Chereads / Give Me Your Love, Anna! / Chapter 10 - Penyerangan Orang Bertopeng

Chapter 10 - Penyerangan Orang Bertopeng

Di atas kasur tidurnya, Anna bergerak gelisah dan berusaha melepaskan bekapan seseorang. "Uhm, lepas!" ucap Anna susah payah.

Tubuh Anna ditahan kuat-kuat oleh kedua tangan. Di antara cahaya yang remang-remang di kamarnya, Anna tak bisa melihat jelas siapa sosok itu. Tubuh Anna semakin memberontak, namun, usahanya hanya sia-sia. Bahkan sekarang, Anna merasakan orang itu mulai mengobrak abrik pakaian yang dia kenakan.

Brugh!

Tendangan super dahsyat Anna berhasil membuat orang itu jatuh terduduk di lantai. Anna berlari dengan gemetar menuju ke pintu kamar. Dia memanggil nama Raja berkali-kali. Berharap pria itu akan menolongnya.

"Raja!" teriak Anna tepat di dekat kamar Raja.

Raja langsung mendekap Anna yang ketakutan. "Kamu kenapa?" tanya Raja ke Anna. Belum sempat pertanyaannya dijawab, dua orang bertopeng kini berada di hadapan Raja.

"Masuk ke kamarku!" suruh Raja ke Anna.

"Cepat Anna!" suruh Raja.

Anna melangkah masuk dengan gemetar ke dalam kamar Raja. Sedangkan di luar kamar itu, Raja langsung memberikan pukulan hebatnya ke kedua orang bertopeng itu. Bunyi-bunyi berisik yang mengerikan itu membuat Anna meringkuk di bawah selimut dan menutup kedua telinganya erat-erat.

Kedua anak buah Raja lalu datang. Mereka sudah babak belur dan semula sempat dilumpuhkan oleh salah satu dari dua orang bertopeng itu. Melihat tuannya yang kewalahan menghadapi dua orang itu, anak buah Raja langsung membantu.

Pukulan dan tendangan beradu sama-sama kuatnya. Bunyinya semakin kuat dan kengerian itu kini memenuhi rumah Raja. Apalagi saat dua orang bertopeng itu mengeluarkan senjata tajam masing-masing.

Raja belum cukup siap untuk ini. Namun, dia juga sudah terbiasa terkurung dalam keadaan membahayakan seperti ini. Raja sigap menghindar saat pisau itu akan menusuk ke dada dan perutnya. Sedangkan kedua anak buah Raja pun masih berusaha melumpuhkan mereka.

Satu kelengahan Raja membuatnya terkena tusukan orang bertopeng itu. Sialnya tusukan itu tepat mengenai perutnya. Raja sedikit goyah dengan pijakannya. Bahkan sekarang dia jatuh terduduk di lantai. Kedua orang itu mati-matian menyerang Raja. Bahkan setelah Raja terkena satu tusukan dalam itu pun, mereka masih gencar untuk melukai Raja kembali.

Tepat hal lebih buruk akan terjadi, dua anak buah Raja lebih dulu menjatuhkan pisau yang dua orang itu pegang hingga terlempar cukup jauh. Anak buah Raja membabi buta dengan pukulan dan tendangan mereka.

Sayang, sebelum berhasil melihat wajah di balik topeng itu, mereka lebih dulu pergi. Berlari cepat keluar dari rumah Raja.

"Tuan," ucap panik satu anak buah Raja. Sedangkan yang satunya sudah berlari jauh mengejar dua orang bertopeng itu.

Anna di dalam kamar membuka kedua telapak tangannya yang semula menutup kedua telinga. Tak ada lagi suara mengerikan itu. Anna memberanikan diri untuk keluar dari kamar Raja.

Baru membuka pintu, Anna terkejut melihat Raja yang berjalan lemah dan dipapah anak buahnya. Bagian kanan perut pria itu sudah dibajiri darah.

"Raja!" Anna syok dan langsung mendekati Raja.

Pelan-pelan di atas kasur tidur, Raja dibaringkan. "Kamu harus dibawa ke rumah sakit Raja," kata Anna panik. Sangat mengerikan dia melihat Raja terluka seperti ini.

"Tidak usah. Anak buahku sudah menghubungi dokter. Aku baik-baik saja," balas Raja santai.

"Baik-baik apanya! Kamu terluka parah kayak gini. Kamu harus segera dibawa ke rumah sakit." Anna semakin panik. Sedangkan Raja justru menertawakan kepanikan Anna.

"Hust, diem ya. Tidak usah panik seperti itu. Aku jadi makin cinta sama kamu."

Plak!

"Aw. Kenapa kamu malah memukul pahaku?"

"Kamu nih ya, lagi situasi genting kayak gini, bisa-bisanya bilang cinta! Menyebalkan!" balas Anna jengkel.

"Aku senang kamu mengkhawatirkanku seperti ini Anna. Untunglah, kamu baik-baik saja kan?"

"Iya, aku baik-baik saja." Anna membalas lemas. Dia memandangi wajah Raja lalu berpindah ke luka pria itu. Sangat mengerikan saat melihatnya.

Empat puluh menit menunggu, dokter yang akan menangani luka Raja datang. Dokter itu semula dijemput oleh anak buah Raja menggunakan kapal pribadi milik Raja.

Anna bisa bernapas lega saat luka di perut Raja sudah mulai ditangani dokter. Semula dia sudah sangat was-was. Apalagi melihat wajah Raja yang semakin memucat.

***

Cahaya siang ini, mengusik tidur tenang Raja. Dia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Pandangan Raja lalu tertuju ke perempuan yang kini tertidur di dekatnya. Raja menerbitkan senyuman. Entahlah, ada rasa bahagia melihat Anna ada di dekatnya seperti ini.

Jemari Raja pelan-pelan menyingkirkan rambut Anna yang menghalangi pandangan. Hingga sekarang Raja berhasil melihat penuh wajah Anna.

Lama Raja memandangi wajah Anna. Jemarinya lalu membelai di sisi wajah Anna. "Sedang tidur pun kamu sangat cantik ya?" puji Raja seraya terkekeh.

Anna menggeliat pelan. Raja menarik jemarinya dari wajah Anna. Pelan-pelan kedua mata Anna terbuka dan memandangi wajah Raja yang sekarang sedang menghadap ke arahnya.

"Kamu sudah bangun Raja. Butuh sesuatu?" tanya Anna dengan suara seraknya.

"Aku hanya butuh kamu di sisi aku Anna," balas Raja santai.

"Ish kamu, aku serius Raja. Oh iya, kamu harus makan ya. Habis itu minum obat."

'Kamu tidak berubah Anna. Kepedulian kamu dan sikap kamu yang seperti ini membuat aku semakin jatuh cinta.' Raja memandangi Anna.

"Malah bengong lagi kamu! Sebentar ya, aku ambil makanan buat kamu." Anna beranjak dari kamar Raja. Pria itu pun membiarkan Anna pergi.

Raja tersenyum-senyum sendiri. Diperhatikan oleh Anna seperti ini mengingatkannya tentang masa lalu itu. Dimana awal mula perasaan cintanya tumbuh hingga sampai sekarang bermekaran untuk Anna.

"Sebahagia ini rasanya diperhatikan sama kamu Anna. Bahkan lebih bahagia daripada saat itu."

Anna kembali lagi ke kamar Raja dan sudah membawa makanan untuk Raja. "Aku suapin ya?" kata Anna sangat lembut ke Raja.

"Sebentar, kamu tidak meracuniku kan? Kebaikan kamu membuatku curiga," ledek Raja. Padahal dia sebenarnya sangat senang dengan sikap Anna yang seperti ini.

"Nggak lah Raja! Udah buku mulutnya! A…" Anna membalas kesal ucapan Raja semula.

Suapan demi suapan pun meluncur ke mulut Raja. Pria itu menyantap makanannya dengan lahap. Seraya menerima suapan dari Anna, Raja memandangi tanpa henti wajah Anna.

Anna menatap heran Raja. Sudah beberapa kali pria itu terkekeh seraya mengunyah makanannya. "Kamu jadi gila ya gara-gara luka tusukan itu? Eh lupa, kamu memang sudah gila!"

"Iya aku memang gila. Kamu yang membuatku gila Anna Mentari." Raja membalas dengan gombalannya.

Anna langsung bergidik kegelian mendengar gombalan itu. "Jangan gombal! Nggak mempan buat aku! Aku perhatian kayak gini hanya kasihan sama kamu yang lagi kesakitan." Anna mencoba meluruskan. Tak ingin Raja salah paham dengan sikap baiknya.

"Terserahlah! Yang penting aku senang diperhatikan sama kamu. Oh iya, aku ingin ke kamar mandi. Kamu bisa membantuku berjalan ke sana?"

Anna bangun dari posisi duduknya dan hati-hati memapah Raja masuk ke dalam kamar mandi. Saat dia akan keluar, justru tangannya ditarik Raja. Tubuh Anna pun kini tepat berada di hadapan Raja.

Satu langkah Raja mendekati Anna hingga kini berhasil mengurung tubuh perempuan itu. "Bisa bukakan celana ini untukku Anna?" pinta Raja seraya melihat ke arah celana yang dia kenakan.

Anna melongo sempurna. Permintaan Raja sangatlah gila!