Chereads / CRUSH IN RUSH / Chapter 7 - Chapter 7

Chapter 7 - Chapter 7

"Beli lagi kenapa, Ja? Biar uang di lemari cepat habis," ucap Riski dengan mudahnya pada Raja.

"Gitar dari kakek moyang tidak bisa tergantikan," sahut Raja pada Riski sembari memasang raut wajah serius.

"Kakek moyang kamu suka main gitar?" tanya Riski dengan polosnya pada Raja.

"Iya."

*

*

**

Siang hari ini semua siswa siswi di sekolah Verina berhamburan berjalan keluar kelas menuju ke tempat parkir dan sebagian sudah berada di halte untuk menunggu jemputan.

Verina dan Nabila baru saja berjalan keluar kelas menyusuri koridor menuju ke halte sembari menunggu semuanya sudah pulang sehingga tidak ramai-ramai keluar gerbang sekolah.

"Mau diantar sama Arhan nggak?" tanya Nabila pada Verina.

"Nggak," jawab Verina singkat dan cepat.

Terlihat dari parkiran seorang remaja lelaki menaiki motornya dan melaju menghampiri Verina yang sekarang tengah berjalan menuju ke halte depan.

Langkah kaki gadis itu tentu mendadak berhenti dan sangat kesal pada Arhan.

"Bisa nggak sih kamu itu sehari nggak ganggu aku?" tanya Verina pada Arhan.

"Aku nggak ganggu, aku cuma mau nawarin kamu supaya aku antar," jawab Arhan apa adanya pada Verina.

Verina semakin memasang raut wajah datarnya.

"Tidak perlu tumpangan, terimakasih," ucap Verina pada Arhan dan melenggang pergi begitu saja.

Nabila yang tidak enak dengan Arhan langsung meminta maaf pada Arhan atas sikap Verina yang tidak mengenakan.

"Maafin Verina ya Han? Kamu tahu lah dia seperti apa kalau sama kamu," ujar Nabila pada Arhan.

Arhan hanya tersenyum manis dan mengangguk mengiyakan dengan apa yang dikatakan Nabila pada dirinya.

"Ini yang harus aku terima memang, saat menyukai seseorang yang tidak menyukaiku," sahut Arhan dengan jelas pada Nabila.

Nabila mengiyakan dan hanya mengangguk pelan, baru setelah itu namanya dipanggil Verina untuk segera naik ke mobil yang sudah menjemput mereka berdua.

Sesampainya didalam mobil Nabila memperingati Verina agar bersikap lebih baik lagi.

"Kurang baik apa aku selama ini menghargai dia? Dia terus maksa dekat aku," ujar Verina pada Nabila.

"Namanya juga orang suka Na, jadi ya seperti itu. Mau kamu beri kotoran banyak pun jika dia suka akan tetap dekat, beda kalau nggak suka ya seperti kamu ini. Benar kamu harus menghargai, tapi tidak hanya satu waktu saja," ucap Nabila panjang lebar menjelaskan pada Verina.

"Lebih baik dia tidak perlu suka sama aku," sahut Verina pada Nabila.

"Mungkin jika dia tahu akhirnya akan seperti ini, pasti dia tidak akan mau mengenal cinta apalagi suka sama seseorang," jelas Nabila pada Verina dan langsung membuat Verina terdiam seketika.

Di sisi lainnya tempatnya disebuah tongkrongan yang biasa ditempati Raja dan Riski sepulang sekolah. Mereka berdua makan dan minum disana sembari bercanda tawa ria disana.

Ada seorang paruh baya bernama Ahmad pemilik tongkrongan itu dan sudah seperti orangtua sendiri oleh Raja dan Riski serta teman-teman Raja yang lainnya.

"Abah Ahmad, Raja mau air putih sama roti satu, kalau Riski air kobokan juga tidak apa-apa," ujar Raja pada Abah Ahmad dan tentu membuat Riski yang mendengarnya langsung berdiri dari duduknya meminta penjelasan pada Raja.

"Kamu kenapa?" tanya Raja pada Riski sembari mengerutkan keningnya.

"Apa maksudnya air kobokan?" tanya balik Riski pada Raja.

"Oh air kobokan, air kobokan ialah air bekas cucian piring didapur. Sekian," jawab Raja pada Riski menjelaskan dengan mudah.

"Abah tidak perlu mendengarkan kalian berdua bertengkar, sekarang kalian berdua belikan Abah gado-gado dijalan sebrang seperti biasa," ujar Abah Ahmad pada Raja dan Riski.

Keduanya selalu bersemangat jika diminta untuk beli gado-gado di jalan sebrang. Abah pasti saat lapar meminta Raja dan Riski untuk membelikan gado-gado ditempat yang sama.

Kedua remaja laki-laki itu begitu bersemangat ketika dimintai tolong oleh Abah untuk membelikan gado-gado di jalan sebrang.

Baru saja keduanya menaiki motor masing-masing datang sebuah mobil yang sangat dikenali oleh Raja dan Riski. Siapa lagi kalau bukan Tasya yang ingin ke mall bersama dengan Raja.

Raja sangat kesal, bagaimana bisa Tasya datang ke tempat tongkrongannya dijam siang panas-panas seperti ini? Pintu mobil gadis itu terbuka dan dari bawah terlihat sebuah kaki dengan menggunakan sepatu mahal turun dari mobil itu.

"Kamu disini? Dirumah pantesan nggak ada," ujar Tasya pada Raja.

"Jamu ngapain ke sini? Jual ginjal?" tanya Riski pada Tasya.

"Diam dan jangan berbicara karena bicaramu menyakitkan," jawab Tasya pada Riski membuat Riski semakin panjang lebar lagi mengoceh.

"Udah datang nggak diundang, bicara nggak berhenti," ucap Riski pada Tasya.

"Mulut punya siapa?"

"Kamu,"

"Yang aku kejar disini siapa?"

"Raja,"

"Terus kenapa bicaranya sama aku?" tanya Tasya pada Riski.

"Karena Raja nggak mau bicara sama kamu," jawab Riski pada Tasya membuat gadis itu langsung melangkah mendekati Raja.

Raja spontan mundur agar tidak dekat dengan Tasya.

"Kamu kenapa sih? Aku kan wangi dan juga bersih, kok malah menjauh gitu?" tanya Tasya pada Raja.

"Yaudah kamu mau apa?" tanya balik Raja langsung pada intinya pada Tasya.

"Aku mau kamu tidak perlu pergi cukup ke mall sama aku," ujar Tasya pada Raja.

Raja otomatis menolak ajakan Tasya. Raja paling anti dengan mall, apalagi yang mengajak Tasya, tentu dia sangat-sangat tidak mau.

"Harganya murah-murah kok, kamu nggak perlu takut walau hanya masuk nggak beli," ujar Tasya pada Raja.

"Tidak," jawab Raja pada Tasya.

"Ucapan kamu juga menyakitkan juga, masa Raja hanya diam saja didalam mall," ujar Riski pada

"Aku nggak mau kamu ajak,"