Chereads / CRUSH IN RUSH / Chapter 17 - Chapter 17

Chapter 17 - Chapter 17

"Aku belajar dan nggak boleh keluar sama papa." setelah mengatakan hal itu pada Tasya, Raja menutup sambungan telepon sepihak dan kemudian kembali fokus belajar setelah mematikan handphonenya agar tidak ada yang menganggu dirinya selama belajar.

Tasya merasa kesal sebab Raja menolak ajakannya untuk jalan-jalan.

"Masa sih dia belajar? Setahu aku Raja itu pintar tanpa belajar," gumam Tasya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

*

**

Pagi yang cerah di awali oleh gadis cantik yang saat ini sudah siap untuk berangkat ke sekolah bersama dengan mamanya yang kebetulan akan mengunjungi teman yang baru saja pulang dari Amerika.

"Teman mama rumahnya mana?" tanya Verina pada Triana.

"Dekat sini, mama mau nganterin kamu dulu agar cepat sampai ke sekolah dan tidak telat sayang," jawab Triana pada Verina.

Verina mengangguk mengiyakan sembari mengulas senyum manisnya pada mamanya.

Sampailah kini Verina dan mamanya di sekolah nya, dimana di sana sudah ada Nabila yang datang terlebih dahulu lebih pagi daripada Verina.

"Pagi Tante," sapa Nabila pada Triana yang ada didalam mobil.

"Pagi cantik," jawab Triana dengan sangat ramah pada Nabila.

"Sekolah yang rajin, Tante tinggal dulu, sampai jumpa," tambah Triana pada Nabila dan Verina.

"Iya Tante," ucap Nabila pada Triana sembari melambaikan tangannya pada Triana yang sudah melaju meninggalkan mereka berdua tepat di depan gerbang.

Setelah itu kedua remaja cantik itu berjalan dari depan gerbang menyusuri koridor sekolah menuju ke kelas mereka. Disepanjang koridor banyak siswa siswi yang menyapa mereka berdua.

Baik Verina maupun Nabila sangat ramah dan baik pada semuanya dan tentunya tidak membeda-bedakan. Kecuali Arhan yang memang ditolak keras oleh Verina, dengan alasan tidak suka.

Arhan sampai menyerah dan bangkit hanya demi mendapatkan hati Verina yang memang susah untuk di dapatkan. Kedua gadis cantik itu, Verina dan Triana masuk ke dalam kelas dan langsung membuka buku masing-masing sembari menunggu bel berbunyi.

Di sisi lainnya tepatnya di sekolah Raja, dimana sekarang remaja laki-laki itu tengah bersama dengan sahabatnya Riski.

"Heran aku sama kamu, kenapa bisa nggak suka sama Verina," ucap Riski pada Raja.

"Memangnya haru suka? Nanti kalau kamu sakit hati terus punya dendam bebuyutan sama aku bagaimana?" tanya Raja pada Riski.

"Kan kalau ada, kalau nggak ya kamu aman lah," jawab Riski dengan mudahnya pada Raja.

"Yakin?" tanya Raja pada Riski.

"Dua ribu yakin," jawab Riski pada Raja.

"Begini konsep aku, jika aku tidak bisa mendapatkan berarti sahabat aku harus bisa," ucap Riski pada Raja.

"Tujuan kamu suka Verina apa sih?" tanya Raja pada Riski.

"Ya basa-basi aja biar kamu sama dia deketan. Waktu di cafe, kalian berdua deket banget kan?" tanya balik Riski pada Raja.

Raja terdiam dan mengingat apa yang dikatakan Riski pada dirinya.

"Kapan sih? Aku lupa," jawab Raja pada Riski sembari memasang raut wajah datar.

"Oke, pura-pura aja lupa, nanti kalau ingat kamu bilang pakai toa pengumuman sekolah oke." setelah mengatakan hal yang sangat tidak nyambung itu pada Raja, Riski langsung bergegas menuju ke lapangan futsal untuk bermain futsal bersama dengan sahabatnya yang lain.

Raja hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang mudah berubah itu. Apalagi meminta dirinya untuk menyukai seseorang yang sama.

"Tidak mungkin aku suka Verina sementara kamu baru aja tidak bisa mendapatkannya," gumam Raja sembari memandang punggung Riski yang semakin menjauh darinya.

Riski saat ini memang bisa dibilang tidak baik-baik saja dan bisa terlihat dari cara bermain futsal yang tidak fokus dan selalu mengalahkan timnya jika bola tidak masuk ke gawang.

"Tenang Ki kamu jangan emosi, ini hanya permainan awal saja. Bukan pertandingan," jelas salah satu siswa pada Riski sembari menekankan kata terakhir.

"Kalau main yang benar, kalau nggak bisa main mendingan latihan dulu yang benar," ujar Riski pada siswa yang dia marahi dan dia kesali sedari tadi.

Raja yang hanya melihat dari kejauhan dirinya tampak memasang raut wajah datar pada Riski dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Benar apa yang diduga oleh Raja terhadap Riski.

"Riski!!"

*****

"Kalau lagi sakit hati atau galau bilang ke aku," ujar Raja pada Riski seperti menuturi adiknya sendiri.

"Biasa aja Ja," ucap Riski pada Raja.

"Nggak perlu bohong, aku sahabat kamu dari lahir. Jadi tahu saat kamu ada kendala atau nggak," sahut Raja pada Riski membuat Riski menyadari bahwa dirinya memang benar harus bercerita pada Raja.

"Kesannya aku kayak cewek yang lagi galau nggak sih?" tanya Riski pada Raja.

"Nggak, cowok juga punya perasaan dan wajib diutarakan jika perlu," jawab Raja dengan bijak pada Riski.

Riski terdiam dan mengumpulkan tenaganya untuk bercerita pada Raja. Raja terdiam sembari meminum minumannya menunggu sahabatnya itu selesai bermeditasi.

"Jadi aku itu bingung kenapa Verina nolak aku?" tanya Riski pada Raja.

"Verina nggak suka sama kamu," jawab Raja pada Riski dengan jujur dan bijak namun terdengar menyakitkan.

"Jujur banget sih," ucap Riski pada Raja.

"Supaya jelas dan nggak sakit di akhir cerita," sahut Raja pada Riski.

"Ini awal-awal aja udah sakit, ya udah gitu aja," ucap Riski pada Raja membuat Raja geleng-geleng kepala.

"Enaknya aku jodoh kan mau? Lama kelamaan juga bakal suka sukaan kok, aku yakin," sahut Raja pada Riski meyakinkan sepenuhnya.

"Nggak, biar luka ku ini sembuh baru setelah itu jodoh kan tidak apa-apa."