"Aku sebenarnya sangat bingung harus memulai darimana" Eugene menghentikan pembicaraannya sejenak.
"Aku dan Vania adalah saudara kembar, makanya kami sangat miripkan. Kami terpisah saat kami baru saja lahir, ibu kami meninggal setelah melahirkan kami. Vania saat itu diculik dan ditaruh di samping rumah seseorang yaitu Ayahnya Vania yang sekarang. Untung saja Vania dilindungi oleh Tuhan, aku dan Papa sangat bersyukur karena Vania mendapatkan orang tua yang sangat menyayanginya dan merawatnya seperti anak sendiri" jelas Eugene.
"Bagaimana kamu bisa bertemu dengan Vania? Dan kenapa kau tidak ikut saat pemakaman Vania?" tanya Kevin.
"Aku bertemu dengan Vania saat di rumah sakit, aku dan Vania seperti ditakdirkan Tuhan untuk bertemu disana. Hari itu aku juga dirawat disana, kami bertemu di taman rumah sakit tersebut. Akupun heran ketika melihat Vania, kenapa dia sangat mirip denganku? Sedangkan dia bukan saudara kandungku. Setelah kami bertanya kepada ayah kami masing-masing barulah kami mengetahuinya, kalau kami adalah saudara kembar. Soal pemakaman, aku datang hari itu. Aku memiliki janji kepada mendiang Vania, saat itu Vania memintaku untuk merahasiakan soal ini denganmu terlebih dahulu dan tidak menemuimu dulu untuk sementara ketika dirimu bersama Vania walaupun saat itu sedang pemakamannya. Ia yang merencanakannya, dia sangat menyayangimu Vin. Sampai ia mau meninggalkan kita, ia masih berpesan kepadaku agar aku dapat membuat dirimu bahagia seperti dulu saat bersamanya dan tidak terpuruk lagi. Aku sangat ragu bisa memenuhi janjiku kepadanya, jadi aku lebih baik membicarakan hal ini terlebih dahulu kepadamu agar kau tidak selalu mengacuhkanku. Aku minta tolong sekali kepadamu, tidak perlu menganggap diriku adalah Vania melainkan seorang teman saja" setelah penjelasan Panjang kali lebar, Kevin terdiam menatap Eugene lalu ia menatap langit.
"Siapa saja yang belum mengetahuinya?" tanya Kevin.
"Hanya kamu Vin!" jawab Eugene.
"Bisa-bisanya kalian sembunyikan hal ini denganku?" marah Kevin.
"Maaf! Kami tidak bermaksud seperti itu Vin! Ini adalah pesan terakhir Vania. Tapi aku pikir, lebih baik aku memberitahumu terlebih dahulu sebelum ada orang lain yang memberitahu dirimu soal ini. Bagaimana aku bisa membuatmu nyaman bersamaku sedangkan kau saja sangat mengacuhkanku?" ujar Eugene.
"Hmmm.. terserah apa yang mau kau lakukan Eugene" jawab Kevin lalu ia meneguk minumannya tersebut.
Eugene menghela nafas dan sangat lega telah menceritakan yang sebenarnya kepada Kevin, ia manadah air hujan ditangannya dan tersenyum sendiri. Kevin hanya memandanginya saja, lalu ia tersenyum melihat tingkah Eugene yang menggemaskan.
Tak lama hujan berhenti,
"Ayo kita pulang!" ujar Kevin.
"Tunggu aku Vin! Aku belum menelepon Papaku untuk menjemputku" ujar Eugene.
"Aku yang mengantarmu pulang" ujar Kevin lagi.
"Benarkah? Apakah tidak merepotkanmu?" tanya Eugene.
"Bawel sekali kamu Eugene!" ujar Kevin lalu ia membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Eugene.
"Tunggu aku Vin!" jawab Eugene lalu mengejar Kevin yang hendak meninggalkannya.
Eugene tampak heran karena Kevin berjalan menuju tempat parkiran motor dan bertanya,
"Kamu bawa motor Vin? Jadi tadi kamu hujan-hujanan kesini?"
Langkah Kevin terhenti, Eugene yang berjalan dibelakang Kevin hampir saja menabrak punggung Kevin karena Kevin yang tiba-tiba berhenti.
"Iya aku naik motor kesini hujan-hujan dan ngebut! Karena kamu!" jawab Kevin.
Eugene tampak merasa bersalah,
"Maaf! Kamu juga, sudah kubilang pulang kuliah ketemuan disini. Tapi kamu tidak kesini kan pas pulang kuliah, coba saja kamu kesini saat pulang kuliah tadi. Pasti tidak kehujanan" ujar Eugene.
"Vin, kamu tidak punya helm lebih buat aku pakai?" tanya Eugene.
"Tidak ada! Naiklah! Rumahmu tidak jauh kan dari sini?" tanya Kevin.
"Iya, tidak jauh kok dari sini Vin!" jawab Eugene.
"Iya sudah! Cepat naik! Nanti keburu turun hujan lagi" ujar Kevin.
Kevin menurunkan kedua pijakan kaki dibelakang agar Eugene dapat menginjaknya saat naik,
"Ayo naik!" ujar Kevin.
"Pegangan ya!" ujar Kevin lagi setelah Eugene berhasil naik ke motor.
Eugene turun dari motor sesudah sampai di depan rumahnya,
"terima kasih ya Vin! Maaf sudah merepotkanmu! Hati-hati dijalan ya!" ujar Eugene.
"Iya, sama-sama! Masuklah dan mandi sana! Nanti kamu sakit kalau tidak lansung mandi!" ujar Kevin.
Kevin meninggalkan tempat tersebut setelah Eugene masuk ke dalam rumahnya. "kenapa kupingku panas setelah Kevin berbicara seperti itu? Sadarlah Eugene!" ujar Eugene sambil menampar pelan pipinya sendiri.
"Eugene, kenapa kamu basah kuyup seperti ini? Kenapa kamu berbicara sendiri?" tanya bibi Lina.
"Tidak ada bibi, Eugene mandi dulu ya!" jawab Eugene sembari menjauh dari bibi Lina.
**
Keesokkan harinya, Eugene memasuki ruangan kelas dan hendak duduk di tempat duduk yang biasanya ia duduki. Namun ia mengerutkan keningnya, melihat tempat duduk Vania diturunkan dan tampaknya Kevin yang menurunkan kursinya.
"Duduklah disini!" ujar Kevin sambil menepuk-nepuk kursi tersebut dari belakang.
"Wah! Serius Vin?" tanya Eugene sambil tersenyum lebar kegirangan karena bisa kembali duduk disana karena dekat dengan Jenny dan Sisca.
Tanpa menjawab pertanyaan Eugene, Kevin kembali tidur. Eugene langsung duduk dikursi tersebut dan masih tersenyum-senyum sendiri, Jenny membalikkan badannya dan bertanya kepada Eugene.
"Apa kalian sudah akrab? Kenapa dia tiba-tiba memperbolehkan dirimu duduk disini Eugene?" tanya Jenny terheran.
"Hmmm.. tidak juga! Aku dan dia tidak akrab, tapi aku bersyukur bisa duduk di dekat kalian lagi" jawab Eugene.
Jenny hanya tersenyum dan kembali membalikkan badannya ke depan, kemudian gantian Eugene yang membalikkan badannya kearah Kevin.
"Terima kasih ya Vin!" ujar Eugene.
Kevin hanya mengiyakan ucapan Eugene menggunakan isyarat jari telunjuk dan jempol menyatu membentuk hutuf O dan 3 jari yang lainnya berdiri tegak. Eugene hanya tersenyum dan kembali membalikkan badannya. Kevin masih diposisi merebahkan kepalanya di meja.
**
"Nak! Kita buat tim kelompok ya! Masing-masing 4 orang dalam satu tim. Kerjakan tugas ini ya!" ujar pak Rudi sambil menulis tugas yang harus dibuat pertim.
"Baik! Kerjakan tugas ini ya Nak bersama kelompoknya, saya akan pilihkan terlebih dahulu!" ujar Pak Rudi.
"Membosankan! Bagaimana kalau aku tidak sekelompok dengan teman-temanku?" celoteh Eugene.
Pembagian kelompok dimulai sampai akhirnya nama Eugene disebutkan.
"Eugene, kamu ketua kelompok ke-5 ya, anggotamu…" ujar Pak Rudi terhenti sambil melihat daftar nama.