'Hidupku sangat rumit, ditambah lagi kedatangan si Sandi! Bagaimana aku seharusnya?' gumamnya dalam hati.
Pelajaran dimulai, mereka duduk perkelompok yang sudah dibagi kemarin. Bella mengeluarkan tugas mereka dan ia yang mempresentasikan di depan.
"Mantap Bel! presentasimu bagus sekali!" ujar Jenny.
"Terima kasih!" kata Eugene.
Kevin menoleh dan menatapnya, Eugene berusaha untuk tidak melihat tatapan dari Kevin. Sisca melihat Kevin sedang menatap Eugene, ia memberi kode ke Jenny agar Jenny melihatnya.
"Kevin? kenapa kau daritadi memperhatikan Eugene?" tanya Jenny.
"Aku memperhatikannya? Tidak! Aku sedang melihat orang yang sedang presentasi" elaknya.
"Jelas-jelas pandanganmu ke Eugene tadi! Bohong!" ujar Sisca.
"Terserah!" ujar Kevin ketus.
Eugene tidak berani melihat ke arah Kevin, ia masih sangat tidak enak soal kejadian tadi yang ia perbuat kepada Kevin. Hingga semua kelompok telah selesai mempresentasikan tugas yang mereka buat, Eugene mengetik pesan kepada Kevin yang hanya berjarak dengannya bersebelahan.
"Kenapa kau mengirim pesan kepadaku? Kenapa tidak bilang langsung kepadaku? Jarak kita hanya bersebelahan bahkan cuma berjarak 10cm" ujar Kevin.
Tingkah Eugene menjadi kikuk, Jenny dan Sisca menatap mereka berdua. Eugene menjadi sangat malu saat itu dan menjadi salah tingkah. Ia bergegas mengemasi barang-barangnya dan membereskan kursi dan meja mereka seperti sebelumnya. Namun Kevin yang membantu membantu mengangkat dan memindahkan serta membereskan kursi dan meja mereka.
"Sini aku saja yang mengangkatnya!" ujar Kevin sambil mengambil bangku yang sedang di angkat Eugene. Eugene diam mematung dan hanya melihat Kevin memindahkan kursi dan meja mereka. "Terima kasih!" ujar Eugene kepada Kevin.
Ia kembali duduk dikursinya yang telah disusun oleh Kevin. "Eugene, kumpulkan berkas-berkas masing-masing kelompok dan berikan kepada saya ya saat jam pelajaran habis nanti" ujar dosen muda tersebut. "Iya Pak!" kata Eugene.
Tak lama terdengar bunyi suara bel istirahat, Bella mengumpulkan semua berkas masing-masing kelompok sebelum ia meninggalkan kelas. Hingga teman-temannya sudah tidak ada lagi dikelas, hanya tersisa dia, Kevin dan dosen itu. "Ini Pak berkas-berkasnya" ujar Eugene. "Terima kasih Eugene! Tungu!" kata dosen itu sambil menyeka serpihan tissue yang menempel di rambutnya Eugene.
Kevin melihat kejadian tersebut ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Eugene kemudian meninggalkan kelas. Masih tergenggam sangat erat, hingga ke atap tempat biasa Kevin bersantai saat istirahat.
"Kevin! tanganku sakit!" ujar Eugene. Kevin melepas genggamannya, kemudian ia berbalik kearah Eugene yang berada dibelakangnya, "Kenapa kamu mau saja disentuh oleh dosen Rudi? Kau tidak punya harga diri?" ujar Kevin dengan nada penuh amarah.
Eugene tidak mempercayai terhadap kata-kata Kevin yang telah dilontarkan olehnya. Kedua mata Eugene bergelinang air mata mendengar Kevin memakinya seperti itu, "Apa? Kau bilang aku tidak punya harga diri? Aku juga tidak mau disentuh tadi, aku juga mengelaknya! Segampang itu kau menghina orang? Aku heran kenapa Vania sangat mencintai laki-laki sepertimu yang tidak ada etikanya! Aku sangat terpukul! Permisi!" ujar Eugene.
Kevin diam terpaku, ia tidak mencegat Eugene untuk pergi. Ia merasa bersalah karena terlalu berlebihan memarahi Eugene.
'Kenapa dia melontarkan kata-kata seperti itu kepadaku? Memangnya aku ini apa? Tidak mungkin juga aku mau disentuh laki-laki apalagi dia bukan siapa-siapanya aku! Dasar laki-laki tidak punya hati' gerutu Eugene sambil menuruni anak tangga.
Saat Eugene hendak berjalan kembali menuju kelasnya, Sandi datang dan menghalangi jalannya, "Halo cantik!" ujar Sandi.
Eugene tidak menjawab sapa'an Sandi, ia melihat Sandi dan menginjak kakinya. "Aaaawwwww… sakit!" ujar Sandi. "Minggir!" ujar Eugene sambil menjolaknya.
"EUGENEEE!!!" teriaknya.
Tidak dihiraukan oleh Eugene, ia kembali berjalan sangat cepat menuju kelasnya. Eugene sangat marah, ia menangis karena perkataan Kevin yang dilontarkan kepada Eugene.
"Eugene! kenapa kamu menangis? Siapa yang berbuatmu menangis seperti ini?" tanya Jenny saat ia melihat Eugene menangis.
Eugene tidak menjawab dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak lama Kevin masuk ke kelas. Eugene menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam, namun tidak ada rasa bersalah dari Kevin saat itu. ia tidak meminta maaf karena sudah mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakannya, "Kevin yang membuatmu menangis seperti ini?" tanya Jenny.
Eugene menggelengkan kepalanya, dan menghapus air matanya yang menetes dipipinya.
'Untuk apa aku menangis? Bodoh! Dia saja tidak merasa bersalah terhadap perkataannya!' gumamnya dalam hati.
**
Seperti biasa Eugene dijemput oleh supir pribadinya, namun yang menjemputnya bukan supir yang biasa menjemputnya melainkan supir baru. Diperjalanan Eugene mencurigai jika supir baru tersebut bukanlah supirnya, ia hendak mengirim pesan ke ayahnya, "Pa, papa suruh supir baru yang menjemputku ya?" isi pesan Eugene.
"Pak? Kenapa lewat sini pak? Bukannya jalan menuju rumah belok kekanan?" ujar Eugene kepada supir itu. Eugene mulai panik, memang benar supir tersebut bukanlah supir barunya, bahkan papanya tidak membalas pesan dari Eugene saat itu. Tidak ada yang bisa menolongnya saat itu, ia hendak membuka pintu mobil dan akan melompat. Tetapi ada seseorang dari belakang menutup hidung dan mulutnya menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.
**
Dua jam kemudian dari Eugene mengirimkan pesan, ayahnya yang baru saja selesai rapat melihat ponselnya, "Aku tidak mengganti supir, kenapa Eugene mengirimkan pesan seperti ini? Aku harus telepon Eugene" gumamnya.
**panggilan tersambung**
"Ha Ha Ha.." ketawa penjahat itu.
"Dimana anakku?!" tanya papanya Eugene.
"Serahkan uang 500 milyar jika ingin anakmu selamat!" ujar penjahat itu.
"Siapa kamu? Beraninya kau menculik anakku!" ujar papanya lagi.
"TIdak perlu banyak bicara, jika kau ingin anakmu selamat pulangnya sediakan 500 milyar itu. Kalau tidak anakmu yang cantik ini akan kuhabisi!" ucap penjahat itu.
"Pa! jangan Pa! aku baik-baik saja! Aaaahhhhhkkkkk…" erangan Eugene saat ditampar oleh penjahat itu.
"Cukup! Jangan sakiti anakku! Baik! Aku akan beri 500 milyar itu! aku mohon jangan sakiti anakku!" ujar papanya.
"Bagus! Aku tunggu malam nanti! Temui aku ditempat yang akan kukirimkan nanti! Jangan sampai aku mengetahui kau melaporkan kepolisi ataupun membawa orang lain selain dirimu! Aku tidak akan biarkan anakmu selamat!" ujar penjahat itu.
"Baik! Aku akan turuti kemauanmu!" ujar papanya.
Penjahat itu mematikan telepon mereka.
"Ternyata ayahmu sangat menyayangimu ya! Ha ha ha.." ujar penjahat itu sambil memegang dagu Eugene.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" ujar Eugene.
"Memangnya kau bisa apa? Kau hanya perempuan dan sangat lemah!" ujar penjahat itu.
"Aku tidak sabar memegang uang 500 milyar itu karena 500 milyar itu adalah hasil rampasan dari ayahmu!" ujar penjahat itu.
"Aku mohon jangan sakiti ayahku!" ujar Eugene sambil menangis.
"Aku tidak janji cantik!" ujar penjahat itu.
"Ayo keluar! Biarkan dia disini dulu! Aku sudah tidak sabar menunggu 500 milyarku!" ujar penjahat itu.
Para penjahat itu keluar dan meninggalkan Eugene didalam ruangan kotor itu sendirian, tangan dan kaki Eugene di ikat oleh penjahat itu. ia terduduk dilantai yang sangat kotor.