Chereads / AKU, KAU DAN CINTA / Chapter 10 - SAUDARA

Chapter 10 - SAUDARA

Tak lama Vania sadarkan diri, Ayahnya segera melepaskan alas kakinya dan masuk kedalam rumah. Ia berjalan dengan cepat lalu menanyakan keadaan Vania.

"Van, kamu masih sakit? Seharusnya kamu tidak perlu masuk kuliah dulu Van!" ujar ayahnya yang sangat khawatir karena keadaannya itu.

"Kenapa dia bisa ping... san..?" tanyanya yang terputus ketika melihat ke samping Vania.

Ayahnya terkejut melihat ada dua Vania disana,

"Kenapa Ayah berbohong kepada Vania?" tanya Vania.

"Aa.. Apa yang kamu maksud Van?" tanya ayahnya.

"Ayah berbohong kepadaku, ayah bilang aku adalah anak kandung Ayah. Sebenarnya bukan kan Ayah? Kenapa Ayah harus berbohong kepadaku?" tanya Vania sambil menitihkan air matanya.

Ayahnya hanya terdiam menyesali apa yang telah ia dustakan kepada Vania.

"Paman, kenapa paman berbohong kepada Vania. Papa Eugene tidak akan merebut Vania kok dari paman walaupun papa tau kalau Vania ini kembaran Eugene. Vania juga tidak akan meninggalkan paman walaupun Vania mengetahui kalau paman bukan Ayah kandungnya Vania. Seharusnya tidak ada yang perlu disembunyikan" jelas Eugene.

Ayahnya terduduk lemas dilantai, dan menangis.

"Maafkan Ayah nak!" ujar ayahnya Vania.

"Sebelum ayah meminta maaf kepada Vania, Vania sudah memaafkan Ayah. Vania tau apa yang dipikirkan oleh Ayah, Vania sangat paham Ayah" ujar Vania.

Seluruh orang yang diruangan itu menangis melihat kejadian tersebut, Eugene berusaha untuk tegar ia mengelap air mata yang keluar membasahi pipinya.

"Paman aku izin ke toilet sebentar ya! Van, aku ke toilet dulu ya!" pamit Eugene.

"Iya Eugene" jawab ayah dan Vania hanya menganggukkan kepalanya.

Ayahnya Vania menempati tempat duduk yang tadinya diduduki oleh Eugene. Eugene berjalan menuju toilet, lalu ia mengeluarkan telepon selularnya untuk menelepon Papanya.

"Pa, bisa kesini sekarang? Kerumah Vania. Aku kirim sharelock ya pa" ujar Eugene.

"Papa beneran boleh menemuinya Vania?" tanya ayahnya.

"Beneran Pa! Sudah dulu ya Pa! Eugene kirim sharelock ya, love you Pa!" jawab Eugene.

"Oke Eugene, love you too" sambung ayahnya.

Dan pembicaraan mereka selesai sampai disana, lalu Eugene mengirimkan sharelock ke ayahnya. Eugene kembali ke ruang tamu, ayahnya berdiri dan hendak menyiapkan santapan untuk mereka.

"Van, ayah siapkan makanan dulu ya Van!" ucap ayahnya.

"Iya Yah!" jawab Vania.

Eugene duduk kembali di tempat duduknya tersebut. Tak lama terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya Vania, telepon selularnya Eugene berbunyi.

"Halo? Iya sebentar" jawab Eugene.

Sepertinya ayahnya Eugene yang telah sampai di depan rumah Vania, Eugene keluar dan ia membawa orang tersebut masuk ke dalam rumah Vania. Semua terkejut dan semua berdiri melihat ke arah Eugene dan seseorang di samping Eugene. Orang tersebut adalah Papanya Eugene, ayah atau orang tua kandungnya Vania. Tanpa mengeluarkan satu katapun Ayahnya langsung memeluk Vania.

"Vania? Anak kandung Papa. Maafin Papa ya Nak! Maafin Papa" ujar papanya.

Satu ruangan tidak tahan melihat kejadian tersebut, semua menitihkan air mata bahkan Eugene menangis sampai sesegukkan. Ayahnya Eugene melepaskan pelukannya dan melihat ayahnya Vania sedang menangis di samping kursi yang berada di meja makan langsung menghampirinya,

"Terima kasih banyak Tuan, sudah menjaga anakku sampai sekarang. Terima kasih! Untung saja Vania bertemu dengan sosok orang tua yang baik dan menyayanginya. Jika tidak aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk memaki dan memarahi diriku ini. Sekali lagi terima kasih Tuan!" ujar Ayahnya kepada Ayahnya Vania sambil memegang punggung tangan Ayahnya Vania lalu menaruh keningnya di punggung tangan ayahnya Vania. Ayah Vania hanya menangis, sambil menepuk-nepuk punggung belakang papanya Eugene yang sedikit membungkuk itu. Eugene menghampiri Vania dan memeluknya kemudian ia menopangnya untuk duduk kembali ke sofa. Suasana disana hanya terdengar tangisan tidak ada yang berbicara saat itu.

Vania dan ayah kandungnya sedang berbagi cerita, duduk berdua dan berbincang-bincang. Sisca dan Jenny sedang duduk menonton televisi. Eugene berdiri tegak di samping ayah angkatnya Vania, mereka berdua hanya melihat Vania dan ayahnya sedang berbincang-bincang.

"Paman? Paman tidak ada yang perlu ditakuti. Ayahku tidak mungkin merebut Vania, dia juga tau perasaan Paman seperti apa ketika anaknya yang ia asuh dari bayi hingga dewasa seperti ini diambil oleh orang tua kandungnya. Bagi kami, paman adalah orang tua yang sangat baik. Kami sangat berterima kasih karena Paman sudah menjaga Vania. Jika Paman dulu tidak mengasuh Vania, mungkin saudaraku sudah tiada lagi di dunia ini. Dan diriku juga tidak bisa bertemunya, terima kasih Paman!" ujar Eugene lalu ia membungkukkan badannya sedikit dihadapan ayahnya Vania sebagai ucapan terima kasih kepadanya.

"Kamu tidak perlu terima kasih Nak! Karena Paman dan Bibi memang tidak punya anak, jadi paman dan bibi sangat menyayangi Vania. Vania adalah berkah buat kami berdua, jika tidak ada dia hadir dalam kehidupan kami, ntah jadi apa kami berdua Eugene. Bibi sangat senang pada saat paman menemukan Vania, ia mengasuhnya seperti anaknya sendiri dan untung saja ia pergi dengan keadaan bahagia, tidak dalam kekecewaan atau dalam kesedihan karena tidak bisa memberi keturunan" jawab Ayahnya Vania. Eugene hanya tersenyum melihat ayahnya Vania, lalu ia melihat Vania dan Papanya sedang berbincang lagi.

Terdengar suara bunyi telepon masuk, dan itu adalah bunyi suara telepon selularnya Vania.

"Bagaimana ini? Kevin meneleponku. Aku harus jawab apa?" tanya Vania panik.

"Kamu jangan panik Van, jawab aja kamu baru mau jalan pulang" jawab Sisca.

"oke!" sahut Vania yang kemudian ia menekan tombol untuk mengangkat teleponnya.

"Halo Vin.. Kenapa?"

"Kamu dimana Van? Sudah pulang?"

"Ini baru mau pulang, kamu dimana?"

"aku dirumah Van, kalau gitu hati-hati di jalan ya! Nanti sudah sampai rumah kabarin aku ya!"

"Iya Vin!"

Percakapan mereka terhenti disana, Vania menghela nafasnya.

"Hufffttt~ untung saja dia tidak bilang akan menjemputku atau mau ke rumah" ujar Vania sambil mengelus dada.

"Siapa itu Kevin Van?" tanya ayah kandungnya.

"Kekasihnya Vania Pa" jawab Eugene sambil tersenyum mengejek Vania.

"Anak Papa sudah besar ya! Eugene saja yang belum besar!" jawab papanya.

"Aku lagi yang kena!" jawab Eugene.

Satu ruangan tertawa mendengar ayahnya mengejek Eugene.

**

Hari sudah sore, menunjukkan pukul 18.00 WIB.

"Van, aku sama Sisca pulang dulu ya!" ujar Jenny.

"Ehhh.. Tunggu! Paman sudah menyiapkan makan malam untuk kita makan malam bersama. Sebentar lagi ya!" ujar ayah angkatnya Vania.

"Repotin Paman saja!" jawab Sisca.

"Tidak! Tunggu sebentar ya kita makan malam bersama. Paman siapkan makanannya dulu! Jangan ada yang pulang ya!" seru ayahnya Vania.

Eugene berdiri dan berjalan ke dapur untuk membantu ayahnya Vania menyiapkan makan malam.

"Paman sini aku bantu ya! Vania lagi sakit jadi Eugene saja yang membantu Paman. Anggap saja aku adalah Vania Paman" ujar Eugene.

"Tidak perlu Nak! Paman bisa sendiri Nak" jawab ayahnya.

"Jangan sungkan-sungkan Paman!" bujuk Eugene sambil mengambil makanan yang sudah disiapkan untuk taruh di meja makan.

"Kamu ini sama saja dengan Vania" ujar ayahnya sambil tersenyum.

"Kami berdua kan saudara" jawab Eugene lalu membawa makanan untuk disajikan di meja makan.