Pagi yang cerah ini disambut oleh gadis cantik yang tengah mendengarkan apa yang dikatakan mamanya pada dirinya tentang pergi ke pasa untuk berbelanja keperluan memasak mamanya.
"Verina kamu dengar Mama, sayang?" tanya seorang paruh baya yang duduk di kursi meja makan sembari memotong wortel.
"Iya, Ma. Verina dengar kok," jawab Verina dengan senyum manisnya dan berjalan menghampiri mamanya yang tengah sibuk memotong wortel di dapur.
"Uangnya sudah mama taruh di dalam tas belanja, nanti kamu pakai sepeda motor yang sudah disiapkan sama pak sopir ya," ujar Triana pada putrinya Verina.
"Siap, Mama." sahut Verina bersemangat pada mamanya.
Gadis cantik itu kemudian berpamitan pada mamanya untuk berbelanja di pasar dengan penuh semangat. Langkah kakinya berjalan keluar rumah sembari membawa tas belanja dan juga topi agar tidak kepanasan.
Verina menaiki motor yang sudah disiapkan oleh pak sopirnya untuk dia bawa ke pasar.
Verina Mirella namanya, gadis cantik, keras kepala, baik dan pintar dalam segala hal. Pagi hari ini dirinya ke pasar untuk membantu mamanya membeli barang belanjaan keperluan dapur.
Di sepanjang perjalanan kita cantik itu bersenandung bernyanyi sembari melihat ramainya jalan raya. Beberapa menit membutuhkan waktu untuk sampai di pasar, gadis cantik ini akhirnya sudah sampai di tempat yang dituju dan dia memakirkan motornya di tempat khusus parkiran motor.
Verina mengambil tas dan berjalan masuk kedalam pasar sembari membuka lembaran kertas yang berisi tulisan daftar belanjaannya. Masuknya gadis cantik itu ke dalam pasar, dirinya banyak diperhatikan oleh seisi pasar karena kecantikannya itu.
Senyum yang sedari tadi tidak luntur dari kedua sudut bibirnya menambah manisnya Verina.
"Bu brokoli ada?" tanya Verina pada paruh baya yang ada didepannya ini yang tidak lain adalah penjual sayuran yang akan dia beli.
"Ini brokoli, itu ada sawi, kentang, kacang, komplit pokoknya," jawab paruh baya itu pada Verina.
"Ayam?" tanya Verina pada paruh baya itu.
"Ada, disana. Ibu tidak menjualnya," jawab paruh baya itu pada Verina.
"Baiklah, saya akan membeli ayam, dan ibu bantu saya mengambilkan sayuran yang tertulis di sini," ucap Verina pada paruh baya itu dan dijawab anggukan mengiyakan.
Verina berjalan dari toko sayuran yang ada di dalam pasar itu menuju ke seorang penjual daging ayam untuk membeli dan segera pulang.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk berbelanja di dalam pasar, Verina sekarang sudah selesai membeli semua bahan-bahan yang diminta oleh mamanya dan kemudian dia berjalan keluar pasar untuk pulang.
Langkah kakinya berjalan dengan santai menuju ke parkiran motor dan kemudian menaruh barang belanjaannya di atas motor. Gadis cantik itu melajukan motornya pergi dari pasar menuju ke rumahnya.
Di sepanjang perjalanan sama seperti tadi saat dirinya berangkat ke pasar dirinya selalu nyanyi sampai akhirnya sakit kan karena ada sebuah motor sport yang hampir menabrak dirinya dan membuatnya meraih mendadak dan juga motor yang hampir menabraknya itu berhenti di jalan.
"Berhenti kamu! Punya mata nggak sih? Naik motor kebut-kebutan! Kamu kira ini jalan milik nenek moyang kamu!" tegas Verina naik darah pada seorang remaja laki-laki yang berhenti di pinggir jalan kembali menoleh kebelakang menatap dirinya tanpa menjawab kalau yang dia katakan pada remaja laki-laki itu.
"Turun kamu! Ganti rugi!" tambah Verina dengan tegas pada remaja laki-laki itu.
Remaja laki-laki itu memutuskan untuk membuka helmnya dan dirinya turun dari motor dan berjalan menghampiri gadis cantik yang tengah marah-marah pada dirinya itu tempatnya meminta ganti rugi dan dirinya akan memberikan uang sebagai ganti rugi.
Kedua pasang mata Verina dibuat tidak berkedip karena melihat ketampanan dari remaja laki-laki yang hampir menabraknya itu dan baru saja dia marahi habis-habisan.
Seperti bermimpi karena bertemu dengan seorang remaja laki-laki yang sama persis seperti pangeran yang dia hayalkan selama ini.
"Ini aku ganti lima ratus ribu," ucap remaja laki-laki itu pada Verina dengan jelas dan singkat.
Verina masih dibuat tidak sadar karena dirinya gagal fokus melihat ketampanan dari remaja laki-laki yang saat ini berdiri di depannya dengan menyodorkan uang rp500.000 ke arahnya.
"Kamu tadi minta ganti rugi dan sekarang malah bengong. Jadi nggak mbak?" tanya remaja laki-laki itu pada Verina dan mendadak Verina tersadar sembari tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Verina sadar remaja laki-laki di depannya ini memberikan beberapa lembar uang rp100.000 dan pada dirinya dan membuatnya tidak percaya bahwa remaja laki-laki yang hampir menabraknya ini mau mengganti rugi.
"Ini serius kamu mau ganti rugi?" tanya balik Verina pada remaja laki-laki itu.
Remaja laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menghela nafas pelan dan lama-kelamaan dibuat naik darah oleh Verina.
"Jangan sampai membuat aku marah disini karena kamu yang tidak jelas ini. Tadi kamu bilang ke aku katanya mau minta ganti rugi, dan sekarang aku beri uang malah tanya serius atau tidak. Kalau cuma mau bercanda dan hanya cari perhatian jangan sama aku," jawab remaja laki-laki itu panjang lebar pada Verina.
"Apa kamu bilang? Ulangi," ujar Verina pada remaja laki-laki itu.
"Nggak mau, ini uang lima ratus ribu buat ganti rugi. Aku nggak menemukan luka parah dan pasti hanya kamu kaget aja, aku minta maaf," sahut remaja laki-laki itu dengan jelas pada Verina dan kemudian membalikkan badannya berjalan melenggang pergi dari hadapan gadis cantik itu.
"Aku belum mengatakan memaafkan kamu atau tidak, dan kamu udah pergi begitu saja?" tanya Verina pada remaja laki-laki itu sembari berdecak pinggang.
Remaja laki-laki itu tetap berjalan meninggalkan Verina yang masih menggerutu ditengah jalan sampai sebuah mobil membunyikan klaksonnya agar Verina minggir dan tidak ditengah-tengah jalan.
"Iya-iya, Pak. Sebentar, sabar kenapa sih?" ujar Verina pada seorang paruh baya laki-laki yang mengendarai mobil itu. tentunya sambil menggerutu.
Gadis cantik itu kemudian meminggirkan motornya dan menoleh ke belakang apakah remaja laki-laki tadi masih di situ dan ternyata saat dia melihatnya sudah tidak ada di tempat yang tadi dimana menaruh motor di pinggir jalan.
"Dia di mana tadi?" gumam Verina bertanya pada dirinya sendiri sembari mengedarkan kedua pasang matanya ke seluruh penjuru jalan namun tetap tidak menemukan remaja laki-laki tadi.
Verina kemudian menyimpan uang itu dan dirinya berjanji jika bertemu dengan remaja laki-laki tadi akan mengembalikannya. Verina mengaku kagum namun kesal pada remaja laki-laki tadi sebab hampir membuat dirinya terjatuh.
Verina menaiki motornya dan melaju pergi menuju ke rumahnya.
Sementara itu, di sisi lainnya atau lebih tepatnya di sebuah cafe banyak remaja laki-laki yang berkumpul disana dan mereka yang awalnya duduk dengan santai melihat kedatangan seorang remaja laki-laki mereka semua langsung berdiri dari duduknya masing-masing.
"Kenapa baru sampai, Ja?" tanya seorang remaja laki-laki pada yang tadi telah hampir membuat Verina jatuh dari motor.
"Tadi hampir nabrak cewek," jawab remaja laki-laki itu pada temannya.
"Kok bisa? Siapa memangnya, Ja?" tanya Riski pada Raja.
"Nggak tau." jawabnya dengan singkat dan malas.
Dan ya, remaja laki-laki itu adalah Adipati Raja Pamungkas. Si cowok yang memiliki sejuta rahasia di balik tatapan dingin dan parasnya yang hampir sempurna itu.
..