Anna histeris merasakan tubuhnya dipeluk Raja pagi ini. Kedua tangannya mendorong dan kakinya bergerak untuk menendang tubuh Raja. Tenaga ekstra yang Anna keluarkan berhasil membuat Raja terjatuh dari atas kasur tidur.
"Kamu apa-apaan hah?" tanya Raja membentak. Dia mengusapi pantatnya yang terasa nyeri.
Anna menggeser posisinya dan meraih selimut erat-erat. Raja kini mendekatinya seraya memberikan tatapan tajam itu. Anna tak sanggup melihatnya lama-lama.
"Pergi kamu Raja! Lancang kamu peluk-peluk aku!" kata Anna marah. Dia sekilas menatap Raja dan menatap penuh kebencian ke pria itu.
Raja terkekeh sumbang. Dia mendekati Anna yang kini nampak ketakutan. Bahkan terlihat jelas kedua tangan perempuan itu gemetar saat memegang selimut.
"Kamu tahu Anna, kalau bukan karena aku, kamu sudah mampus semalam!" kata Raja seraya meraih dagu Anna.
Kedua mata mereka saling bertemu. Saling tatap dalam dan membuat Anna seketika terdiam. Raja melepaskan sentuhannya di dagu Anna. Namun, dia tak beranjak dari dekat perempuan itu.
"Aku lebih baik mampus daripada tinggal di sini sama kamu!" kata Anna dengan nada merendahkan.
Ucapan Anna membuat Raja seketika emosi. Kini dia menarik tubuh Anna dan memaksa perempuan itu agar terlentang di bawah tubuhnya. Raja tepat berada di atas tubuh Anna dan mengungkungnya.
"Kamu bilang apa barusan hah? Lebih baik mampus daripada tinggal sama aku? Iya?"
"Ya, aku lebih baik mampus Raja! Tinggal sama kamu sama saja menyiksa hidup aku!" balas Anna dengan berani. Kilat tatapan kedua matanya begitu jelas dipenuhi kabut amarah.
Tubuh Raja semakin mengurung tubuh Anna. Kedua tangan Anna dicengkeram begitupun kedua kakinya yang kini tak bisa bergerak lebih dalam himpitan kedua kaki Raja. Kepala Raja menunduk, melihat jelas wajah Anna.
"Aku akan memberikannya Anna. Penyiksaan itu!" kata Raja emosi diiringi seringaian buasnya.
Raja menunduk dan menyentuh leher Anna. Bibirnya menggeliat liar di ceruk leher perempuan itu. Menyesapnya dalam-dalam dan memberikan jejak kepemilikan. Anna memberontak sekuat mungkin dalam sentuhan Raja saat ini.
"Raja!" teriak Anna murka.
Sayang, teriakannya tak Raja pedulikan. Kini tubuh Raja kuat-kuat menahan pergerakan Anna. Tak akan mengizinkan tubuh perempuan itu lepas. Raja kini melepaskan pakaian yang semula melekat di tubuhnya. Hingga menampakkan tubuh atletisnya yang biasanya membuat kaum perempuan akan gigit jari dan gregetan ingin menyentuh.
"Kamu tahu Anna, apa yang paling menyenangkan di pagi hari yang cerah seperti ini?" tanya Raja menggoda. Tatapannya turun ke sana, ke kedua mata Anna yang kini menatap tajam.
"Bangun dari atas tubuh aku Raja!" teriak Anna murka.
Raja justru kesenangan. Apalagi melihat Anna yang ketakutan dan was-was seperti ini. Membuat Raja tak bisa menahan diri lagi. Apalagi setelah semula dia berhasil merasakan kelembutan kulit putih perempuan itu. Sungguh membangkitkan gairahnya pagi ini.
"Aku ingin kita olahraga bersama pagi ini Anna," goda Raja seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Anna.
"Olahaga? Apa maksud kamu hah?" tanya Anna membentak.
"Kita bercinta pagi ini!" balas Raja menekankan.
"Nggak!" teriak Anna histeris. Dia memberontak sebisanya. Namun, Raja menahan tubuhnya kuat-kuat. Anna tak bisa bergerak lebih.
Kini bibir lembut Raja berhasil membungkam bibir Anna. Melahapnya rakus dan memaksa menerobos masuk ke dalam mulut Anna. Sedangkan satu tangannya, Raja gunakan untuk membelai paha mulus perempuan itu.
"Raja, uhm…" kata Anna tertahan. Ciuman itu menyapu kembali di bibirnya. Lebih liar, rakus dan menuntut.
"Bagaimana kalau kita taruhan Anna?" tantang Raja dengan santainya setelah dia menarik diri dari ciuman liarnya semula.
Dada Anna naik turun. Napasnya tak teratur akibat ulah gila Raja semula. Anna ingin meloloskan segala makian untuk pria itu. Namun, dia tak ingin kejadian lebih buruk akan terjadi.
"Taruhan apa?" tanya Anna galak.
"Aku akan menyentuhmu. Jika kamu mendesah saat aku menyentuhmu, berarti kamu kalah. Dan kamu akan tetap disisiku. Namun, jika kamu tak mendesah sama sekali berarti aku yang kalah. Kamu boleh meminta apapun yang kamu mau. Bagaimana?" Raja memberikan penawaran. Tubuhnya masih ada di atas tubuh Anna.
Sebuah penawaran yang baik, namun, sedikit gila. Namun, Anna menangkap peluang yang besar. Dia bisa pergi jauh dari pria bajingan di atas tubuhnya ini. Anna pun ingin segera bertemu Shania dan membalaskan semua rasa sakit hatinya karena perempuan itu.
"Termasuk kalau aku meminta pergi dari sini dan kembali ke kehidupanku?" balas Anna.
"Ya, tentu. Aku akan mengizinkanmu pergi," jawab Raja seraya membelai lembut sisi wajah Anna.
"Oke. Aku menerima penawaranmu. Kita lihat, siapa yang menang Raja!" kata Anna dengan berani.
Tak perlu menunggu lagi, jawaban Anna sudah sangat jelas. Raja menyentuh Anna kembali. Menjatuhkan kecupan liarnya di sekujur tubuh Anna hingga ke bawah sana. Menyentuh di antara kedua kaki Anna. Sedangkan kedua tangannya, Raja gunakan untuk meremas kuat dua gundukan yang amat padat itu.
Anna menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Suara sialan itu hampri saja lolos. Anna tersiksa. Ini sungguh gila. Tak menyangka sensasinya sehebat ini. Anna terperangkap sendiri sekarang. Pria bajingan itu berhasil membuatnya takluk.
Sentuhan Raja membuat Anna mulai menggeliat tak karuan. Raja menyeringai puas. Raja merasa, hanya dalam hitungan tiga detik, kemenangan akan dia dapatkan.
"Ahh, Raja," desah Anna. Dia langsung menggigit bibirnya. Memaki suara itu yang lolos begitu saja. Anna benci dirinya. Tak ingin sentuhan Raja, namun justru tubuhnya menginginkan sentuhan pria itu.
"Kamu kalah sayang. Sekarang, tidak ada kesempatan untuk kamu bisa pergi dari sisiku," kata Raja dengan seringaian kemenangannya. Ibu jarinya, kini membelai lembut bibir Anna. Ada jejak basah di sana. "Aku sangat mencintaimu Anna. Aku sangat menginginkanmu," kata Raja sangat lembut. Tatapannya, begitu dalam. Antara ketulusan dan juga obsesi ke perempuan itu.
***
Anna memaki dirinya berkali-kali. Apalagi saat dirinya mulai dibayangi sentuhan Raja. Dia gila memikirkannya. Anna mati-matian menolak. Dia tak suka sentuhan itu. Namun, tubuhnya justu memberikan respon yang lain.
"Maafkan aku Dimas. Aku nggak bermaksud mengizinkan pria itu menyentuh aku. Aku hanya mau keluar dari tempat ini," kata Anna merasa bersalah.
"Raja memang kurang ajar! Aku heran sama dia, kenapa bisa begitu ingin aku ada di sisinya? Begitu menginginkan aku menjadi miliknya? Dia juga bilang sangat cinta sama aku? Memangnya aku siapa? Aku hanya perempuan biasa. Ya, aku memang cantik. Tapi di luar sana masih banyak perempuan yang lebih cantik dari aku. Kenapa harus aku sih? Argh! Aku bisa gila lama-lama di sini!"
Pintu kamar terbuka dan membuat Anna buru-buru melindungi tubuhnya. Sial! Tatapan itu kini mengintai tubuhnya.
"Berhenti! Jangan mendekat!" kata Anna memberikan intruksi.
Raja tertawa. Anna sangat menggemaskan saat ketakutan dan juga salah tingkah seperti ini. "Kenapa kamu hah? Setelah aku menyentuh tubuhmu, kamu sepertinya menjadi salah tingkah?"
"Salah tingkah? Aku justru mau membunuh kamu Raja!" Anna membentak dengan berani di depan Raja. Pria itu dengan santainya terus berjalan mendekat dan dekat. Hingga kini tepat berada di depan Anna.
"Kamu sengaja menggodaku Anna? Kenapa kamu masih memakai handuk seperti ini?" tanya Raja seraya memainkan handuk yang kini membelit tubuh Anna.
"Apa kamu mau kita melanjutkan yang tadi pagi? Kamu juga menyukainya bukan?" tanya Raja lagi seraya menyentuh dagu Anna.
Anna terdiam. Apa-apaan ini? Dia malah mati kutu dalam tatapan dan juga sentuhan tipis yang sekarang Raja berikan di lengan dan juga lehernya.
"Raja… Aku mau..," kata Anna tertahan.