Chereads / AKU, KAU DAN CINTA / Chapter 17 - PESAN TERAKHIR..

Chapter 17 - PESAN TERAKHIR..

"PAAA!!!" teriak Eugene. Mobil papanya Eugene mengerem tiba-tiba karena hampir saja ia menabrak motor yang melaju kencang dari arah berlawanan.

"Maaf Eugene! Kamu tidak apa-apa kan?" tanya papanya.

"Tidak Pa! Hati-hati Pa bawa mobilnya!" jawab Eugene.

"Iya Eugene" ujar Papanya. Mereka melaju kembali dengan kecepatan yang dikurangi dari kecepatan sebelumnya.

Setelah sampai mereka bergegas, dan berlari menuju ruangan dimana Vania berada. Namun langkah kakinya Eugene terhenti dan berjalan mundur kebelakang dinding dan bersembunyi. "Vin! Dimana Vania?" tanya Papanya namun tidak ada jawaban apapun dari Kevin. Kevin masih duduk terbengong tanpa mengeluarkan satu katapun sejak tadi. Papanya menoleh kearah ruangan didepannya terlihat dari kaca ada ayahnya Vania sedang menangis disamping jasad Vania yang terbaring tak bernyawa lagi diatas kasur pasien. Melangkah maju dan menguatkan dirinya untuk melihat anak kandungnya yang baru saja ditemuinya, setelah sekian lama terpisah pada akhirnya terpisah kembali untuk selama-lamanya. Dibukanya pintu kamar tersebut, papanya tidak kuat lagi menahan air mata. Dipegang dan dielus pipinya Vania oleh papanya.

"Van, kenapa kamu tidur disini Van? Kamu lagi bercandakan? Ayo bangun Van!" ujar papanya.

"VANIAA!!" teriak papanya.

Ayahnya memeluk papanya Vania agar kuat menerima kenyataannya, namun mereka masih belum siap untuk menerima kenyataan karena tidak mendapatkan pamitan dari Vania sebelum ia pergi meninggalkan mereka semua untuk selamanya.

**

Dari kejauhan dibalik dinding pembelokan ke arah kamar, Eugene hanya berdiam diri, menangis sambil mengintip kearah Kevin. Ia merasakan apa yang Kevin rasakan, mereka semua merasakan hal yang sama. Kehilangan seseorang wanita yang hebat, sopan, cantik, pintar, berhati mulia seperti Vania. Eugene tidak dapat menampakkan dirinya sekarang dihadapan Kevin. Karena ia sudah berjanji kepada Vania akan hal ini sebelum Vania pergi meninggalkannya. Padahal saat itu Eugene sangat ingin melihat Vania sebelum Eugene tidak dapat melihatnya lagi.

**

Kevin akhirnya beranjak dari tempat itu, Eugene yang masih disana setelah sekian lamanya bersembunyi, akhirnya ia dapat melihat saudara kembarnya untuk yang terakhir kalinya sebelum dikuburkan. Melihat saudara kembarnya tertidur untuk selamanya, sesak semakin terasa menganjal didalam paru-paru Eugene. Ia benar-benar merasa kehilangan separuh hidupnya, ditinggalkan oleh seorang Ibu dan saudara kandungnya sendiri. "Vania, apakah kamu tau gimana perasaanku sekarang ? Aku sendiri juga tidak tau apa yang kurasakan sekarang ini! Aku seperti orang yang kehilangan arah jalan hidup, kenapa harus terjadi hal seperti ini dalam hidupku? Kenapa ?" tangisan Eugene mengucur deras sehingga membasahi pipinya.

Keesokkan harinya, pemakaman dilangsungkan pada saat pagi hari. Seluruh teman-teman Vania datang untuk belasungkawa dan mendoakan agar Vania bisa bahagia dan tenang dialam sana karena sudah tidak merasakan sakit lagi. Setelah Vania dikuburkan semua berpamitan pulang, ayah dan papanya juga pulang. Namun Kevin masih berada disana, hujan turun sangat deras setelah pemakaman tersebut. Kevin ditawarkan untuk pulang oleh papa dan ayahnya Vania tetapi ditolak olehnya, ia masih ingin berada disana. Kevin tidak mengeluarkan satu katapun, saat itu hujan turun sangat deras. Ditengah-tengah hujan yang lebat itu ia masih berada disana duduk dan memandangi batu nisan Vania. Sudah tidak terbendung lagi air mata yang ingin keluar dari mata Kevin, pada akhirnya Kevin menitihkan air matanya. "VANIAAAAAAAA!! Kenapa kau meninggalkanku ? Kenapa? Kenapa secepat ini? Bagaimana aku harus melanjutkan hidupku?" teriaknya. Langitpun merasa kehilangan sosok yang baik hati seperti Vania, disisi lain ada seseorang yang lebih terpukul saat itu. Ia tidak dapat ikut serta memakamkan saudaranya sendiri, karena janjinya dengan mendiang Vania. Eugene sangat terpukul, terlebih lagi ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Melihat Kevin seolah-olah ia yang paling terpukul, ternyata ia tak sendirian. Ada yang lebih terpukul lagi atas kepergian Vania, Eugene hanya melihat dari kejauhan menunggu Kevin tidak beranjak dari sana dan kehujanan. Eugene memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, Eugene meminta tolong kepada penjaga makam disana untuk memayungi Kevin yang sedang kehujanan, dan menyuruhnya untuk pulang.

#flashback off

**

3 bulan telah berlalu, hari-hari berganti sangat cepat. Semenjak kepergian Vania, Kevin menjadi sosok yang sangat pendiam dan menjadi malas saat berada di kampus. Menjadi sosok yang sangat dingin di kelas, bahkan kepada wanita-wanita yang berusaha mendekatinya. Pelajaran akan dimulai saat itu, dosen masuk keruangan untuk memulai pembelajaran.

"Pagi semua" ujar dosen Rina.

"Pagi" sahut mereka.

"Kabar gembira, kita akan kedatangan seorang murid baru. Yang pastinya kalian akan sangat terkejut ketika melihatnya" ujar Dosen Rina.

"Siapa itu Bu, cewek atau cowok Bu?" tanya Ericko.

"Kenapa kamu tanya-tanya cewek atau cowok?" tanya Jenny sinis.

"Hehehe.. maaf ya!" ujar Ericko.

"Kalian lihat saja ya! Sebentar lagi dia kemari" ujar Dosen Rina.

Sesuai perkataannya Dosen Rina, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu, "Permisi!" ujarnya dengan suara manisnya itu membuat semua mata tertuju terhadap pintu, "Silahkan masuk Nak!" sahut Dosen Rina. Dibukalah pintu tersebut dan ia melangkah masuk keruangan, semua sangat terkejut dan suasana ruangan sangat hening. Hanya Kevin yang saat itu tidak peduli dan merebahkan kepalanya dimeja, semua teman-teman di kelas itu sangat terkejut tanpa mengeluarkan kata-kata.

"Perkenalkan dirimu Nak!" ujar Dosen Rina.

"Baik Bu! Halo nama saya Eugene, senang bertemu dengan kalian" ujar Eugene.

Mendengar suara Eugene tentu saja membuat Kevin yang tadinya sedang tidur langsung membuka matanya lebar-lebar dan menaikkan kepalanya untuk melihat siapa murid baru tersebut karena suara Eugene dan Vania sangat mirip.

"Wah! Dia mirip sekali dengan Vania!" ujar Ericko. Kevin masih sangat tidak mempercayainya, ia kira ini hanya mimpi namun ini adalah nyata. Ia sangat terkejut, matanya berkaca-kaca.

"Baiklah Eugene! Kamu duduk dibangku kosong di depan Kevin ya!" ujar Dosen Rina sambil menunjuk kursi kosong tersebut.

"Baik Bu!" jawab Eugene. Eugene berjalan menuju kursi kosong itu, ketika hendak duduk tatapan mata Eugene dan Kevin bertemu. Eugene memberikan senyuman kepada Kevin tanpa dibalas senyuman oleh Kevin. Sampai Eugene duduk, Kevin masih saja memperhatikan Eugene walaupun hanya bagian belakangnya saja.

**

Waktu istirahat pun tiba, Kevin bergegas meninggalkan kelas. Eugene hanya melihat Kevin dan tidak berani untuk menyapanya dulu.

"Eugene, kamu mau ikut kami ke kantin?" ajak Jenny.

"Boleh Jen!" jawab Eugene.

Mereka berlima pergi kekantin bersama, Ericko dan Samuel akhirnya mengetahui bahwa Eugene adalah saudara kembar Vania setelah berbincang-bincang bersama.

"Aku mohon kalian tolong sembunyikan rahasia ini dari Kevin dulu ya!" pinta Eugene.

"Iya Eugene, kami tidak akan menceritakan hal ini kepada Kevin" jawab Samuel.

"Tenang Eugene, kami akan ikuti apa yang Vania pesan sebelum ia pergi meninggalkan kita" jawab Sisca.

"Terima kasih ya!" ujar Eugene sambil tersenyum