Chereads / Give Me Your Love, Anna! / Chapter 6 - Bab 6 Jadikan Aku Pria Yang Kamu Cinta!

Chapter 6 - Bab 6 Jadikan Aku Pria Yang Kamu Cinta!

Anna mengerang beberapa kali seraya melebarkan kedua tangannya. Kedua mata Anna pelan-pelan terbuka.

"Lagi ngapain Bi?" tanya Anna ke pelayan Raja.

"Saya sedang membersihkan barang-barang yang pecah Nona," balas Ida.

Anna terkejut. Dia duduk di atas kasur tidur dan ingatannya menerawang mengingat momen semalam. "Apa aku mabuk dan hancurin barang-barang itu?" Anna menebak-nebak.

"Aku ya Bi yang udah hancurin barang-barang itu?" tanya Anna penasaran. Dia beranjak dari kasur tidur dan melihat pecahan guci yang berserakan di mana-mana.

"Tuan Raja Non yang sudah memecahkannya semalam. Sepertinya dia sedang marah besar semalam." Ida menjelaskan.

Anna membuka mulutnya lebar. Dia berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi. "Aku udah lakuin apa ya semalam? Kenapa Raja sampai semarah ini? Apa aku menolak pas dia ajak aku buat tidur bersama atau aku menolak pas dia mau ajak lakuin itu?" Anna menduga-duga. Kini langkahnya menuju ke kasur tidur. Anna duduk di atas kasur tidur dan isi kepalanya sudah dia ajak sibuk untuk mengingat banyak hal.

Entahlah, Anna tak menemukan titik terang sama sekali. Anna membanting tubuhnya ke atas kasur tidur dan mengacak rambutnya kasar. Dia semalam begitu frustasi. Apalagi bertepatan dengan malam dimana seharusnya dia tampil di panggung megah itu. Hingga membuat Anna memilih melampiaskan ke minuman memabukkan itu.

"Hah sudahlah. Ini memang sudah nasib hidupku. Serba kemalangan," ucap Anna begitu pasrah jika ingat kegagalannya tampil di panggung megah di ibukota.

Anna bangun dari posisi tidurnya dan kini keluar dari kamar. Untuk pertama kalinya Anna penasaran dengan isi rumah itu. Anna berkeliling rumah itu. Dia melihat dua pria yang berjaga di depan rumah. Anna lalu menuju ke bagian lainnya.

Sampailah di sini langkah Anna. Halaman samping rumah Raja yang terdapat kolam renang dan pemandangannya langsung menghadap ke arah pantai. Anna melakukan peregangan singkat lalu mencerburkan tubuhnya ke kolam renang.

Sudah dua puluh menit berlalu dan Anna masih semangat melakukan aktivitasnya. Raja yang tak menemukan Anna di kamarnya langsung bertanya ke Ida. Saat diberitahu Ida bahwa Anna ada di halaman samping rumah, Raja segera mengecek.

"Anna!" teriak Raja syok. Dia melihat tubuh perempuan itu mengambang di atas air.

Raja tak pikir dua kali dan langsung menceburkan tubuhnya. "Argh!" teriak Anna gelagapan. Raja pun syok dibuatnya.

"Kamu apa-apaan sih, hah? Dimana ajah kamu lancang ya sentuh-sentuh aku! Dasar brengsek!" maki Anna. Dia kemudian keluar dari kolam renang.

"Aku pikir kamu mati!" balas Raja jengkel.

"Ya, aku memang tadinya pengin mati. Setelah aku pikir-pikir, kalau aku mati, aku tidak bisa bertemu ibuku dan tunanganku."

Seketika raut wajah Raja berubah menyeramkan. Rahangnya mengeras bersamaan dengan tatapan kedua matanya yang dipenuhi kilat amarah.

"Tunangan?" tanya Raja ke Anna. Dia kini berjalan mendekati Anna.

"Ya tunangan aku. Dimas namanya. Sebentar lagi dia pulang dari Jerman. Aku boleh ya pergi dari sini Raja? Aku udah nggak peduli tentang penampilan aku di panggung megah itu. Aku sekarang cuman mau bertemu ibu dan Dimas." Anna berkata dengan lembut. Tatapannya penuh pinta.

Ucapan lembut Anna dan permintaannya kini dibalas Raja dengan mencengkeram kuat kedua sisi wajah Anna. Raja mengeratkannya hingga membuat Anna kesusahan bicara.

"Kamu bilang ingin menemui tunanganmu di depan pria yang sangat mencintai kamu. Apa kamu tidak punya hati Anna?" bentak Raja. Dia melepaskan cengkeramannya dengan kasar.

Anna mengusapi sisi wajahnya yang terasa perih karena cengkeraman Raja. Anna berusaha untuk bersabar. Anna sudah bertekad akan melunakkan hati Raja agar dia bisa keluar dari rumah itu.

"Maaf Raja kalau ucapan aku tadi menyakiti kamu. Ya gimana dong, kan dia tunangan aku. Sedangkan kamu…"

"Aku hanya pria yang mencintai kamu sepihak. Begitu maksud kamu? Aku tidak akan mengizinkan kamu sampai kapanpun pergi dari aku! Kalau perlu, kamu putus saja sama dia! Jadikan aku tunanganmu sebagai gantinya!" Raja berkata tegas.

Anna melongo. Ingin sekali segala makian dia lontarkan ke Raja. Namun, Anna menahannya. Dia menarik susah payah napasnya dan berusaha tenang.

"Raja aku…" Anna menggantung ucapannya. Raja sudah lebih dulu pergi. "Gantiin Dimas sama dia? Hah! Udah gila aku menyia-nyiakan Dimas yang ganteng, baik, pintar dan selalu memperlakukan aku lembut dengan pria gila kayak Raja. Udah sinting tuh orang! Dikira beli barang rusak apa main ganti ajah!" maki Anna dengan puas.

Langkah Anna kini mengikuti kemana Raja pergi. Pria itu masuk ke dalam kamarnya dan buru-buru Anna menyusul. Dia menahan pintu kamar yang akan Raja tutup.

"Mau ngapain kamu?" tanya Raja dengan nada kesal.

"Mau ikut masuk boleh?" pinta Anna dengan lembut.

Raja lemah jika Anna seperti ini. Saat Anna bersikap ketus saja, Raja terperangkap dalam pesona perempuan itu. Bagaimana Anna yang seperti ini? Manis, manja dan sangat menggemaskan.

"Kamu sedang merayuku ya Anna, hah? Kenapa? Biar aku bisa mengizinkan kamu pergi dari sini, iya?"

Anna langsung menggeleng. Kini tubuhnya bersandar di tembok dan Raja tepat berada di hadapannya. Anna memainkan telunjuknya memainkan dada bidang Raja. Ulah Anna membuat Raja mendengus kesal namun juga kesenangan.

Tangan Raja langsung menghentikan pergerakan telunjuk Anna. Ini akan sangat bahaya jika sisi liar Raja akan bangkit pagi ini. Anna bisa saja dibuat menjerit di bawah tubuh Raja. Tanpa ada ampun dan jeda untuk istirahat.

"Lalu apa maumu? Kamu sangat aneh setelah tadi malam mabuk seperti orang gila!"

"Aku nggak mau apa-apa kok. Setelah aku pikir-pikir, nggak ada gunanya aku marah dan kesal. Apalagi, kamu udah nolongin aku dan membawa aku keluar dari tempat sialan itu. Gimana kalau kita berteman baik mulai sekarang?"

"Berteman? Aku tidak mau! Aku ingin menjadi yang spesial buat kamu. Aku ingin menjadi pria yang kamu cintai! Itu yang aku mau!" Raja berkata tegas.

Anna sudah tak tahan lagi. Sangat sulit membuat Raja luluh. Apalagi setelah mendengar permintaan pria itu yang menurut Anna sangat gila. Menjadi pria yang dia cintai? Anna pikir, dia lebih baik mati daripada mencintai pria seperti Raja. Semua yang melekat dalam diri Raja jauh dari kriteria idaman Anna.

Anna menyukai pria yang pintar, tampan, baik, tidak berkata kasar dan bisa memeperlakukannya dengan lembut.

"Kenapa malah diam, hah?" tanya Raja membentak.

"Aku lagi bingung ajah kenapa kamu memaksa aku untuk mencintai kamu! Maaf kalau perkataan aku menyakiti. Sayangnya, kamu bukan tipe aku Raja. Kayaknya nggak mungkin aku bisa cinta sama kamu," balas Anna santai. Dia lalu tersenyum tipis untuk Raja.

Ucapan Anna hanya membuatnya dalam bahaya. Kini tubuh Raja sempurna mengurung tubuh Anna. Bersamaan dengan tatapan tajam pria itu yang kini mengintai wajah Anna. Raja terkekeh melihat raut tegang yang nampak jelas di wajah Anna. "Apa kita harus bercinta dulu agar kamu mencintaiku Anna?" bisik Raja.