Chereads / AKU, KAU DAN CINTA / Chapter 19 - PENGAKUAN

Chapter 19 - PENGAKUAN

"Aku sangat merindukanmu Van! Ketika melihat Eugene, rasa rinduku padamu seketika terobati" gumamnya dalam hati sembari melihat Eugene yang ada dibawah. "Kenapa dia terus menatapku? Dia benar-benar membuatku tidak bisa lepas dari pandangannya. Kenapa dia sangat tampan? Hmmm.. Apa yang kupikirkan?" Eugene berbicara sendiri daritadi seperti orang gila sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. Ia beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kelas.

Malam harinya, Kevin sedang melihat-lihat akun sosial medianya. Tiba-tiba ia mengetik nama akun sosial medianya Eugene, untuk melihat foto-foto yang diunggah oleh Eugene. "Cantik!" ujarnya. Tiba-tiba jarinya terhenti dengan salah satu foto yang diunggah oleh Eugene. Setelah ia megamati sejenak satu foto tersebut, jarinya mulai bergerak kembali untuk melihat foto-fotonya Eugene.

**

Keesokkan harinya..

"Bye Pa! Nanti Papa yang jemput Eugene ya?" tanyanya Eugene setelah sampai di kampusnya.

"Iya Eugene, nanti Papa jemput ya! Bye!" jawab Papanya.

Pada saat perjalanan ke kelas, Eugene melihat Kevin yang sedang lewat disampingnya menggunakan motor memotong di depannya dan menuju tempat parkiran motor. Eugene menghentikan langkah kakinya dan memperhatikan Kevin yang sedang mengendarai motor tersebut lalu ia melanjutkan langkah kakinya menuju parkiran motor untuk menemui Kevin.

Kevin sampai diparkiran ia memakirkan motornya diparkiran tersebut, ia melepas helmnya dan memperbaiki rambutnya. Setelah itu ia turun dari motornya dan hendak meninggalkan parkiran tersebut menuju kelas.

"Kevin!" teriak Eugene.

Kevin mendengar teriakkan panggilan dari Eugene, tetapi ia tidak menghiraukannya dan terus berjalan.

"Vin.. Arrrgghh! Sial"

Eugene tersandung dan terjatuh, saat mendengar suara jatuhnya Eugene ia langsung membalikkan badannya dan berjalan menuju arah Eugene terjatuh.

"Aduhhh.. Perih sakali! Sial kenapa gundukan batu ini ada disini! Menyebalkan!" keluh Eugene sambil hendak menendang gundukan tersebut.

"Bukan gundukan batu itu yang salah. Tapi kamunya yang tidak melihat" jawab Kevin setelah ia berjongkok untuk melihat lukanya Eugene.

Kevin mengeluarkan kotak P3K dari tasnya lalu mengobati lukanya Eugene. "Wah.. ternyata ia masih punya rasa empati, dia sangat tampan jika dilihat dari dekat seperti ini" gumam Eugene dalam hati yang mengagumi ketampanan dari Kevin.

Eugene membuang pandangannya terhadap Kevin lalu melihat lukanya itu.

"Sakit! Pelan-pelan Vin!" keluhnya.

"Makanya, jalan itu lihat-lihat. Setelah itu baru merengek kesakitan!" ceramahnya Kevin.

Eugene tidak menjawab ceramahan dari Kevin dan hanya berfokus pada lukanya. Setelah selesai Kevin mengemasi barangnya dan berdiri meninggalkan Eugene tanpa membantu Eugene untuk berdiri.

"Dia benar-benar menyebalkan, bukannya membantuku untuk berdiri malah ia pergi meninggalkanku. Bahkan aku belum mengatakan terima kasih kepadanya. Sangat menyebalkan!" gumam Eugene. Ia berusaha berdiri untuk beranjak dari tempat itu dan berjalan menuju kelas.

"Eugene, kakimu kenapa terluka?" tanya Sisca saat Eugene masuk kekelas.

"Aku.." jawab Eugene terputus.

"Dia habis menangkap kodok" sambung Kevin.

"Apa? Untuk apa kamu menangkap kodok Eugene?" tanya Sisca.

"Sisca kamu benar-benar tidak mengerti apa maksud omongan Kevin?" tanya Jenny sambil tertawa mengejek atas tanggapan Sisca.

Eugene hanya tersenyum malu saat itu dan berjalan menuju tempat duduknya. Setelah ia meletakkan tasnya, ia menatap Kevin dengan sinis karena ejekkannya tadi. Kevin tidak menoleh atau menanggapi tatapan Eugene, Kevin merasa puas karena sudah mengejek Eugene saat itu.

Disela-sela jam belajar saat itu, Eugene menulis sesuatu diselembaran kertas lalu ia meremukkan kertas tersebut kemudian ia melemparkan kertas itu Kevin. "Kevin! Bisakah kita ketemuan nanti di taman Dahlia saat pulang kuliah? Aku tunggu di air mancurnya yang berada di tengah taman itu ya. Ada hal penting yang ingin kusampaikan" isi kertas tersebut. Setelah membacanya sampai habis, Kevin meremukkan kembali kertas tersebut dan membuangnya.

Kevin benar-benar mengacuhkan apa yang ditulis oleh Eugene dikertas itu. Ia tidak pergi ke taman itu saat pulang kuliah, melainkan pergi bersama Ericko dan Samuel ke café untuk ngopi bersama. Tentunya Eugene sudah sampai dan menunggu di air mancur seperti yang ia tulis dikertas tersebut. 2 jam sudah berlalu, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Kevin teringat dengan Eugene dan sesekali melihat jam, kemudian ia melihat ke arah luar café. Kevin tampak tidak tenang, ia sedang memikirkan apakah Eugene masih disana atau tidak. Hujan benar-benar semakin deras, tanpa ragu ia segera mengemasi barang-barangnya dan pergi dari café itu untuk menemui Eugene di taman.

"Aku pulang dulu ya!" pamit Kevin.

"Vin, mau kemana? Hujan sangat lebat" tanya Samuel.

"Aku ada urusan mendadak, aku tinggal ya!" ujar Kevin sambil menepuk pundak Samuel dan Ericko dan bergegas pergi.

"Hal apa yang membuat Kevin terburu-buru seperti itu?" tanya Ericko ke Samuel.

"Entahlah!" jawab Samuel sambil menaikkan bahunya.

Kevin saat itu mengendarai motornya sangat ngebut, ia sangat khawatir terhadap Eugene saat itu. Perasaan khawatirnya benar-benar membuatnya tidak memikirkan hujan dan keselamatannya. Eugene tetap menunggu Kevin di air mancur tersebut, tanpa memikirkan dirinya kehujanan. Ia hanya memikirkan kalau Kevin tidak bertemu dengannya kalau ia beranjak dari tempat tersebut.

"Duhhh.. dingin sekali! Sudah jam 4 tapi ia masih belum datang, apakah ia benar-benar tidak ingin mendengar apa yang akan kuceritakan? Aku akan menunggunya sampai jam 5, jika ia tidak datang juga lebih baik aku pulang saja" ujar Eugene.

Tiba-tiba seseorang menggunakan jaket menutupi kepala Eugene agar tidak terkena hujan.

"Kenapa kamu bodoh sekali? Sudah tau hujan sangat deras tetapi kamu masih saja menungguku disini? Apa kamu sudah gila? Kalau aku tidak datang bagaimana denganmu? Bisa-bisa kamu kedinginan disini karena tidak menggunakan payung!" oceh Kevin.

Eugene menatap Kevin dan sangat tersentuh dengan perkataannya,"Ayo ke sana berteduh!" ujar Kevin lalu membawanya berteduh disamping café yang berada di taman tersebut.

"Tunggu disini ya! Aku belikan minuman cokelat panas untukmu" ujar Kevin. Sebelum ia masuk kedalam untuk membeli minuman, ia memakaikan jaketnya tadi ke Eugene agar dia tidak kedinginan. Tak lama Kevin keluar dari café tersebut dan membawa dua minuman cokelat panas.

"Ini minumlah! Biar tidak begitu kedinginan" ujar Kevin sambil menyodorkan minuman tersebut kepada Eugene.

"Terima Kasih Vin!" ujar Eugene.

"Hmmm… Minumannya enak!" ujarnya lagi setelah meneguk susu cokelat panas tersebut.

Kevin yang mendengar perkataan Eugene hanya menyengir saja dan meneguk minumannya juga.

"Kenapa kamu masih saja bertahan dibawah lebatnya hujan tadi? Apakah kamu tidak takut aku tidak akan datang? Kenapa kau tidak meneleponku?" tanya Kevin panjang lebar.

"Kamu bodoh? Bagaimana aku bisa punya nomor ponselmu? Sedangkan kita baru saja kenal dan tidak pernah mengobrol seperti ini? Kamu saja sangat dingin dari awal kita bertemu. Aku yakin kau akan datang makanya aku masih menunggumu disana" jawab Eugene.

"Kamu kan bisa meminta nomorku dengan Sisca atau Jenny, lalu hal penting apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Kevin.

Eugene menatap Kevin, "Bagaimana aku kepikiran untuk meminta nomormu kepada mereka? Sedangkan aku sudah diguyur hujan. Pertama aku ingin bilang terima kasih atas pertolonganmu tadi pagi Vin, setelah itu aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu" ujar Eugene.

"Iya! Sama-sama. Terus?" tanya Kevin.