Chereads / Give Me Your Love, Anna! / Chapter 11 - Ciuman di Tepi Pantai

Chapter 11 - Ciuman di Tepi Pantai

"Yang terluka perut kamu Raja! Tanganmu masih berfungsi dengan baik! Jangan manja!" balas Anna ketus ke Raja.

Raja memasang wajah kesal. Permintaannya tak Anna turuti. Anna berlalu dari hadapan Raja yang langsung ditahan pria itu.

"Apa?" tanya Anna kesal.

"Temani aku lah di sini!" pinta Raja sangat manja ke Anna.

"Kamu tuh ya, yang terluka perut tapi isi kepala kamu yang malah bermasalah!" Anna berkata ketus kembali. Dia sedikit mendorong Raja agar menjauh dari tubuhnya. Tak peduli meski ulahnya membuat Raja menjerit kesakitan.

Anna tak langsung keluar dari kamar Raja. Dia melihat-lihat seisi kamar itu, termasuk jejeran senjata tajam yang Raja miliki. Pandangan Anna tertarik melihat koleksi pistol yang dimiliki Raja. Salah satunya pernah Anna curi saat itu. Sayangnya, usaha dia mengancam Raja saat itu menjadi senjata makan tuan.

"Anna, tolong aku! Bantu aku berjalan!" teriak Raja dari dalam kamar mandi.

Anna mengalah kali ini. Dia menghampiri Raja. Namun, baru juga membuka pintu kamar mandi, Anna menjerit. "Kamu pakai yang bener dong celananya, Raja!" Anna histeris. Raja seperti sengaja menggodanya dengan cara liar seperti ini.

"Kamu tidak penasaran rasanya bagaimana Anna?"

"Jadi mau aku bantu nggak, hah?" tanya Anna dengan nada galak.

Pelan-pelan Raja mendekati Anna. Dia tertawa karena melihat betapa histeris Anna saat ini. "Sudah benar ini pakainya. Bukalah matamu!"

Anna membuka kedua matanya pelan-pelan. Dia bisa bernapas lega sekarang. "Kamu kelewatan Raja! Bisa-bisanya pamer kayak gitu ke aku!"

"Aku tidak sengaja Anna," balas Raja santai.

"Alah sengaja juga! Aku nggak nafsu ya. Serem yang ada lihat kayak gituan."

Raja tergelak di tempat duduknya sekarang. Ini membuat luka di perutnya terasa sangat sakit. Dari tawa itu lama-lama berubah menjadi rintihan. Anna justru meledek Raja yang sedang kesakitan. "Tahu rasa!" kata Anna dengan puas ke Raja. Dia kemudian keluar dari kamar itu.

Sorenya, Anna menemani Raja yang sedang jalan-jalan di sekitar rumah itu. Langkah Raja berhenti tepat di tepi pantai. Pria itu lalu duduk beralaskan pasir. Anna mengikutinya dengan duduk di samping pria itu.

"Jadi, tadi malam itu siapa Raja?" tanya Anna seraya menoleh ke Raja.

"Entahlah! Kamu tidak usah memikirkan itu. Yang pasti kedepannya, aku pastikan kamu aman," jawab Raja dengan santai.

"Kenapa serem banget. Kayaknya dia musuh kamu ya? Kamu kok bisa punya musuh seperti itu? Kehidupanmu benar-benar mengerikan, Raja."

Raja menoleh, menatap Anna yang sekarang sedang melihat ke arahnya. Raja memandangi lekat wajah perempuan itu. Anak-anak rambut yang berserakan ke wajah Anna, Raja sisihkan pelan-pelan dengan jemarinya.

"Kata siapa mengerikan hah? Memangnya kamu tahu apa tentang hidupku?"

"Ya, aku memang tidak tahu." Anna merespon santai ucapan Raja semula.

"Karena kamu tidak tahu, apa kamu tidak minat masuk lebih dalam ke kehidupanku, Anna?" tanya Raja dengan lembut. Pandangannya lebih dalam dari semula dan menatap sepasang bola mata yang indah itu.

Anna terdiam bahkan tepat saat Raja semakin mendekati wajahnya dan hendak menciumnya. "Ah, sore yang cerah. Aku mau main air." Anna menghindar cepat saat Raja akan menyentuh bibirnya.

Anna berlarian seperti anak kecil seraya menyentuhkan kedua kakinya ke air. Anna memainkan air laut dengan kaki dan tangannya. Dia lalu berteriak dengan lantang. Seolah ingin melepaskan rasa penat di hatinya. Jujur saja, Anna belum bisa berdamai dengan kehidupannya yang sekarang.

"Ibu, aku kangen!" seru Anna.

"Dimas, aku kangen. Aku cinta sama kamu!" seru Anna lebih lantang.

Raja langsung murka mendengar Anna mengucapkan cinta untuk Dimas. Raja mengepalkan kedua telapak tangannya erat-erat dan melempari pasir yang ada di sekitarnya.

"Hei perempuan bodoh! Udah tahu di belakang kamu ada pria yang cinta sama kamu, eh kamu malah dengan entengnya bilang cinta untuk pria lain!" marah Raja. Pelan-pelan, kini Raja membangunkan tubuhnya.

Anna tak mau peduli dengan kemarahan Raja. Anna memilih mencari ranting dan kini dia gunakan ranting itu untuk menuliskan namanya dan nama Dimas.

Raja semakin tak terima Anna menulis nama pria lain. Raja bergerak cepat menghapus tulisan itu dengan kakinya. "Ganti dengan namaku!" pinta Raja tegas.

"Ogah! Orang aku cintanya sama Dimas bukan kamu, yeh!" Anna menolak dengan santai. Biar saja Raja mengamuk. Anna tak peduli.

Anna dengan sengajanya menulis nama Dimas berkali-kali. Bahkan dihiasi tanda love. "Kamu sangat kekanakan Anna! Seperti bocah SD menulis seperti itu!" ejek Raja yang sebenarnya dia sangat tak terima Anna menuliskan nama Dimas.

"Bilang ajah cemburu kan? Hahaha."

Raja tak tahan lagi. Dia kini mendekati Anna dan menghentikan ulah perempuan itu yang masih saja menulis nama Dimas disertai tanda love.

"Ya, aku cemburu! Kamu seharusnya tahu itu! Aku cinta sama kamu! Buka hati kamu buat aku bodoh!"

"Bodoh? Ya, aku memang bodoh. Tetapi lebih bodoh jika aku menggantikan sosok Dimas dengan pria seperti kamu!" balas Anna galak.

Raja mencengkeram kedua bahu Anna kuat-kuat. Dia memaksa perempuan itu agar melihat ke arahnya. "Aku memang pria seperti apa, hah?" tanya Raja tegas. Kedua matanya sekarang menatap tajam Anna.

"Kamu pria yang aneh! Ya, kurang aneh apa coba. Kamu mengurungku di sini dan tidak mengizinkanku pergi bahkan hanya untuk menemui ibuku!"

"Tetapi setidaknya ibumu baik-baik saja sekarang Anna! Aku bahkan sudah melunasi biaya rumah sakit ibumu. Kalau kamu memintaku untuk memindahkan ibumu ke rumah sakit yang lebih bagus pun, akan aku lakukan. Asalkan kamu selalu ada di sisiku dan mencintai aku! Itu yang aku mau, Anna!" Raja menjelaskan dengan penuh penekanan.

Anna tiba-tiba terdiam. Dia teringat saat Raja sudah membantu biaya rumah sakit ibunya. Ya, Anna selama ini kewalahan mencari biaya untuk kesembuhan ibunya. Anna pun pernah hampir menyerah. Karena lelah dengan hidup yang dia jalani. Namun, berada di sisi Raja dan mencintainya? Sungguh, Anna tak sanggup untuk melakukannya. Ini sama saja menyiksanya.

"Dimas, kekasih kamu itu, dia belum tentu baik buat kamu! Makanya, tinggalkan dia!" pinta Raja tegas. Seolah tak menerima bantahan dari permintaannya itu.

Anna menyingkirkan kedua tangan Raja dari bahunya dengan kasar. "Dimas lebih baik dari pria manapun. Aku yakin, walaupun sekarang aku nggak ada kabar, sekarang dia sedang berusaha mencari aku. Dia pasti akan membawa aku pergi dari sini! Dari pria aneh seperti kamu yang terus menerus meminta aku untuk—"

Ucapan Anna tertahan. Raja lebih dulu membungkan mulut Anna dengan ciuman liarnya. Kedua telapak tangan Raja berada di sisi wajah Anna dan mencengkeramnya kuat. Anna tak dibiarkan untuk melepaskan ciuman ini.

Hingga semakin lama, Anna menyerah dan terbuai dengan ciuman Raja. Walaupun terasa kasar, namun juga memabukkan. Membuat desiran aneh dalam tubuh Anna bangun. Dia memilih membuka mulutnya dan memberikan akses untuk Raja memperdalam ciumannya.

Di bawah langit yang perlahan memunculkan rona jingganya, kedua anak manusia itu masih saja menjalin sentuhan. Begitu dalam dan intim.