dengan sikapku, tapi tidak...Maya memilih untuk tak menjawab dengan kalimat itu bimbang di hatinya yang membuat mulutnya berucap demikian.

"Tapi aku terlalu tersiksa dengan hubungan tanpa status kita saat ini Maya, dan aku telah menunggu lama untuk ini, aku tak mau memperpanjang penyiksaan ini."

Sekarang atau tidak sama sekali, itu saja yang terus terngiang di telinga Kendra.

"Baik kalau kamu memaksa, ada satu hal yang ingin aku tanyakan ke kamu, seandainya aku menerima apa yang akan kamu lakukan, dan jika aku menolak apa yang akan kamu lakukan ?" Pertanyaan konyol, yang sebetulnya hanya akan mengulur waktu, ketidak tegasan Maya dan ke gigihan Kendra seperti menjadi lingkaran setan saja, debat kusir yang tak akan ada ujungnya.

Tapi Maya masih berharap jawaban Kendra seperti apa yang ada dalam benaknya. Jika menerima jelas mereka akan jadian, seandainya menolak ya ... setidaknya mereka masih berteman, dan kebersamaan mereka seperti kemarin - kemarin akan tetap terjadi, hanya mungkin Kendra tak seperhatian biasanya, itu menurut Maya, tapi Maya tak akan mempermasalahkan itu. Tak perlu status toh mereka menjalani keseharian layaknya sepasang kekasih?

Lain Maya lain pula jalan pikiran Kendra.

"Duh nih anak dari tadi ngelamun mulu! Lu kesurupan dimana sih?" Beni menepuk bahu Kendra yang terpekur melamun sementara matanya menatap kosong ke layar TV.

"Eh apa? " Lagi - lagi Kendra tergagap.

"Tahu ah, lu kalo punya masalah ngomong dong ke kita, siapa tau kita bisa membantu !" Ujar Niko, matanya merah, pengaruh alkohol dari Arak yang diminumnya sepertinya telah bereaksi.

"Emangnya ada apaan sih?" Perhatian Fajar mulai teralihkan dari aktivitas menyetrikanya.

"Nih si Kendra dari tadi ngelamun mulu, kayaknya ada masalah dengan cewek nih anak, " kata Beni, pengaruh alkohol dari arak yang diminum sepertinya juga telah bereaksi.

"Kalo soal cewek lu ngobrol ajah sama pakarnya ni." kata Fajar sambil berlagak membenarkan kerah bajunya.

Kendra tersenyum kecut,

Sepertinya rahasia ini mesti dia kubur jauh kedalam hatinya, melihat karibnya tengah asyik dalam dunia hayal pengaruh alkohol.

"Ah ... ngga ada, gua ngga ada masalah apa-apa?" Kilah Kendra.

"Lu tuh manusia paling gacor, kalau ngga ada masalah ngga mungkin lu jadi pendiem gini ! " ujar Beni

Niko yang mendengar kata gacor terkekeh, Kendra disamain dengan burung.

"Nonton acara musik ngga berexpresi, mau jalan kesini aja tadi sampai kelewat," tambah Niko.

"Beneran lu ada masalah bro?" Tanya Fajar wajahnya sedikit serius.

Tikatara mereka berdua hanya Fajar yang masih waras pikirannya, tak terpengaruh efek alkohol karena memang dia tak ikutan minum.

"Masalah keluarga bro, masak iya gue caritain disini? "Kendra berbohong.

"Ya siapa tau kita bisa bantu bro ?" Ucap Fajar serius.

"Aman, bisa gue atasi. Namanya juga masalah, mau kecil atau besar tetap kepikiran, itu kali yang bikin gue dari tadi ngga fokus." Kendra mencoba tersenyum.

Fajar memberi isyarat jempol.

Ketiga karibnya pun akhirnya terdiam, tak lagi memaksa, mereka sadar Kendra tak mau membagi masalah dengan mereka.

Sore nan cerah akhirnya memisahkan mereka, Niko-Beni terpaksa menginap ditempat Fajar setelah sebelumnya mereka tepar. Kendra dengan perasaan galaunya kembali ke kosannya, SENDIRI !

****