"Rasanya hilang atau belum hanya Riski yang tahu," ujar Verina pada Nabila.
"Maka dari itu hati-hati," sahut Nabila pada Verina.
"Begini ya Verina, kamu suka sama Raja boleh banget karena itu hak kamu dan kamu juga tahu kan konsekuensinya kalau suka sama orang harus siap sakit hati kapan saja, dan iya, jangan sampai sakit itu menimbulkan rasa benci antara kamu dan Raja," jelas Nabila pada Verina dan diangguk i oleh Verina.
Verina menjadi paham setelah dijelaskan oleh Nabila, benar sekali apa yang dikatakan Nabila padanya dan jika dirinya mengikuti egonya untuk tetap menghubungi Raja tanpa memikirkan Riski, sama saja dirinya menikam Riski secara terang-terangan.
Sambungan telepon pun akhirnya dimatikan sepihak oleh Verina, selesai bertelepon dengan Nabila Verina langsung menyimpan nomor Raja, namun tidak dengan menghubungi nomor itu.
"Tenang sabar, menunggu itu memang susah tapi aku pasti bisa," ujar Verina menyemangati dirinya sendiri.
Disisi lainnya Raja saat ini tengah sendiri tanpa Tasya ataupun Riski yang biasanya selalu berada disampingnya. Raja hanya diam dan memandang ke danau, tepatnya saat ini Raja tengah berada di danau.
Raja menyeduh kopi sembari menikmati pemandangan yang ada di danau itu. Handphonenya dia taruh di atas meja yang ada disampingnya dan dirinya hanya fokus pada kopi dan memperhatikan pemandangan yang indah ini untuk menjernihkan pikirannya.
Beberapa detik kemudian handphonenya berdering dan itu panggilan dari mamanya. Raja langsung menjawab panggilan itu dan sambungan telepon tersambung dengan suara mamanya yang langsung menyerbunya.
"Kamu kemana? Nggak mau makan siang? Mau jadi zombie?" tanya mama Raja pada Raja sembari kesal dan geregetan sendiri sebab satu anaknya itu susah untuk diminta makan saja.
"Raja kan sudah makan roti tadi pagi, jadi yaudah. Ini Raja minum kopi loh ma, jarang-jarang kan?" tanya balik Raja pada Widya.
"Pulang, mama nggak mau kamu lama-lama nongkrong nggak jelas," jawab Widya pada Raja.
"Iya-iya, ma. Raja pulang, sebentar lagi tapi," jelas Raja pada Widya.
"Awas kalau melebihi jam dua siang," ucap Widya pada Raja dengan tegas agar putranya itu tidak banyak keluyuran dan lebih fokus belajar dirumah.
Sambungan telepon terputus dan Raja langsung menghabiskan kopinya untuk segera pulang. Remaja laki-laki itu berjalan menuju ke parkiran motor untuk mengambil motornya dan melaju pergi dari danau menuju ke rumahnya untuk pulang.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai dirumahnya, kini Raja sudah sampai dan mamanya dengan mamanya yang terlihat benar-benar menunggunya.
"Kemana saja kamu? Kenapa nggak dirumah saja setelah main sama Riski?" tanya Widya pada Raja.
"Mau menjernihkan pikiran ma," jawab Raja apa adanya pada mamanya.
"Kamu banyak beban hidup kah? Perasaan mama timang timang terus kamu," ujar Widya pada Raja.
"Biasa ma masalah percintaan," ucap Raja jujur pada mamanya.
"Apa itu percintaan? Makanan apa?" tanya Widya pada Raja.
"Makanan khas orang yang butuh kasih sayang," jawab Raja pada Widya.
"Sudah-sudah mama nggak perlu tanya-tanya lagi karena Raja mau makan, katanya tadi diminta makan di rumah," tambah Raja pada Widya.
"Iya, tapi langsung istirahat setelah makan jangan malah keluar rumah," jelas Widya pada Raja.
"Siap mama,"
*
**
Nabila saat ini tengah belajar dengan serius didalam kamarnya. Tangan kanan gadis cantik itu dengan santai menulis dengan tulisannya yang cantik dan sangat rapi.
Nabila teringat tentang Verina, bagaimana sahabatnya itu bisa suka sama Raja? Nabila tentu khawatir dengan Verina.
"Kenapa aku nggak menyetujui sekali jika kamu menyukai Raja? Seperti akan terjadi hal buruk setelah kamu benar-benar suka sama Raja," gumam Nabila tentang Verina yang menyukai Raja.
Disisi lainnya Verina tetap memandangi nomor Raja tanpa memalingkan perhatiannya, Verina mantap sekali ingin menelepon Raja, namun tidak bisa, dirinya harus bisa menahan diri untuk tidak menghubungi Raja apalagi mengirimkan pesan ke Raja.
Verina menaruh handphonenya dan memilih untuk istirahat. Dengan memutar lagu yang sangat enak didengar, segar udara, menyejukkan hati.
Saat gadis itu memejamkan matanya yang keluar dalam bayangannya adalah Raja. Verina langsung membuka matanya, dan apakah yang di sana tengah memikirkan mu? Tapi siapa?
"Kenapa malah muncul di mimpi sih? Kalau nggak suka kenapa harus datang ke mimpi segala sih," gerutu Verina kesal sendiri.
Tidak bisa menyalahkan Raja karena hal itu terjadi pada Verina sebab terjadi berarti terlalu memikirkan Raja. Verina sadar akan hal itu memang terjadi padanya dan dirinya hanya bisa mengasihani diri sendiri.
Verina tiba-tiba memiliki keberanian level tinggi dan mengirim pesan untuk Raja. Raja yang tengah memainkan handphone pun mendapat pesan dari nomor yang tidak dia kenal.
Raja membalas chatting dan bertanya siapakah yang mengirim pesan untuknya ini?
"Siapa dia?" gumam Raja bertanya-tanya.
"Aku Verina, ini nomor aku, disimpan saja," jawab Verina pada Raja dan hanya seperti itu saja Verina langsung meninggalkan chatting dengan Raja.
Sementara itu Riski saat ini tengah terdiam merenung mendengarkan musik agar lebih tenang dan tidak ada yang mengganggu lagi.
Tasya sibuk mempersiapkan peralatan mau ke rumah Raja, dan tentunya untuk mengganggu Raja yang selalu menjadi favoritnya namun berbeda lagi dengan Raja yang selalu diam dan hanya risih pada Tasya itu.
Tasya tidak ada lelahnya untuk menganggu, Tasya ingin sekali dekat dengan Raja sampai Raja sering merasa risih karena kehadiran gadis itu.
Di sisi lainnya Raja tengah bingung dengan Verina, bagaimana bisa mendapatkan nomornya? Darimana? Begitulah tanda tanya yang ada dipikiran Raja.
"Riski? Nggak mungkin kayaknya," gumam Raja bertanya-tanya.
"Nabila? Iya Nabila, kan dia punya nomor aku," ucap Raja yakin.
Raja mencari kontak bernamakan Nabila di dalam handphonenya, dan saat sudah menemukan nomor kontak gadis itu, Raja bergegas meneleponnya.
Di sisi lainnya Nabila yang sekarang tengah duduk di meja belajarnya sembari memainkan handphonenya mendadak dirinya mendapat panggilan telepon dari Raja.
"Ngapain dia telepon aku?" gumamnya sembari melihat ke layar handphone.
Nabila kemudian menjawab panggilan telepon itu, dan langsung mendengar suara Raja dari dalam telepon.
"Halo Nabila," ucap Raja mengawali pembicaraan.
"Iya halo, ada apa?" tanya Nabila pada Raja.
"Kamu kan yang memberi nomor aku ke Verina?" tanya balik Raja pada Nabila.
"Dia cuma mau nambah kontak telepon, jangan kepedean jadi orang," jawab Nabila pada Raja.
Raja kemudian mengerutkan keningnya dan langsung mematikan sambungan telepon sepihak. Setelah dia mematikan sambungan telepon sepihak, Raja kembali menelpon Nabila dan membuat Nabila pusing sendiri dengan satu remaja laki-laki ini.
"Kamu kenapa sih? Nggak jelas banget jadi orang!" ujar Nabila naik darah pada Raja.
"Sebelum memberikan nomor orang lain ke teman kamu ataupun sahabat kamu yang bernama Verina itu, harusnya kamu meminta izin ke aku dong," ucap Raja pada Nabila.
"Kamu bukan orang penting yang harus aku minta izin segala. Lagian nih ya, Verina itu sekali lagi cuma mau nambah kontak, dia nggak telepon kamu kan?" tanya Nabila pada Raja.
"Nggak," jawab Raja apa adanya pada Nabila.
"Ya udah, begitu saja kok repot," ucap Nabila pada Raja dan kemudian mematikan sambungan telepon sepihak.