Eugene telah selesai makan, ia pamit untuk pergi melihat-lihat tempat kuliahnya itu sendirian.
"Aku pergi keliling kampus dulu ya!" ujar Eugene.
"Kamu beneran bisa pergi sendirian? Kamu gak mau ditemani kami?" tanya Jenny.
"Tidak apa-apa Jen, aku bisa kok! Aku keliling dulu ya!" jawab Eugene.
"Hati-hati ya! Kalau ada apa-apa telepon aku ya!" ujar Sisca.
"Siap!" jawab Eugene.
Setelah berkeliling, Eugene sangat mengagumi tempat kuliahnya itu.
"Luas juga ya kampusnya, dan banyak sekali tempat-tempat estetik untuk berfoto. Bahkan ada taman juga! Di kampusku dulu tidak ada seperti ini" gerutu Eugene.
Tak lama mata Eugene tertuju pada tangga yang mengarah ke balkon atap kampusnya. Naiklah ia ke lantai paling atas, setelah hampir sampai cahaya semakin terang. Kesan pertama Eugene saat sampai di paling atas ia kegirangan seperti bertemu taman bermain anak-anak.
"Wah! Ternyata cantik sekali disini, kenapa tidak ada satu orangpun yang kemari? Padahal tempatnya sangat cantik" ucapnya seperti orang gila yang berbicara sendiri. Tentu saja ia tidak tahu jika tempat itu adalah tempat mendiang saudara kembarnya dan Kevin dapat dekat satu sama lain.
**
Saat itu juga Kevin berada disana, ia sedang menyender di balik dinding penyekat yang ada disana. Suara Eugene saat itu sangat besar seperti bunyi bel sehingga mengganggu ketenangan tidurnya Kevin. "Berisik sekali!" teriak Kevin sambil membalikkan badan dan menoleh dari balik dinding penyekat itu dan melihat sinis kepada Eugene. Eugene sangat terkejut karena sedari tadi ada Kevin disana dan meminta maaf kepadanya, "Maaf ya Vin sudah ganggu tidurmu!" ujar Eugene. Kevin tidak menjawab ucapan maaf dari Eugene dan kembali keposisinya tadi. "Wah! Ternyata Kevin sangat menyeramkan seperti Singa! Ucapan maafku saja tidak diterima olehnya! Bagaimana aku dapat mendekatinya? Vania jika bukan karena dirimu, aku tidak mau Van!" celotehnya dalam hati. Eugene masih berada disana sambil melihat pemandangan kampusnya dari atas balkon tersebut, "Padahal aku mau sering kesini, tapi ada Kevin aku jadi takut" keluhnya.
''KRINNNGGGGGG~" bunyi bel pertanda pelajaran selanjutnya akan dimulai, Eugene meninggalkan tempat tersebut terlebih dahulu. Setelah itu barulah Kevin beranjak dari tempat itu. Sesampai di kelas, Kevin masih saja memandangi bagian belakang Eugene, ia mengingat kembali bagaimana dulu ia sering bercanda gurau dengan Vania. Kenangan tersebut tidak dapat hilang dari ingatan Kevin, apalagi saat ini yang berada didepannya adalah sosok yang sangat mirip terhadap Vania.
**
Keesokkan harinya, Kevin terlebih dahulu yang sampai ke kampus sebelum Eugene. Kevin merebahkan kursi tempat duduk Vania agar Eugene tidak dapat duduk disana, entah apa maksud dari Kevin merebahkan kursi tersebut. Teman-temannya sangat heran,
"Kevin, kamu apa-apa'an sih rebahin kursinya Eugene?" ujar Jenny.
"Tidak boleh ada yang duduk di tempat ini! Aku tidak menyukainya!" jawab Kevin.
"Kamu berubah Vin!" ujar Sisca.
Kevin hanya menghela nafas dan tidak menghiraukan lagi apa perkataan mereka. Tak lama Eugene datang, ia heran dan hendak membenarkan kursinya, namun ditahan oleh Kevin.
"Mulai sekarang kamu duduk disana, ini tempat duduk Vania!" ujarnya sambil menunjuk kursi kosong yang berada di sebelah kiri kursi Vania.
Tanpa berkata apapun, Eugene berjalan dan duduk dikursi kosong yang ditunjuk oleh Kevin. Eugene sangat jengkel terhadap Kevin sejak kejadian kemarin, ditambah lagi soal kursi tersebut.
"Eugene, kamu jauh sekali" ujar Jenny sambil membuat ekspresi sedih lalu menatap Kevin secara sinis. Kevin tidak merasa bersalah sama sekali saat itu. Pelajaran dimulai, saat itu dosen mereka memberikan pertanyaan. Eugene dan Kevin mengangkat tangan mereka serentak,
"Wah.. Wah..! Lihatlah kalian bisa serentak seperti itu mengangkat tangan kalian" ujar dosen Rian sambil tersenyum mengejek mereka. Eugene dan menatap Kevin sinis begitu juga tatapan Kevin terhadap Eugene.
"Jelas-jelas aku yang angkat tangan duluan Pak!" ujar Kevin.
"Tidak! Aku duluan kan Pak?" sambung Eugene.
"Kalian itu barengan angkat tangannya, kalau gitu turunkan kembali tangan kalian, saya akan mengulang bertanya" ujar dosen Rian. Lalu mereka menurunkan tangan mereka terlebih dahulu sebelum dosen bertanya kembali.
"jadi siapa yang bisa menjawab?" tanya dosen Rian dan kali ini memang Eugene lah yang terlebih dahulu mengangkat tangannya.
"Oke! Eugene duluan yang mengangkat tangannya, silahkan jawab Eugene" ujar dosen Rian.
Setelah menjawab pertanyaan, Eugene menoleh kearah Kevin dan mengejek Kevin sedangkan Kevin menatap tajam Eugene dan kembali berfokus kedepan. Eugene saat itu juga kembali berfokus kepada penjelasan yang disampaikan dosen Rian. Sesekali Kevin melirik kearah Eugene, mungkin inilah maksud dari Kevin menyuruhnya untuk pindah tempat duduk agar ia bisa memandang wajah Eugene.
Seperti biasa bel berbunyi tanda istirahat, Kevin terlebih dahulu meninggalkan kelas. Eugene menatapnya sangat sinis, "Dia benar-benar menyebalkan! Kenapa Vania bisa sangat mencintainya? Aneh!" guman Eugene.
"Eugene, ke kantin yuk!" ajak Jenny.
"Kalian aja ya yang ke kantin! Aku mau ke taman" tolak Eugene.
"Baiklah Eugene, kami pergi dulu ya!" ujar Jenny.
''Oke Jen!" jawab Eugene.
Eugene benar-benar sangat menyukai taman, ia tidak berniat untuk ke atas kampus lagi. Karena disana pasti ada Kevin, ia memilih untuk duduk di taman sambil memainkan ponselnya.
Kevin saat itu berada di balkon kampusnya, ia berada di pinggir dan melihat kebawah kampusnya. Taman tersebut tepat berada dibawah balkon, mata Kevin tertuju kepada Eugene yang sedang duduk di kursi taman tersebut. Tentu saja Eugene merasakan seperti ada yang sedang mengamatinya, ia melihat sekeliling tetapi tidak ada yang sedang melihatnya. Lalu ia sadar untuk melihat keatas, Kevin yang tadinya sedang memandangi Eugene langsung memalingkan pandangannya. "Kenapa dia disana?" ujar Eugene. "Untuk apa aku memikirkan dia kenapa ada disana? Dia menyebalkan! Tapi aku sudah berjanji kepada Vania untuk mendekatinya dan membuatnya bahagia. Aku sangat bingung harus bagaimana, atau aku tepis saja egoku terlebih dahulu? Biar janjiku cepat lunas dan Vania hidup tenang disana? Aaaarrrrggghhh…" sambungnya kemudian Eugene menghentak-hentak kakinya. Melihat Eugene seperti itu Kevin sangat heran, "Kenapa dia seperti itu dan berbicara sendiri? Dia gila?" ujar Kevin. "Dia mirip sekali dengan Vania, tapi sifatnya sangat berbeda dengan Vania" gumamnya lagi.
Kevin masih memandang Eugene, tak lama Eugene juga menoleh lagi keatas untuk melihat Kevin. Tatapan mereka saling bertemu, seperti sangat canggung terhadap tatapan mereka dan kemudian Kevin langsung mengubah ekspresi sinisnya sambil melihat Eugene. "Lihatlah dia! Dia yang menatapku dan memandangiku daritadi tapi dia juga yang memberi tatapan sinis itu. Dia gengsi? Aku sangat tau dia sangat merindukan Vania, tetapi ia teringat aku bukan Vania jadi dia mengubah ekspresinya? Menyebalkan! Tapi dia benar-benar sangat tampan, putih, tinggi, dan memiliki tubuh proposional. Benar-benar idaman para wanita!" gumamnya Vania dalam hati sambil menatap Kevin dan ia tidak membalas tatapan sinisnya Kevin.