Raja sempat terdiam beberapa detik karena permintaan tidak terduga dari Anna. Walaupun Raja sendiri tidak paham, apa yang perempuan itu mau?
"Mau apa sayang, hmm?" tanya Raja yang kini masih menelusuri leher Anna dengan bibirnya.
"Mau membunuhmu Raja!" maki Anna. Dia langsung menjambak kasar rambut Raja sekaligus menekan kaki pria itu dengan kuat.
"Argh! Kamu benar-benar nakal!" ucap Raja seraya menjerit tertahan.
Belum cukup puas, kini Anna menendang kaki Raja dan memukuli dadanya. Anna begitu bersemangat. Sedangkan Raja, dia menerima dengan pasrah. Entah kenapa, dia merasa Anna sedang bermain-main dengannya.
"Argh handukku!" Anna histeris saat handuk yang dia pakai melorot. Hingga dua bagian indah itu terekspos sesaat. Untungnya Anna buru-buru menyadari dan menariknya ke atas.
"Kamu lihatin apa Raja? Sudah sana keluar! Dasar pria mesum!" Anna frsutasi lama-lama. Apalagi melihat tatapan Raja yang seperti saat ini. Buas dan mengerikan. Anna seperti akan dilahap hanya dengan tatapan itu.
"Raja!" bentak Anna. Tak tahan lagi, dia ingin pria itu segera keluar dari kamarnya.
"Waw!" ucap Raja takjub.
Anna melongo. Respon macam apa itu? Anna terbelalak setelah menyadari bahwa Raja pasti melihat yang semula sempat terekspos.
Anna berteriak dan histeris tak terkendali. Kini dia mendekati Raja dan mendorong pria itu agar segera keluar dari kamarnya.
"Jangan terlalu bersemangat Anna. Nanti handukmu melorot kembali," ledek Raja sereya terkekeh.
"Huh. Menyebalkan! Aku pukul sampai mampus tahu rasa!" ancam Anna seraya menunjukkan bogeman mentahnya. Dia lalu menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Walaupun percuma, Raja punya kunci cadangan untuk pintu kamar yang Anna tempati.
Tak mau hal buruk terjadi lagi, Anna buru-buru memakai pakaian. Dia terpaksa memakai pakaian yang sudah Raja belikan. Semuanya bagus-bagus dan bermerek. Hanya saja, karena ini pemberian Raja, Anna berat hati untuk memakainya.
"Kenapa sih hidupku apes banget ya Tuhan? Perusahaan ayah aku bangkrut, pas SMA aku dikeluarin dari sekolah, ibu aku sakit-sakitan, aku harus hidup miskin dan setelah susah payah aku perbaikin semuanya bahkan dapat kesempatan buat tampil di panggung megah, aku justru dijebak sama teman aku. Sialnya, aku sekarang terjebak di sini bersama pria gila itu!" Anna memaki nasib hidupnya. Begitu buruk. Anna tak tahu lagi, tinggal tersisa berapa kesabarannya untuk menghadapi ujian dalam hidupnya ini.
"Kangen sama Ibu." Anna tiba-tiba saja menangis. Hatinya terasa berkecamuk. Anna merasakan sesak yang luar biasa di dadanya.
Anna merubah posisi dan memeluk bantal guling. Dia menangis sejadi-jadinya. "Mau pulang!" teriak Anna lantang.
"Ibu, aku harus gimana sekarang? Rasanya Anna nggak sanggup lagi hidup Bu. Anna capek," adu Anna. Suaranya tergagap-gagap bersamaan dengan tangisan yang sulit untuk dia hentikan.
***
Di dalam kamarnya, Raja sedang bersantai ditemani dua perempuan seksi yang sudah dia sewa khusus malam ini. Belaian lembut jemari dua perempuan itu menelusur ke seluruh tubuh Raja.
"Puaskan aku manis," kata Raja ke salah satu perempuan itu.
"Kamu juga," kata Raja ke perempuan yang satunya.
Raja mengerang tak karuan dalam pelayanan dua perempuan itu. Di saat seperti ini, dia tak ingin ada yang mengganggu.
"Tuan Raja, maaf mengganggu." Suara Ida di luar kamar Raja.
Raja memaki setelah mendengar suara pelayannya. "Ada apa?" tanya Raja dengan suara lantangnya.
"Itu Nona Anna sedang mengamuk Tuan. Dia meminta wine," jelas Ida terburu-buru.
Raja langsung mendorong dua perempuan di dekatnya untuk menjauh. Raja segera keluar dari kamarnya dan menemui ida.
"Dia meminta wine?" tanya Raja memastikan.
"Iya Tuan. Nona Anna sedang mengamuk sekarang." Ida menjelaskan kembali.
"Yasudah bawakan apa yang dia mau. Ambilkan milikku saja!" perintah Raja.
Di dalam kamarnya, Anna begitu bahagia setelah pelayan Raja membawakan apa yang dia minta. Anna seperti orang gila malam ini. Dia loncat-loncat begitu tinggi di atas kasur tidur dan bibirnya mengecupi botol wine yang sekarang dia genggam.
"Mari berpesta! Merayakan kesialan hidupku!" teriak Anna dengan bahagia. Dia lalu membuka botol itu dan meneguknya langsung dengan begitu semangat.
"Ah! Hidup yang begitu sial! Ayo berikan kesialan itu lagi! Biar sekalian aku jadi gila!" teriak Anna di dalam kamarnya. Dia loncat-loncat kembali dan meneguk kembali minuman memabukkan itu.
Anna menangis lalu akan tertawa setelahnya. Kini dia turun dari kasur tidur dan duduk di lantai. Tubuhnya bersandar pada sisi ranjang. Anna meneguk kembali wine dan merasakannya bersama dengan kesedihan yang amat menyiksanya.
Segala kutukan, makian dan umpatan berkeliaran dalam kepala Anna. Apalagi jika ingat Shania. Perempuan yang sudah dia anggap seperti saudara. Selama ini, hubungan mereka baik-baik saja. Seperti kejutan yang begitu buruk saat tahu bahwa Shania yang menjebaknya hingga berada di rumah wangi ayu. Tempat dimana kesialan itu semakin menjadi.
Dari celah pintu kamar, Raja memerhatikan Anna. Dia membuka pintu lebih lebar dan kali ini mendekati Anna.
"Kamu tersiksa karena tinggal di sini atau tersiksa karena aktivitas kita tadi pagi Anna?" kata Raja pelan seraya mendekati Anna. Dia lalu duduk di samping perempuan itu.
Anna melihat ke sampingnya dengan tatapan malas. Anna tak mau peduli. Dia memilih meneguk wine kembali.
"Kamu sudah mabuk Anna," kata Raja menghentikan pergerakan tangan Anna.
"Jangan halangin aku! Aku benci sama kamu!" marah Anna. Dia menepis kasar tangan Raja dari tangannya.
"Kenapa sih kamu harus kayak gini sama aku? Kenapa harus aku yang kamu cintain Raja? Di luar sana banyak yang lebih cantik dari aku. Kenapa harus aku yang kamu cintai?" ucap Anna panjang lebar sambil menangis. Dia menunduk lemah dan tangan kanannya memukuli dada.
Raja menghentikan tangan Anna. Kini Raja mendekap Anna. "Hanya kamu yang aku inginkan Anna. Aku tidak bisa jauh dari kamu Anna. Bertahun-tahun aku mencari kamu. Aku disiksa rindu, kesepian dan setelah aku bertemu kamu, rasanya seperti hadiah yang tidak terduga. Hadiah paling membahagiakan dalam hidup aku," ungkap Raja dengan begitu lembut. Kini dia memegang kedua sisi wajah Anna. Sedangkan tatapannya, mengamati baik-baik wajah perempuan itu.
Tangisan Anna semakin pecah. Raja membawa perempuan itu dalam dekapannya kembali. "Kamu tidak perlu takut Anna. Aku tidak akan menyakiti kamu. Aku hanya ingin kamu di sini, di sisi aku dan hidup denganku. Hanya itu. Aku tidak akan menyakitimu. Percayalah," kata Raja berusaha menenangkan Anna. Perempuan itu menangis begitu histeris.
Anna kini melepaskan pelukan Raja pelan-pelan. Pandangan Anna yang digenangi air mata menatap wajah Raja. "Kenapa kamu bisa cinta sama aku sampai seperti ini Raja?" tanya Anna.
"Entahlah. Yang pasti, saat melihat kamu, aku sangat bahagia. Aku tidak takut lagi dan ada semangat hidup. Kamu tahu Anna. Jika bukan karena kamu, mungkin aku sudah memilih mengakhiri hidup aku saat itu," balas Raja. Jemarinya kini mengusap wajah Anna. Lembut dan berhasil memberikan ketenangan untuk Anna.
Perlahan wajah Raja mendekat. Dia lalu mencium bibir Anna. Lembut dan penuh rasa cinta. Anna lama-lama membalasnya. Hingga ciuman mereka berlanjut begitu lama.
Tidak ada yang mau mengakhiri ciuman lembut ini. Raja pun sangat menyukainya. Apalagi Anna membalasnya seperti ini. Dia merasa sudah diberikan cinta oleh perempuan itu.
Pelan-pelan Raja mengangkat tubuh Anna dan membawanya ke kasur tidur. Perempuan itu terbaring di bawah tubuhnya dan pertautan mereka masih terjalin. Lebih intim dan menuntut.
Raja melepaskan ciumannya dan kini menyentuh bagian yang lain. Sedangkan Anna, dia pasrah di bawah tubuh Raja.
"Dimas, aku merindukanmu. Aku mencintaimu," ucap Anna ditengah sentuhan yang Raja berikan.
Raja murka tiba-tiba saja. Napasnya memburu bersamaan dengan detak jantungnya yang berdetak begitu kencang. Bukan karena rasa cintanya. Ini karena amarahnya ke Anna.
"Dimas? Siapa dia Anna? Bisa-bisanya kamu menyebut pria lain di saat aku sedang menyentuhmu seperti ini!" marah Raja. Dia bangun dari atas tubuh Anna dan mengamuk. Raja langsung membanting semua benda-benda pajangan yang ada di kamar itu.