Raja khawatir jika nanti Riski meminjam handphonenya dan mengetahui bahwa ada nomor Verina didalam handphone-nya.
"Kalau Nabila bilang bahwa Verina meminta nomor aku hanya untuk menambah kontak kenapa dia nggak minta nomor Riski?" gumam Raja bertanya-tanya.
Di sela dirinya tengah berfikir tentang Verina dan Riski, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang entah itu mamanya ataupun asistennya tapi bagaimana mungkin mamanya atau asistennya mengetuk pintu sampai beberapa kali dan tanpa henti.
Perasaan Raja mendadak tidak enak dan mau tidak mau dirinya harus membuka pintu kamarnya untuk melihat siapakah yang mengetuk pintunya sampai seperti itu?
Saat pintu kamarnya sudah terbuka sepasang manik matanya mendapati seorang gadis cantik yang tengah tersenyum lebar ke arahnya dan tentu dirinya tahu siapa gadis cantik itu.
Siapa lagi kalau bukan Tasya yang sedari tadi pagi berniat sekali untuk datang ke rumah Raja untuk mengganggu Raja dan agar lebih dekat dengan Raja.
"Kamu ngapain gedor-gedor pintu aku? Terus siapa yang menggunakan kamu datang ke rumah aku? Ngapain juga kamu ke rumah aku, sampai menggedor-gedor pintu kamar aku segala?" tanya Raja bertubi-tubi pada Tasya dan hanya diberi senyuman tidak berdosa oleh gadis itu.
"Aku datang ke rumah kamu itu cuma mau main sama kamu aku di rumah itu kesepian nggak ada saudara nggak ada teman yang aku punya tuh hanya kamu seorang," jawab Tasya pada Raja dan membuat remaja laki-laki itu mengacak-acak rambutnya frustasi dengan kehadiran gadis yang ada di hadapannya ini.
"Sekarang aku minta kamu turun ke lantai bawah jangan ke kamar aku. Tadi kamu bilang kalau di rumah kesepian nggak ada teman kan? Itu ada mama aku mendingan kamu bantuin dan kamu jangan ganggu aku," ujar Raja pada Tasya dan langsung membuat gadis cantik itu mengerucutkan bibirnya dan merasa kesal pada Raja.
"Kamu sudah benarnya kenapa sih? Setiap aku ke sini kamu tidak suka, padahal ternyata aku baik aku cuma mau main sama kamu mau jalan-jalan sama kamu," jelas Tasya pada Raja dan membuat Raja tambah pusing.
"Mama!!" panggil Raja pada mamanya yang ada dilantai bawah.
"Sudah aku panggilkan mama, dan kamu sekarang bisa turun dari lantai atas menuju ke lantai bawah, aku mau tidur." selesai mengatakan hal itu pada Tasya, Raja langsung kembali masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya rapat rapat.
Tasya hanya bisa meratapi nasibnya yang kurang beruntung itu, mau tidak mau dirinya harus bermain bersama dengan mama Raja, biasanya dirinya masak-masak di dapur mamanya Raja.
Tasya tidak masalah, yang terpenting Raja ada dirumah dan dirinya semakin dekat dengan mamanya Raja.
Sementara itu Verina sekarang berada dirumahnya, gadis cantik itu merasa lega dan bahagia setelah mengirimkan pesan pada Raja.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri nggak jelas seperti itu?" tanya Triana pada Verina.
"Habis kirim pesan," jawab Verina pada Triana.
"Kirim pesan? Ke siapa?" tanya Triana pada Verina.
"Ada deh, mama nanti juga bakalan tahu," jawab Verina pada Triana.
"Oh sekarang kalau sama mama, main rahasia-rahasiaan ya," ujar Triana pada Verina.
"Nggak ma," ucap Verina pada Triana.
"Kamu punya pacar baru ya?"
*
**
Pagi hari yang cerah ini disambut oleh Verina dengan gembira dan bahagia. Gadis cantik itu berlarian kecil menuruni anak tangga rumahnya menuju ke meja makan untuk sarapan pagi bersama dengan mamanya.
"Bahagia sekali yang pacarnya baru," ujar Triana pada Verina sembari tersenyum tipis.
"Pacar baru? Nggak, ma. Verina nggak punya pacar," ucap Verina membenarkan bahwa dirinya tidak pacaran sama siapapun.
"Tapi kamu suka cowok kan? Ngaku kamu, ingat ya mama itu pernah muda seperti kamu juga, jadi mama paham kalau kamu sedang suka ataupun pacaran," sahut Triana dengan jelas pada Verina.
"Verina itu tidak pacaran ma," ucap Verina jujur pada mamanya sembari mengambil roti dan selai strawberry.
"Berarti kamu lagi suka sama cowok kan? Siapa? Kenalin dong sama mama, mama juga pengen tahu selera kamu seperti apa," ucap Triana pada Verina.
"Apaan sih mama," sahut Verina pada Triana.
Triana tertawa renyah menertawakan putrinya, Verina memilih melanjutkan sarapan paginya sampai selesai dan akhirnya dia berpamitan pada mamanya untuk berangkat ke sekolah.
"Hati-hati, kamu berangkat sendiri atau bersama dengan Nabila?" tanya Triana pada Verina.
"Sama pak sopir, Nabila juga diantar sama sopirnya," jawab Verina pada mamanya.
"Ya udah kalau gitu kamu hati-hati, mama titip salam buat Nabila. Dan," ucap Triana menggantung ucapannya pada Verina.
"Dan?" tanya Verina pada mamanya.
"Cowok yang kamu suka itu," jawab Triana pada Verina dan membuat Verina mengerutkan keningnya.
"Kalau ketemu."
Setelah itu Verina berjalan keluar rumahnya dan langsung masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan oleh sopirnya. Di sepanjang perjalanan gadis cantik itu membuka handphonenya dan melihat kontak Raja, memastikan remaja laki-laki itu online atau tidak.
Melihat kontak Raja tidak online dia pun mematikan handphonenya dan kemudian fokus melihat ke depan. Sementara itu Raja sekarang sudah sampai di sekolahnya bersama dengan sahabat laki-lakinya yang selalu bersama dengan dirinya dimanapun dan kapanpun itu.
"Kemarin malam sebenarnya aku mau ngajakin kamu ke cafe buat nongkrong sama teman-teman," ujar Riski pada Raja.
"Kenapa nggak bilang?" tanya Raja pada Riski.
"Aku sudah telepon kamu, tapi nggak kamu jawab, yaudah aku tidur saja," jawab Riski pada Raja.
"Kenapa nggak datang ke rumah aku saja?" tanya Raja pada Riski.
"Nggak bisa," jawab Riski pada Raja.
"Kok gitu?" tanya Raja pada Riski.
"Kalau handphone kamu mati, jelasnya kamu tidur sebab jika kamu nggak tidur pasti handphone nyala dua puluh empat jam," jawab Riski pada Raja dengan jelas.
"Benar juga ya?" tanya Raja pada Riski.
Riski merasa ada yang tidak beres dengan Raja, dia pun menyentuh kening Raja untuk memastikan baik-baik saja.
"Kamu kenapa sih?" tanya Raja pada Riski.
"Kamu itu aneh Raja, dan nggak seperti biasanya," jawab Riski pada Raja.
"Aneh bagaimana?" tanya Raja pada Riski.
"Wajah kamu itu kelihatan jelas bahwa tengah memikirkan sesuatu dan menyembunyikan sesuatu," jawab Riski dengan jelas dan benar pada Raja.
Namun Raja pintar memberi alasan sehingga Riski percaya dengan alasannya itu.
"Lagi mikirin tugas yang diberi Bu Ratna ke kita semua, kan kamu tahu aku nggak bisa membuat kerangka itu," ucap Raja beralasan pada Riski.
"Oh iya sama, aku sama sekali belum ada rancangan atau apapun itu," sahut Riski pada Raja.
Raja merasa senang Riski percaya dengan alasan yang dia berikan dan berganti membahas hal ini daripada hal sebelumnya. Beberapa menit kemudian Tasya datang sendiri dan langsung menggandeng tangan Raja dari samping.
"Pagi sayang," sapa Tasya pada Raja dengan memanggil Raja dengan sebutan sayang.
"Cie yang sudah jadian main panggil sayang sayangan aja nih," ujar Riski pada Raja sembari bertepuk tangan dan tertawa renyah.