Chereads / AKU, KAU DAN CINTA / Chapter 12 - I MISS YOU

Chapter 12 - I MISS YOU

"Aku sangat merindukan Vania, bagaimana ya? Apa aku telepon saja Vania?" ujar papa kandungnya sembari mencari nomor telepon Vania.

Telepon selularnya Vania berbunyi, Vania terkejut ketika melihat nama yang menelepon adalah papanya dan disaat itu ada Kevin yang berada disampingnya.

"Vin, aku angkat telepon dulu ya!" ujar Vania.

"Angkat saja disini Van" ujar Kevin.

Sedikit keraguan, akhirnya Vania menjawab teleponnya,

"Halo?" jawab Vania.

"Kamu lagi apa anak Papa sayang? Apakah kamu sudah pulang kuliah? Mau Papa jemput tidak? Kita makan siang bersama Eugene" tanya papanya. Vania bingung harus menjawabnya bagaimana,

"Vania tidak kuliah Pa! Tidak perlu pa, Vania lagi bersama Kevin di rumah" jawab Vania.

"Kamu sakit lagi Van? Papa ke rumah ya sekarang! Kamu mau makan apa Van?" tanya papanya.

"Tidak perlu Pa! Sudah dulu ya pa!" seketika percakapan mereka yang belum selesai itu dihentikan oleh Vania.

"Loh? Vania kenapa ya? Apa aku kirim pesan saja kepada Vania?" ujar papanya.

"Duh gawat! Jangan sampai Kevin bertanya kenapa aku memanggil Ayah dengan sebutan Papa!" ujar Vania dalam hati.

Tak lama terdengar bunyi pesan masuk di handphone Vania,

"Van, kenapa kamu buru-buru mematikan teleponnya? Ada apa Van?" isi pesan singkat itu.

"Kevin belum tau tentang Papa dan Eugene! Maaf ya pa nanti Vania telepon balik kalau Kevin sudah pulang" balasan pesan dari Vania.

"Siapa yang kirim pesan Van?" tanya Kevin.

"Ayahku Vin" jawab Vania.

"Kamu tidak memberitahu ayahmu tadi kalau kamu tadi pingsan?" tanya Kevin.

"Nanti saja pada saat Ayah pulang Vin" jawab Vania.

"Ohh. Baiklah!" jawab Kevin.

"Aku ingin bertanya kepadamu Van" ujar Kevin.

"Duhh gawat dia mau tanya apa ya?"gerutunya dalam hati. "tanya apa Vin?" tanyanya pada Kevin

"Kamu benaran tidak mengenalku sama sekali? Apakah kamu ingat dulu kita pernah berebutan yogurt yang hanya tinggal satu di supermarket?" tanya Kevin.

Vania bingung akan pertanyaan Kevin, "Tidak Vin! Aku tidak mengingatnya, setau aku dulu aku tidak pernah mengalami hal seperti itu dengan teman laki-laki" jawab Vania.

"Vin, kamu pulang saja ya. Aku mau tidur Vin!" ujar Vania.

"Aku temani kamu tidur sampai ayahmu pulang ya!" ujar Kevin.

"Tidak perlu Vin! Nanti aku telepon ayah kalau kamu sudah pulang. Jadi ayah bisa cepat pulang ke rumah" ujar Vania lagi.

"Hmmm... Aku khawatir kalau kamu sendirian di rumah Van!" ujar Kevin.

"Tidak perlu khawatir Vin!" jawab Vania.

"Telepon dulu Ayahmu Van, tanyain jam berapa pulangnya" ujar Kevin.

"Iya sebentar aku telepon dulu" jawab Vania sambil pura-pura menelepon Ayahnya.

"Halo Yah! Ayah pulang jam berapa? Ohh.. Sebentar lagi? Ok Yah!"

"Vin, ayahku sebentar lagi pulang. Kamu pulang ya! Nanti malam kita teleponan" ujar Vania.

"Baiklah! Kamu hati-hati ya dirumah! Kalau ada apa-apa langsung telepon aku ya. Aku langsung datang kesini" ujar Kevin.

"Iya Vin, bye vin!" ujar Vania setelah itu ia mencium pipi kanannya Kevin.

"Kamu nakal ya Van!" ejek Kevin lalu ia menarik dagu Vania dan mengecup bibirnya.

"Kamu lebih nakal Vin!" ejek Vania.

Kevin beranjak dari tempat duduknya dan hendak berjalan menuju pintu keluar ditemani oleh Vania sampai ke pintu.

"Sudah Van, sampai disini saja! Aku bisa keluar sendiri, kamu hati-hati ya! Kalau ada apa-apa telepon aku ya Van" ujar Kevin lalu mencium kening Vania sambil mengelus kepalanya.

"Iya Vin! Kamu hati-hati di jalan ya!" ujar Vania.

Setelah Kevin keluar dari rumah Vania, ada satu mobil di dekat rumah Vania sedang berhenti. Kevin tidak mencurigainya karena mobil itu tidak berhenti di depan rumah Vania. Setelah Kevin meninggalkan rumah Vania, mobil itu berjalan mundur dan berhenti tepat di depan rumah Vania. Setelah Kevin beranjak pergi Vania hendak menelepon Papanya, akan tetapi Papanya sudah meneleponnya terlebih dahulu.

"Halo Pa!" jawabnya.

"Halo Van, papa sudah di depan rumahmu bersama Eugene. Yuk kita keluar makan siang bersama!" ujar papanya.

"Baik Pa, Vania keluar sekarang!" jawab Vania.

Lalu ia memakai sandalnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia menghampiri mobil yang berhenti di depan rumahnya itu,

"Hai Pa, Hai Eugene" panggilnya pada saat membuka pintu mobil.

"Kamu kenapa Van hari ini tidak masuk? Kamu sakit?" tanya Eugene.

"Tadi pagi aku pingsan lagi Eugene" jawabnya.

"Apa? Sekarang masih sakit Van?" tanya papanya.

"Tidak Pa! Tadi saja tiba-tiba kepalaku berdenyut" jawab Vania.

"Kenapa kamu keras kepala sekali Van? Kita harus jalani kemoteraphy jika seperti ini terus menerus" ujar papanya.

"Iya Van! Aku setuju dengan Papa! Aku ingin kamu tidak seperti ini terus Van, mana tahu kalau kamu menjalani kemoteraphy kamu bisa sembuh" sambung Eugene.

"Tidak perlu Pa, Eugene! Biarkan saja! Ayo kita jalan! " ujar Vania.

**

Sampailah mereka disalah satu restoran mewah di kota itu,

"Wahhh! Bukannya disini mahal ya Pa? Kenapa kita kesini?" tanya Vania.

"Aku dan Papa sering kesini Van, sekarang kita bertiga yang kesini! Aku senang sekali" sambung Eugene.

"Ini restorannya punya teman Papa Van, kamu anak Papa juga Van! Eugene saja Papa sering ajak kemari, masa kamu tidak!" jawab Papanya.

Vania yang mendengarnya langsung tersenyum dan menggandeng papanya di tangan sebelah kiri, Eugene di sebelah kanan Papanya. Mereka duduk di ruangan VIP, mereka memesan makanan yang paling enak disana. Suara ponsel Vania berbunyi yang ternyata ayahnya yang meneleponnya.

"Halo Yah! Ayah dimana?" tanya Vania.

"Ayah masih kerja, bagaimana keadaanmu Van? Kamu dimana?" tanya ayahnya balik.

"Aku baik-baik saja Yah! Aku sedang makan siang dengan Eugene dan Papa. Ayah sudah makan?" tanya Vania.

"Ayah sudah makan Van! Baiklah Van! Kamu makan dulu ya. Ayah kerja dulu" jawab Ayah.

"Iya Yah! Hati-hati kerjanya!" ujar Vania.

"Iya Van!" lalu Vania mematikan teleponnya.

"Bungkus makan malam buat Ayahmu Van! Ayahmu sudah capek-capek seharian bekerja. Kamu harus siapkan makanan ketika ia pulang untuk makan bersama" ujar Papanya.

"Baiklah Pa!" jawab Vania. Makanan mereka telah datang, mereka menyantap daging steak yang telah disajikan di meja makan.

**

"Van, main ke rumah yuk sebentar!" ajak Eugene.

"Boleh Eugene!" jawab Vania.

"Nanti sore Papa antar kamu pulang lagi ya! Jangan pulang sendiri! Biar Papa saja yang mengantarmu pulang!" ujar papanya.

"Iya Pa!" jawab Vania.

Setelah sampai di rumah Papanya, Vania hanya melongo melihat betapa mewah dan besar rumahnya.

"Selamat datang di rumah kita Van!" ucap Eugene.

"Wahh!! Aku tidak bisa berkata-kata lagi untuk mengagumi rumah Papa" ujar Vania.

"Vania, Eugene! Papa pergi kerja dulu ya!" teriak papa dari dalam mobil.

"Iya Pa hati-hati ya!" jawab Vania sambil melambaikan tangan.

"Bye Pa!" jawab Eugene sambil melambaikan tangan.

"Van, ayo masuk! Aku tidak sabar membawamu berkeliling di rumah kita dan aku ingin mengenalkanmu kepada Bibi Lina yang sudah bekerja disini sebelum kita lahir" ajak Eugene sembari menarik tangan Vania untuk segera masuk ke dalam.