*Maunya sama kamu Raja. Aku sudah lama banget belum ke cafe sama kamu," kekeh Tasya mengajak Raja ke cafe.
"Intinya aku tidak mau kamu ajak ke cafe, " setelah mengatakan hal itu pada Tasya, Raja langsung bergegas berjalan menaiki anak tangga rumahnya menuju ke dalam kamarnya.
Widya yang tidak lain adalah mama Raja, dirinya memberitahu gadis cantik yang saat ini tengah murung di ruang keluarga sebab putranya menolak untuk diajak ke cafe, menuturi Tasya dengan hati-hati dan lemah lembut sebab tidak ingin gadis itu sakit hati.
"Mungkin besok dia akan mau kamu ajak ke cafe, kalau sekarang dia tentunya menolak, karena dia tadi siang juga habis dari cafe, terus pulang dari cafe dia langsung nganterin makanan ke kantor papanya, jadi mungkin dia lelah makanya dia nggak mau ke cafe sama kamu," jelas Widya pada Tasya.
"Iya, Tante. Ya udah kalau begitu, Tasya pamit pulang dulu sampaikan salam Tasya ke Raja," ujar Tasya berpamitan pulang pada paruh baya itu dan kemudian bersalaman baru setelah itu perjalanan ke luar rumah Raja, melaju pulang menuju ke rumahnya.
Tasya hanya bisa pulang ketika remaja laki-laki yang dia sukai dan mau diajak jalan-jalan menolak. Sebab dirinya juga tahu tidak akan ada hasilnya juga jika dirinya keras kepala untuk memaksa mengajak Raja ke cafe.
Apalagi Raja sangat anti pergi ke tempat seperti itu terutama bersama dengan perempuan. Sementara itu di dalam kamar remaja laki-laki itu tengah mendudukkan dirinya di kursi balkon menikmati angin sepoi-sepoi.
"Kenapa bisa pulang dari kantor papa sudah ketemu sama dia? Padahal kan aku pikir tadi dia sudah langsung pulang tadi setelah aku tolak untuk ikut," gumamnya sembari memijat kepalanya yang terasa berat itu.
Disisi lainnya Verina saat ini tengah berada dimeja makan bersama dengan mamanya. Triana melihat putrinya itu seperti ingin bercerita dan dia meminta putrinya itu untuk bercerita tentang apa saja yang perlu diceritakan.
"Kamu bisa cerita selama disekolah dari baik sampai yang buruk," ujar Triana pada Verina.
"Kalau buruk nggak ada," ucap Verina pada Triana.
"Ya udah, yang ada saja," sahut Triana pada Verina.
"Aku disekolah ketemu sama adik kelas yang lucu-lucu dan sangat menurut," ucap Verina pada Triana.
"Itu doang?" tanya Triana pada Verina.
"Iya ma," jawab Verina pada Triana.
"Oh iya kamu ke cafe kan? Bertemu dia yang kamu suka nggak?" tanya Triana pada Verina.
"Bertemu," jawab Verina pada Triana.
"Dia yang mana?" tanya Triana pada Verina.
"Mama jangan tahu," jawab Verina pada Triana.
"Kok gitu? Mama kan pengen tahu," ujar Triana pada Verina.
"Nanti kalau mama tahu mama malah ejek Verina," ucap Verina pada Triana.
"Nggak akan," sahut Triana pada Verina.
"Verina itu ma, suka sama orang yang nggak suka sama Verina," ucap Verina pada Triana.
"Kenapa kamu malah seperti itu? Bagaimana dengan orang yang suka kamu?" tanya Triana pada Verina.
"Sejauh ini tidak ada yang suka sama Verina, jadi semuanya aman terkendali. Mungkin yang tidak aman sekarang adalah, hati Verina yang jatuh pada seseorang yang hatinya bukan untuk Verina," jawab Verina pada mamanya apa adanya dan jelas.
"Mama tidak melarang kamu menyukai siapapun itu, termasuk orang yang tidak menyukaimu balik. Tapi pasti kamu tahu konsekuensinya jika menyukai seseorang yang tidak suka sama kamu, dan jika hal itu terjadi maka bersiaplah menerima rasa sakit dari cinta yang tidak terbalas," ujar Triana pada Verina dengan bijak.
Verina terdiam setelah mendengar apa yang mamanya katakan itu. Memang semuanya benar dan Verina pun juga sering berpikir bagaimana jika nanti dirinya melihat seseorang yang dia sukai itu dekat dengan orang lain dan tentunya hatinya akan terluka.
Namun kembali lagi pada kenyataannya bahwa dirinya menyukai Raja, Raja yang dia ketahui belum sembuh dari masa lalu dan tentunya dirinya juga sadar bahwa sangat sulit untuk mendapatkan remaja laki-laki itu.
"Aku memang harus menerima dan berusaha menerima setelah apa yang terjadi kedepannya selama aku suka sama dia ma, terlebih lagi di sisi lainnya aku juga menginginkan dia lepas dari masa lalu entah nanti usahaku berhasil atau tidak aku tetap akan berusaha," jelas Verina pada mamanya.
Triana sangat hafal dengan Putri semata wayangnya ini, jika sudah menyukai seseorang maka akan berjuang sekeras mungkin sampai pada akhirnya benar-benar menyerah dengan sendirinya dan meninggalkan orang yang disukai itu.
"Mama tidak bisa melarang ataupun mencegah kamu, ini yang kamu inginkan maka kamu akan menerima dengan sendiri dari apa yang kamu inginkan ini," ucap Triana pada Verina.
"Aku sempat ingin membicarakan hal ini dengan Nabila, dia sahabat aku sahabat baik dan dia dekat juga dengan Raja," ujar Verina pada Triana.
"Nabila mungkin bisa membantu kamu dekat dengan Raja, tapi apakah Raja mau?" tanya Triana pada Verina.
"Kemungkinan besar Raja tidak mau sepertinya ma," jawab Verina pada mamanya.
"Belum dicoba kan?" tanya Triana pada Verina.
"Mau mencoba tapi masih ada masalah yang belum benar-benar selesai," jawab Verina pada mamanya.
"Masalah apa?"
Verina tidak menjawab apa yang ditanyakan mamanya itu pada dirinya, tentu masalahnya adalah Riski, sebenarnya Riski tidak masalah jika mengetahui Verina menyukai Raja.
Namun disini Verina tidak enak dengan Riski dan menghargai perasaan Riski yang pernah suka pada dirinya.
*
**
Keesokan harinya di pagi hari yang cerah menyambut seorang gadis cantik yang masih tertidur pulas di balik selimut. Hari libur seperti ini memang banyak dibuat istirahat oleh Verina.
Jam alarm yang ada di atas laci tepat di samping tempat tidurnya berbunyi dengan keras tentu mengganggu tidurnya dan dirinya malas untuk mematikan alarm itu. Tentu yang turun tangan untuk mematikan jam alarm itu adalah mamanya.
Triana berjalan dari lantai bawah menuju ke lantai atas tepatnya ke kamar Verina untuk mematikan jam alarm yang sedari tadi terus berbunyi namun tidak dimatikan oleh putrinya itu.
Triana membuka pintu kamar putrinya itu dan mendapati putrinya masih tertidur di balik selimut. Triana mematikan alarm dan kemudian membuka korden jendela kamar Verina agar cepat bangun.
"Bangun Verina, meskipun hari libur kamu harus bangun pagi. Jalan-jalan pagi keliling komplek, atau ngapain gitu, jangan hanya tidur!" ujar Triana memberitahu putrinya itu agar tidak kebanyakan tidur dan beraktifitas pagi.
"Capek ma," ucap Verina ada Triana.
"Kamu yang nggak ngapa-ngapain bilang capek? Coba kamu bangun lihat dari sini, terus noleh ke jendela kelihatan ada orang tua yang memanjat tiang listrik buat benerin sambungan listrik, mereka nggak mengeluh seperti kamu yang nggak ngapa-ngapain," sahut Triana panjang lebar pada Verina dan berhasil membuat Verina terusik dan akhirnya terbangun dari tidurnya.
Verina mendudukkan dirinya di atas kasur dengan kedua pasang manik mata yang masih tertutup dan rambut acak-acakan. Triana serasa ingin mendorong putrinya itu ke kolam ikan lele belakang rumah tetangganya.
"Kalau sampai jam setengah tujuh belum berada dilantai bawah terus belum mandi, mama beneran bawa kamu ke Empang!" ujar Triana tegas pada Verina dan Verina langsung gelagapan berdiri lari ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.