Back to present day 10;00 tepat
Suara motor terdengar masuk ke halaman parkir, samar terdengar suara obrolan yang menggugah rasa penasaran Kendra yang masih ber-malas-an di atas kasur, menikmati tayangan kartun di televisi.
Setelah hanya mencuci muka tadi, meski masih terasa berat, tapi pikirannya agak sedikit lebih segar, walaupun rasa sesak yang menggumpal di dalam dada tak mampu dia usir sempurna, dan jelas tak akan sesederhana itu mengusirnya, dengan hanya mencuci muka? Puff!.
Kendra melangkah keluar kamar, dari teras kamarnya yang merupakan balkon dan juga koridor lantai dua di mana kamarnya berada, Kendra melongok ke bawah.
Dilihatnya Niko dan Beni diparkiran sedang sibuk memarkir kan motornya.
Beni yang menyadari keberadaan Kendra di atasnya melambaikan tangan. Senyumnya ter kembang lebar.
"Pagi mas bro!" Teriaknya dari bawah, Kendra hanya membalas dengan senyum kecut. Beni yang merasakan keganjilan atas Kendra menepuk bahu Niko.
"Baru bangun kali, kegilaannya belum ngumpul," ucap Niko sadar akan maksud Beni.
Setahun lebih mereka kos bareng, dan karakter Kendra sudah mereka pahami, meski awalnya terlihat kalem, tapi begitu kenal lebih akrab, Kendra akan berubah menjadi manusia paling pede, paling gila, paling rame, paling cool dan popular di hadapan para gadis. Sehingga gelagat yang ditangkap Beni tadi terasa aneh baginya, dan satu lagi adalah Kendra paling pintar menyembunyikan masalah, jedi selama mereka kenal, tak pernah sedikitpun Kendra terlihat murung, seperti saat ini.
Kendra masuk kembali ke kamarnya, dan menghempaskan tubuhnya di kasur.
Apakah aku harus curhat ke mereka? Pikirannya berkecamuk, rasa sakit yang membuncah di hatinya berseteru dengan perasaan gengsinya, dimana sikap "gila" selama ini harus terhempas karena perasaan hati.
Kendra menghela napas panjang, bersiap untuk curhat, dia menepis egonya, rasa sakit ini harus dia bagi batinnya, tapi ... .
10:10
" Woi ! bangun woi ! jam segini masih molor !" Seru Beni dari arah pintu, Kendra hanya tersenyum, berusaha menyimpan rasa sakitnya.
" Mau ikutan ngga? kita mau nonton konser nya The Fly di lapangan Renon." Niko yang muncul belakangan menutup daun pintu pelan.
" Males ah, hari ini gue mau di rumah aja. " Kendra menjawab dengan enggan.
" Yah elu bro, hari minggu gini ngga baik mendekam sendiri dalam kamar, mending di pake refresing, cuci mata ... cuci mata," ujar Beni yang pantatnya langsung ia henyak kan di bibir kasur, sementara tangannya meraih remote dan bersiap mengganti saluran TV.
"Lagian kenapa ngga telepon dulu sih tadi?" Protes Kendra.
"Sudah bambang, gue uda telepon elu, udah WA tapi ngga di respon," timpal Niko.
Kendra meraih ponselnya yang tergeletak di meja dengan malas. 5 kali misscall dan beberapa pesan di WA, Kendra cuma nyengir, dia lupa kalau ponselnya dia set silent tadi pagi.
"Tapi beneran gue mager nih, lagi pengen rebahan," Kendra menghela napas berat, dadanya terasa sesak, dia letakkan kembali ponsel ke atas meja samping kasurnya, setelah sebelumnya dia mencari nama Maya di antara misscall dan pesan di WAnya, tapi tatapan matanya segera tergurat kecewa, ketika nama itu tak ada satupun tertera disana, dia lupa, bahwa nomor itu telah dia blokir.
" Ayo lah, gue ama Niko udah bela - belain dateng ke sini, masak elu tolak ? ngga asyik lu cuk!" Tambah Beni, dia meletakkan tas punggungnya di lantai dekat ranjang.
Kendra terdiam, pikirannya menjadi bimbang.
Yah siapa tahu ini bisa jadi obat, setidaknya untuk mengalihkan kegalauan nya hari ini, begitu yang ada di pikirannya.
Dengan segan Kendra pun mengangguk pelan, sebetulnya banyak yang ingin ia ceritakan saat ini, namun melihat situasinya tak tepat Kendra urungkan niat.
"Eh iya siapa itu temen lu yang rada gokil, bukannya kamarnya di sebelah ya?" Tanya Niko senyumnya sedikit ter kembang.
"Bagas !" Teriak Kendra dari balik pintu kamar mandi, dia sedang mengganti baju dan celana.
"Ah iya, ke mana dia?, Tumben sepi kamarnya?" Tanya Niko lagi
"Dia di pindah sementara ke Jakarta, paling sebulan lagi balik, yuk ah jalan." Jawab Kendra sambil keluar dari kamar mandi, rambut gondrong nya dia ikat top knot.
Rahasia itu masih ia pendam di dasar hatinya, dan mungkin memang bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya ke mereka untuk saat ini.
"Kita cari makan dulu ya gue laper," kata Kendra sambil menutup pintu kamarnya.
"Gue temenin minum aja ya, jalan ke sini tadi kita udah makan," sahut Beni.
"Ya udah, kita cari sekitaran Renon aja kalo gitu biar ngga muter-muter."Imbuh Kendra
Bertiga mereka menuruni tangga, tapi sampai di pertengahan Kendra menghentikan langkah.
Se menit barusan jauh di depannya dia melihat seorang cowok membonceng seorang cewek keluar pintu gerbang, seketika itu moodnya down, hatinya kembali ter-iris perih. Dan Kendra tahu siapa pengendara motor, dan cewek yang duduk di jok belakang.
"Napa bro?" Tanya Niko heran.
"Ngga ada, yuk ah." Sahut Kendra mencoba menyembunyikan perih hatinya.
Tak ada urusan lagi! Gua harus tegar! Kendra bermonolog dengan hatinya.
*****
11:00
Lapangan Renon, yang terletak di sebelah timur kota Denpasar telah penuh sesak dengan motor yang ter parkir rapi berjajar depan belakang ke samping.
Tak perlu waktu lama untuk mencari tempat parkir yang kosong dalam luasnya lapangan yang masih tersisa, hanya mencari tempat teduh di bawah pohon akasia, motor pun ter parkir dengan nyaman, tanpa khawatir kepanasan tersengat terik matahari yang membakar.
Suara sound musik telah terdengar hingar dari tempat parkir, tempat konser hanya di tutup keliling dengan papan triplek, karena memang tak ada tembok pembatas di lapangan Renon, satu-satunya pagar tembok pembatas di sana adalah pagar pembatas antara bangunan monumen Bajra Sandhi dan ruang terbuka lapangan Renon saja.
Di dalam area konser, suasana tak kalah ramainya, penonton telah berjubel bahkan di depan tepat di bawah panggung, kerumunan penonton malah asyik ber jingkrak - jingkrak, menikmati alunan musik punk dari band pembuka yang menghentak.
All The Small Things nya blink 182, yang tengah di lantun kan band pembuka, terdengar fals setidaknya itu menurut Niko.
Bisa berpendapat begitu karena disela waktu luang, terkadang mereka bertiga ngejamm bareng untuk menyalurkan hobi musik, dan kebetulan aliran punk menjadi pilihan mereka, dan lagu yang sedang hits saat ini adalah lagu itu.
Kendra mencoba membaur, mencoba menikmati hentak kan demi hentak kan suara drum yang seperti ingin merontok kan dinding jantungnya, sekuat hati mengelabuhi pikiran kalutnya.
Tapi sayang pikirannya hanya sesaat saja teralih kan, lagu Pelangi di matamu milik Jamrud yang di cover band pembuka seolah men flash back kan pikirannya.
30 menit kita di sini
Tanpa suara
Dan aku resah harus menunggu lama
Kata darimu
Mungkin butuh kursus merangkai kata
Untuk bicara
Dan aku benci harus jujur padamu
Tentang semua ini
Jam dinding pun tertawa
Kar'na ku hanya diam dan membisu
Ingin kumaki diriku sendiri
Yang tak berkutik di depanmu
Kejadian canggung malam tadi seperti terepresentasikan lewat lirik lagu yang mendengung di telinganya.
Resahnya seketika membuncah, luka itu kembali menusuk hatinya. Ke-riuhan itu seketika menjadi sepi bagi Kendra.