Sebuah rantang tertata rapi di atas meja makan tepatnya di rumah Raja, remaja laki-laki itu saat ini tengah duduk di kursi meja makan menunggu mamanya yang masih menyiapkan makanan untuk dibawa ke kantor papanya.
"Apakah papa di sana tidak sempat pergi ke kantin kantor mah?" tanya Raja pada mamanya.
"Kalau siang hari sempat tapi kalau malam hari mau pergi ke mana? Makanya tadi papa kamu telepon ke mama katanya minta dikirimin makanan, gitu loh," jawab Widya dengan jelas dan apa adanya.
Terakhir Widya memberi tutup pada masing-masing rantang dan kemudian memberikannya pada putranya yang sedari tadi menunggu dan bersiap untuk mengantarkan makanan itu ke kantor.
Raja berniat untuk pergi ke kantor sendirian tanpa mengajak siapapun. Sesampainya dirinya di ambang pintu rumah, Raja langsung berasa ingin bersumpah serapah untuk seorang gadis yang saat ini tengah berdiri di hadapannya.
Siapa lagi kalau bukan Tasya, seorang gadis cantik yang selalu mengejar dirinya pengikutnya di manapun dirinya pergi. Sementara itu kedua pasang manik mata gadis cantik yang saat ini tengah berdiri di hadapan Raja, tentu memperhatikan Raja yang saat ini tengah berdiri di hadapannya sembari membawa rantang berisi makanan.
"Mau kemana? Kok nggak ajakin aku?" tanya Tasya pada Raja.
"Buat apa ngajakin kamu? Nggak perlu," jawab Raja pada Tasya dan kemudian berjalan cepat melenggang pergi dari hadapan gadis itu dan langsung menaiki motornya melaju pergi meninggalkan rumah segera menuju ke kantor papanya untuk mengantarkan makanan yang sudah dia bawa ini.
"Kok aku ditinggal? Raja!!"
*
**
Langkah seorang remaja laki-laki dari parkiran menuju ke dalam sebuah gedung kantoran yang bisa dibilang cukup megah itu. Raja saat di tengah berjalan sendiri beli juga ruangan papanya.
Remaja laki-laki itu menjadi pusat perhatian orang-orang kantor namun mereka semua sudah terbiasa. Hanya beberapa karyawan perempuan yang mengagumi ketampanan anak dari bos mereka ini.
"Raja gantengnya nambah,"
"Raja tumben ke kantor,"
"Dia sudah punya pacar belum sih?"
"Sekolah dimana?"
"Kenapa masih sekolah? Harusnya nikah sama aku,"
Begitulah cibiran para karyawati yang ada di kantor papa Raja. Raja tidak memperhatikan semua itu dirinya fokus berjalan menuju ke ruangan papanya untuk mengantarkan makanan.
Sampailah saat ini remaja laki-laki itu di depan ruangan papanya di mana ruangan itu tertutup dan dirinya dapat berada di luar bahwa papanya tengah bekerja. Mau tidak mau dirinya harus mengetuk pintu dan kemudian masuk ke dalam ruangan papanya itu.
Yuda yang tidak lain adalah papa dari Raja, menyadari kedatangan putranya itu dia langsung meninggalkan tugasnya sebentar untuk menemui putra semata wayangnya itu.
"Ayo masuk ke dalam Raja, papa tengah kerja mungkin pulang malam banget," ujar Yuda pada Raja.
"Iya pa Raja sudah diberitahu oleh mama," ucap Raja pada Yuda apa adanya.
"Kamu sudah makan?" tanya Yuda pada Raja.
"Sudah pa," jawab Raja pada papanya.
Selesai itu Raja langsung pamit pulang sebab dirinya banyak tugas dan beberapa urusan lainnya. Namun saat remaja laki-laki itu ingat tentang Tasya, dirinya langsung mengurungkan niat untuk pulang.
"Raja mau ketemu pak Bimo pa," ujar Raja pada Yuda.
"Sebentar papa panggilkan," sahut Yuda pada Raja.
Yuda kemudian menelepon Bimo yang tidak lain adalah tangan kanannya yang biasa mengobrol dengan Raja. Raja menunggu sembari menemani papanya makan.
Bimo yang posisinya dibawah dirinya langsung berlari ke atas dan menghampiri Raja yang udah menunggu.
"Bagaimana dengan kabarnya?" tanya Raja pada pak Bimo.
"Kamu ternyata? Pak Bimo kira siapa," jawab pak Bimo pada Raja.
"Saya pengen ngobrol sama pak Bimo, kan lama nggak ketemu sama Raja," ujar Raja pada pak Bimo.
"Iya, mau ngobrol tentang apa dulu nih? Mumpung pak Bimo diberi waktu sama bos, hehe," ucap pak Bimo pada Raja.
"Papa pasti memberi waktu banyak," sahut Raja pada pada Bimo.
Raja dan pak Bimo kemudian berjalan memutari kantor sembari mengobrol membahas hal yang ingin diceritakan oleh Raja pada pak Bimo.
"Jadi Raja itu punya sahabat dan dia nembak cewek tapi ditolak," ujar Raja pada pak Bimo.
"Ceweknya cantik nggak?" tanya pak Bimo pada Raja.
"Menurut dia iya, kalau Raja biasa saja," jawab Raja pada pak Bimo.
"Yakin biasa saja?" tanya pak Bimo pada Raja.
"Iya pak," jawab Raja pada Bimo.
"Terkadang seseorang yang mengatakan biasa saja malah didalam hatinya sangat luar biasa," ujar pak Bimo pada Raja.
"Kenapa kok bisa seperti itu jika iya?" tanya Raja pada Bimo.
"Karena jika mengatakan yang sebenarnya kenyataan terlebih dahulu membunuhnya," jawab pak Bimo pada Raja dan Raja langsung paham.
"Jika dikatakan jelek nanti dikatain nggak menghargai," ujar Raja pada pak Bimo.
"Ya itu juga bisa menjadi sakit hatinya orang lain," ucap pak Bimo pada Raja.
"Bagaimana dengan sakit hati diri sendiri?" tanya Raja pada pak Bimo.
"Segala macam bentuk sakit hati dalam hal apapun itu, penyembuhannya adalah diri sendiri. Dimana mau atau tidaknya merasakan terus menerus sakit hati itu," jawab pak Bimo pada Raja.
"Pak Bimo," panggil Raja pada pak Bimo.
"Iya," sahut pak Bimo.
"Jika pak Bimo merasa disukai seseorang pak Bimo akan melakukan apa untuk responnya?" tanya Raja pada pak Bimo.
"Respon? Tentang hal itu kan kita masih merasa, benar tidaknya belum terungkap. Ya kita mengikuti perasaan terhadap orang itu, jangan pada merasa tidak enak atau kasihan, nanti malah membuat sakit hati diantara keduanya," jawab pak Bimo dengan bijak.
Raja bertepuk tangan setelah mendengarkan semua hal itu dari pak Bimo.
"Pak Bimo kenapa sangat paham?" tanya Raja pada pak Bimo.
"Ingat, pak Bimo juga pernah muda seperti kamu," jawab pak Bimo pada Raja.
"Haha, terimakasih atas waktunya yang sudah disempatkan, Raja mau pulang soalnya mau belajar juga pak," ujar Raja pada pak Bimo.
Remaja laki-laki itu kemudian kembali pada papanya dan berpamitan sebab akan pulang. Yuda mengizinkan putranya untuk pulang dan Raja langsung berjalan meninggalkan kantor papanya menuju ke parkiran motor.
Disisi lainnya Verina sekarang tengah sibuk mengerjakan tugas dan dirinya sangat kesulitan mengerjakan satu soal.
"Apa aku telfon Nabila ya?" gumam Verina pada dirinya sendiri sembari mengambil headphone yang dia taruh di atas laci.
Diseberang sana Nabila tengah makan dan dirinya sama sekali belum mengerjakan tugas.
"Ya udah, kalau gitu lanjutkan makanya," ujar Verina pada Nabila dan kemudian menutup sambungan teleponnya.
Verina memutuskan untuk istirahat sebentar sembari menunggu sahabatnya itu telefon. Sementara itu Raja saat ini sudah sampai di rumah dan dirinya disambut oleh Tasya.
"Akhirnya kamu pulang juga, ayo ke cafe," ajak Tasya pada Raja.
"Nggak," tolak Raja pada Tasya.
"Kenapa?" tanya Tasya pada Raja.
"Karena banyak tugas, aku baru pulang mau ganti, ogah," jawab Raja pada Tasya.
"Terus aku sama siapa?" tanya Tasya pada Raja.
"Ya sama siapa gitu, teman, sahabat," jawab Raja pada Tasya.
"Maunya sama kamu Raja. Aku sudah lama banget belum ke cafe sama kamu,"