Hari menjelang malam,
"Om, Kevin aja ya yang menjaga Vania malam ini. Biar Kevin saja yang menginap disini untuk malam ini!" ucap Kevin.
"Tidak apa-apa Vin, Om saja yang menjaga Vania. Lagian besok kamu kuliah, nanti kamu kecapekan" jawab Ayah.
"Tidak Om! Tenang saja! Biar malam ini Kevin saja yang menginap. Om sebaiknya istirahat, karena Om seharian tidak bisa istirahat" ucap Kevin lagi.
Ayah berpikir sejenak,
"Baiklah! Tolong jaga Vania ya Vin. Terima kasih ya" jawab Ayah.
"Tidak perlu terima kasih Om, Vania sudah menjadi tanggung jawabku" ucap Kevin.
Ayahnya Vania bergegas membereskan barang-barangnya dan segera pulang,
"Van, Ayah pulang dulu ya! Besok pagi Ayah jemput" pamit Ayah.
"Iya Ayah, hati-hati dijalan ya!" sahut Vania sambil melambaikan tangannya.
"Tolong jaga Vania ya Vin!" pinta Ayah sambil menepuk pundak Kevin.
"Baik Om! Hati-hati dijalan ya Om!" jawab Kevin.
Hanya tinggal Kevin dan Vania di ruangan itu. Kevin berjalan menuju ke tempat tidur Vania. Ia duduk di pinggir ranjang tepat di samping bagian depan menghadap Vania. Ia menempatkan satu tangannya mengunci dibadan Vania. Tatapan mereka saling bertemu dan wajah mereka sudah sangat dekat tanpa batas lagi. Vania dengan sigap langsung menundukan sedikit kepalanya kebawah dan memalingkan wajahnya. Wajahnya memerah dan tersipu malu, Kevin tersenyum melihat wajah Vania yang pucat berubah menjadi merah merona seketika.
"Mukamu sangat merah Van, kamu malu? Kenapa harus malu denganku? Aku kan kekasihmu dan akan menjadi pasangan hidupmu untuk selamanya" ujar Kevin.
Tentu saja Vania sangat terkejut dan langsung menatap Kevin dengan tatapan kekhawatirannya, karena ucapan Kevin tidak akan bisa terjadi. Mereka saling bertatapan dan Kevin memberikan senyuman yang sangat lebar kepada Vania. Tentu saja Vania juga membalas senyuman Kevin agar ia tidak mengetahui apa yang sedang dikhawatirkan oleh Vania.
**
Hari sudah malam, Kevin menyuruh Vania untuk beristirahat,
"Van, tidur yuk! Sudah malam, besok pagi kita mau pulang rumah kan?"
"Iya Vin! Kamu tidur dimana Vin?" tanya Vania.
"Aku tidur di sofa Van" jawab Kevin.
"Tidur disini yuk sama aku!" ajak Vania sambil menepuk ranjang tempat tidurnya.
Tentu saja Kevin menjadi salah tingkah sambil menggaruk-garuk kepala padahal kepalanya sedang tidak gatal,
"Beneran boleh Van?" tanya Kevin.
"Boleh Kevin sayang! Kan kita tidak ngapa-ngapain, daripada kamu tidur di sofa nanti sakit-sakit badanmu Vin" jawab Vania.
"Baiklah Van!" ujar Kevin sambil melangkah naik ke kasur dan tidur disamping Vania.
Kasur tersebut sangat sempit sehingga membuat mereka sangat risih dan mencari cara agar tidurnya nyaman. Kevin dengan sigap memeluk Vania dan membuat ia tidur dalam pelukan Kevin. Tatapan mereka saling bertemu satu sama lain, satu tangan Kevin membelai perlahan rambut Vania.
"Cepat sembuh ya sayang! Aku tidak mau lagi melihatmu sakit seperti ini lagi" ucap Kevin.
Vania tidak dapat berkata apapun lagi, ia tidak sanggup mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Kevin. Perlahan ia menutup matanya lalu memeluk Kevin dengan erat dibalas kembali oleh Kevin yang memeluknya dengan erat satu tangannya masih tetap mengelus kepalanya Vania dengan mata tertutup.
**
Mereka tidur terlelap hingga pagi hari. Sebelum ayahnya Vania datang mereka sudah bangun terlebih dahulu. Kevin membereskan barang-barang Vania yang hendak dibawa pulang. Tak lama terdengar bunyi suara pintu terbuka, dokter beserta suster datang keruangan itu untuk mengecek dan melepaskan infus yang tercucuk ditangan kanan Vania sebelum pulang. Setelah pengecekkan dan melepaskan infus tersebut, dokter beserta suster itu meninggalkan ruangan Vania. Tak lama ayah datang untuk menjemput Vania pulang,
"Sudah selesai siap-siap Van,Vin?" tanya Ayah.
"Sudah Yah!"
"Sudah Om!" jawab Vania dan Kevin serentak.
Mereka bergegas membawa barang-barang mereka untuk pulang kerumah Vania menggunakan mobil milik Kevin. Setelah sampai menuju rumah Vania, Ayah dan Kevin menurunkan barang-barang dan membawa masuk ke rumah.
"Vin, kamu pulang gih! Satu jam lagi jam kuliah dimulai. Aku mau istirahat dulu, titip salam dengan yang lain ya" ujar Vania.
"Baik Van! Kamu istirahat ya! Jangan kemana-mana!" perintah Kevin.
"Iya, Bawel!" seru Vania.
Kevin selalu tersenyum sambil mengelus kepala Vania dan mengecup keningnya,
"Bye Van! Nanti aku kesini lagi ya!"
"Iya, bye Vin! Hati-hati dijalan ya!"
"Om, aku pamit dulu ya!" ujar Kevin.
"Hati-hati di jalan Vin!" jawab Ayah.
Kevin berjalan menuju mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Vania.
"Van, Ayah kerja dulu ya! Kamu jangan kemana-mana! Kamu baru sembuh" ujar Ayah.
"Iya Yah!" jawab Vania.
Tetap saja Vania tidak akan tinggal dirumah untuk beristirahat. Dia menghubungi Eugene untuk bertemu di suatu tempat, ia mengambil ponselnya dan mencari kontak Eugene.
"Halo Eugene.. Ini aku Vania" ujar Vania.
"Halo Vania, kamu sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Eugene.
"Iya nih aku sudah pulang. Ngomong-ngomong, kamu sibuk gak? Aku mau bertemu denganmu. Ada hal yang harus ku bicarakan kepadamu" ujar Vania.
"tentu bisa Van! Mau ketemuan dimana?" tanya Eugene.
"Di Cafetaria ya" jawab Vania.
"Wah! Dekat dengan rumahku. Kalau gitu aku siap-siap dulu ya Van" ujar Eugene.
"Oke Eugene!"
lalu mereka menghentikan pembicaraan mereka dan bersiap-siap untuk bertemu.
**
Vania telah sampai terlebih dahulu di tempat mereka janjian. Tak lama menunggu, Eugene datang dan menghampiri tempat duduk Vania.
"Hai Van, sudah lama menunggu ya? Maaf ya!" tanya Eugene.
"Nggak kok! Baru 5 menit lalu aku sampai disini" jawab Vania.
"Syukurlah!" jawab Eugene.
"Pesan minum dulu yuk!" ajak Vania.
"Yuk!" jawab Eugene.
Vania memanggil pelayan di Cafe itu dan memesan minuman serta makanan disana.
"Mau pesan apa Kak?" tanya pelayan tersebut.
"Pesan Coffee Latte nya satu ya mbak" ujar Vania.
"Aku juga sama mbak Coffee Latte sama snack platternya ya" sambung Eugene.
"Oke Kak! Menunya saya ambil lagi ya. Ditunggu ya kak pesanannya, terima kasih!" ujar pelayan tersebut.
"Ok mbak!" jawab Eugene.
"Oh ya Van! Ngomong-ngomong, apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Eugene.
"Darimana ya aku harus mulai pembicaraannya. Aku juga bingung! Hmmm.. Jadi begini Eugene, aku sudah divoniskan oleh dokter tidak bisa sembuh dan kemungkinan sangat kecil untuk hidup lebih lama. Sebelum terlambat dan sangat aneh juga kenapa aku bisa bertemu denganmu seperti ini disaat kondisiku yang seperti ini. Aku ingin kamu bisa datang dikehidupan Kevin, mencintai serta membuat Kevin semangat untuk melanjutkan hidupnya. Karena saat aku meninggalkannya nanti, dia pasti sangat terpukul. Dia orang yang baik Eugene, tolong banget ya Eugene! Tolong jaga Kevin ketika aku sudah tidak ada di dunia ini lagi" pinta Vania jelas saja sangat berat untuk Eugene mengiyakan permintaan Vania.
"Bagaimana Eugene? Apa yang kamu pikirkan? Kamu keberatan ya?" tanya Vania.