Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

AKU, KAU DAN CINTA

🇮🇩Wenny_Sella90
--
chs / week
--
NOT RATINGS
20.8k
Views
Synopsis
Seorang ibu melahirkan dua anak kembar, namun mereka terpisah pada saat ibunya melahirkan mereka. Mereka bertemu kembali setelah 23 tahun, namun mereka berpisah lagi ketika mereka baru saja bertemu. Mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Eugene hidup sangat berkecukupan, berbeda dengan Vania yang hidup sederhana. Vania memiliki kekasih bernama Kevin. Kevin sangat menyayangi Vania, ia bahkan tidak mengetahui kalau Vania memiliki kembaran. Ketika Kevin berpisah dengan Vania, Kevin sangat terpukul. Ia seperti tidak tau arah jalan hidup. Namun Eugene tiba-tiba muncul setelah kepergian Vania dan dapat membuat Kevin bangkit seperti Kevin yang dulu. Akankah Kevin dapat menerima kehadiran Eugene dan mencintainya seperti ia mencintai Vania?
VIEW MORE

Chapter 1 - GALAU

Hanya dari kejauhan Eugene bisa melihat dia, baru saja mereka bertemu. Bahkan langit pun ikut menangis, Eugene menangis sejadi-jadinya, dan ia melihat seseorang sedang berteriak "Kenapa kau meninggalkanku! Kenapa? Kenapa secepat ini, bagaimana aku harus melanjutkan hidupku?"

Flashback on..

Hari Pertama Masuk Kuliah

"Anak-anak, kita kedatangan teman baru namanya Kevin, Kevin ayo masuk!" ujar dosen Rina, dan Kevin melangkah masuk ke ruang kelas.

"Halo~ perkenalkan namaku Kevin, mohon bimbingannya dan salam kenal semua!" ucap Kevin saat memasuki ruang kelas.

"Silahkan duduk Kevin dibangku kosong yang ada dibelakang Vania" kata dosen Rina.

"Baik bu!" sahut Kevin. Kevin berjalan menuju tempat duduk yang tepat dibelakang Vania.

Setelah Kevin duduk ditempat duduknya, seseorang yang didepannya menoleh kebelakang

"Hai Kevin, salam kenal ya namaku Vania." dengan senyuman manisnya yang membuat Kevin seketika terpana.

"Salam kenal Vania" Kevin membalas dengan senyuman dan menjabat tangannya yang lembut itu.

Sebelumnya Kevin belum pernah merasakan hal seperti ini. Dia tidak pernah seperti ini pada saat bertemu wanita ataupun berkenalan dengan wanita, Kevin merasa mukanya sangat panas dan jantungnya berdetak sangat kencang, Kevin sangat malu sekali. Ia tidak berani mengarah pandangannya ke depan.

"kriiiiiiinnnnngggg~"

Bel istirahat berbunyi, Kevin berjalan menuju bagian atas kampusnya melewati tangga hingga ke lantai 4. Akhirnya ia menemukan tempat untuk menyendiri, tapi ia seperti melihat seseorang berada diujung sana, Kevin mencoba untuk mendekat. Setelah ia mendekat, ternyata seseorang itu adalah Vania.

"Hai Kevin, ngapain kamu kesini?" tanya Vania.

"Aku sedang mencari tempat untuk bersantai, kamu sendiri ngapain disini?" tanya Kevin.

"Aku sering kesini, karna disini tempat paling adem dan sunyi" jawab Vania.

Tak lama mereka berbincang berdua, terpaksa mereka harus kembali ke kelas mereka dan melanjutkan pelajaran hingga waktunya pulang kuliah. Bunyi lonceng menandakan jadwal pelajaran sudah selesai, waktunya mereka untuk pulang. Para murid masing-masing membereskan barang-barang yang dibawa mereka ke tas termasuk juga Vania. Saat Vania sedang membereskan barang-barangnya dan hendak berdiri untuk meninggalkan kelas, Kevin telah berdiri di samping Vania hendak membicarakan sesuatu.

"Vania, kamu mau aku antar pulang?" tanya Kevin.

"Tidak apa Vin, aku bisa pulang sendiri, makasih yaa tawarannya" jawab Vania.

"Memangnya kamu pulang naik apa Van?" tanya Kevin lagi.

"Aku pulang naik bus sih biasanya, aku tidak langsung pulang, aku mau pergi tempat kerja dulu" jawab Vania.

"Aku antar saja ya biar cepat sampai tempat kerjamu" Kevin berusaha mengajaknya lagi.

Vania berpikir sejenak, "Hmmm... Baiklah, terima kasih sudah menawarkan tumpangan untukku."

Setelah sampai di tempat kerja, "Makasih ya sudah mengantarkan diriku kesini, maaf jadi ngerepotin kamu Vin!" kata Vania saat turun dari motor.

"Tidak apa Van! aku senang bisa ngantarin kamu, kamu mau aku jemput lagi nanti pas pulang kerja?" tanya Kevin.

"Tidak usah Vin! Aku bisa pulang sendiri, kamu pulang saja dan istirahat ya" jawab Vania.

"Bentar Van!" Kevin menarik tangannya Vania pada saat dia akan membalikkan badannya.

Kevin dan Vania bertatapan dan suasana menjadi canggung, lalu Kevin mengeluarkan ponselnya "Bolehkah aku meminta nomor telefonmu Van?" tanya Kevin. Vania langsung mengambil ponsel yang ada di tangan Kevin saat itu.

"Tentu saja!" sambil mengetik nomor telefonnya "Ini nomorku Vin. Aku masuk ke tempat kerjaku dulu ya! Terima kasih sekali lagi, sampai jumpa Vin!" Vania membelakangi Kevin dan berjalan menuju pintu tempat kerjanya, Kevin membuat senyuman tipis dibibirnya setelah itu menaiki motornya dan bergegas pulang.

Malam pun tiba, Kevin mencoba menelepon Vania.

"Halo Vania, kamu dimana? Apakah sudah pulang kerumah?"

"Halo Vin, udah kok. Aku lagi makan nih, kamu udah makan?"

"Aku udah makan kok Van, kamu tadi pulang naik apa?"

"Aku naik ojek vin."

"Syukurlah kamu sudah sampai rumah, kamu lanjutin makanmu dulu ya. Selamat malam Vania."

"Terima kasih Vin, selamat malam juga."

Kevin menutup telefonnya dan menatap ponselnya, "Apakah Vania akan risih terhadap sikapku? Baru saja kami bertemu, tapi aku sudah seperti ini dengannya. Apa Vania akan memandangku sebagai orang yang posesif atau aneh? Semoga saja tidak!" gumamnya.

Keesokan harinya, pada saat Kevin sampai di kampus, Kevin berpapasan dengan Vania saat sampai didepan gerbang, Kevin menghampiri Vania.

"Hei Vania, kamu sendirian?" tanya Kevin sambil menepuk pelan bagian pundak Vania.

Vania tampak kaget saat Kevin memanggilnya dan dia menjawab "Oh! Hai Kevin! Iya nih aku sendirian. Kamu baru sampai juga ya?"

"Iya nih, yuk barengan masuk ke kelas."

Vania menyetujui nya "Yuk!"

Mereka masuk ke kelas bersama, pelajaran dimulai seperti biasa namun pada hari jumat mereka pulang lebih awal dari biasanya dan tidak ada jam istirahat saat itu. *teeenggg… tonggg… teeengggg… tonggg..* bunyi bel berbunyi tanda pelajaran hari itu telah selesai.

"Van, kamu mau aku antar lagi ketempat kerjamu?" tanya Kevin

"Sepertinya tidak usah Vin! aku repotin kamu saja kayaknya kalau setiap hari kamu antarin aku" jawab Vania

"Tidak apa-apa Van! aku siap nganterin kamu kapan pun!" jawab Kevin.

Belum lagi Vania menjawab Kevin, Jenny yang mendengarnya tentu saja menyambung pembicaraan mereka.

"Ciyeeee.. Ada yang ngegombal nih!" cagil Jenny sehingga membuat Vania tersipu malu dan mukanya mulai memerah.

"Apa sih Jen! Nyambung-nyambung aja!" ujar Vania.

"Eheeemmm.. tidak perlu malu-malu Van! Hehe.." Jenny mengejek Vania dan menyolek pipi Vania yang tembem itu.

Hari demi hari Kevin pergi ke tempat kuliah dan pulang kuliah bersama Vania, Kevin dan Vania semakin dekat. Dalam waktu 3 bulan setiap hari seperti ini terus-menerus. Pada suatu malam, Kevin mengajaknya kesuatu tempat yang sangat romantis. Setelah berada di atas motor hendak pergi ketempat yang dituju, "Van pegangan yang kuat ya!" ucap sambil menarik kedua tangannya Vania untuk memeluk Kevin dengan erat sehinggga dada Vania bertumpu pada punggung Kevin.

Vania memeluk Kevin dari belakang begitu erat, jantung Kevin berdebar-debar sangat kencang dan berharap Vania tidak merasakan detak jantungnya itu. Setelah sampai ditempat tujuan, Vania dan Kevin turun dari motor.

"Wah.. Bagaimana bisa kamu temui tempat yang seindah ini? Padahal kamu, kan sudah lama tidak tinggal di sini," ujar Vania.

"Dulu aku lahir dan tinggal disini, jadi aku tahu tempat-tempat yang menarik disini," jawab Kevin.

"Oh! Aku tidak tau Vin, tau nya kamu murid pindahan dari kota Bandung. Jadi, mungkin kamu dilahirkan dan dibesarkan di kota Bandung" sambung Vania.

"Tidak Van! Aku lahir disini di Yogyakarta, aku disini sampai diriku berumur 8 tahun, setelah itu aku pindah ke Bandung" jawab Kevin kemudian Kevin melanjutkan pembicaraannya lagi, sambil menatap kedepan melihat langit,

"Dulu aku punya teman perempuan, aku dan dia sering ketempat ini. Aku dulu tidak memiliki teman, hanya dialah satu-satunya temanku" ujarnya.

Vania mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa Vin? Apakah kamu sudah bertemunya lagi?"

Kevin menggelengkan kepalanya dan menatap Vania kemudia ia menjawab, "Belum Van! Aku belum bertemu dengan dia, aku bahkan tidak tau dimana dia tinggal sekarang dan siapa namanya."

Vania mengerutkan keningnya lagi "Apa? Kamu tidak tau namanya? Bagaimana bisa kamu tidak tau namanya?" tanya Vania terheran.

"Iya Van! Aku tidak tau namanya, aku hanya memanggilnya dengan sebutan Beruang," jawab Kevin.