Chereads / CRUSH IN RUSH / Chapter 10 - Chapter 10

Chapter 10 - Chapter 10

"Mau rumah sakit atau kuburan?" tanya Raja pada Riski sembari mengepalkan tangannya dan berancang-ancang ingin memukul wajah sahabatnya itu.

"Pukul sampai ke liang lahat juga nggak masalah. Nanti kamu juga nggak akan bisa tidur kalau aku tinggal," jawab Riski pada Raja dengan mudahnya.

"Terserah!"

"Dasar sombong, sok ganteng, ngeselin, pembawa sial, anaknya kudanil."

"Ulangi," ujar Raja pada Verina.

"Sombong, sok ganteng, ngeselin, pembawa sial, anaknya kudanil! Kurang keras?" tanya Verina pada Raja.

"Kenapa nungguin dari tadi kalau aku sombong, sok ganteng, ngeselin, pembawa sial?" tanya balik Raja pada Verina membuat Verina membelalakkan kedua matanya.

"Kaget pasti mereka berdua," sahut Riski pada Raja.

Nabila terdiam dan Verina salah tingkah sendiri.

"Dari awal aku sudah tahu, dan maaf tadi aku sempat ngeselin. Kita bisa temenan sekarang," ujar Raja pada Verina sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sebagai tanda pertemanan mereka.

"Malu banget," gumam Verina sembari menoleh ke samping.

"Tidak perlu malu," ucap Raja pada Verina.

"Terus?" tanya Nabila pada Raja.

"Kalau mau temenan ya temenan saja, sekarang aku mau pulang sudah ditunggu sama mama," jawab Raja dengan mudah dan setelah itu melenggang pergi begitu saja dari hadapan Verina dan Nabila yang masih berdiri mematung bingung dengan apa yang barusan dia katakan.

Verina berbalik badan bertanya pada Nabila.

"Dia ngomong begitu serius atau tidak?" tanya Verina pada Nabila.

"Kalau dilihat dari mukanya, dia serius dan dia tidak pernah bohong," jawab Nabila pada Verina.

"Kok tahu?" tanya Verina pada Nabila.

"Dia kalau bohong pasti garuk belakang kepala," jawab Nabila pada Verina.

Nabila paham karena sesekali pernah memergoki Raja bohong. Meskipun keduanya jarang bersama namun Nabila paham dengan sikap Raja.

Di sisi lainnya, atau lebih tepatnya di rumah Raja sekarang, Riski bertanya-tanya terus dari depan pintu gerbang sampai ke dalam kamar Raja.

"Kamu berhenti bicara bisa nggak sih?" tanya Raja pada Riski.

"Nggak," jawab Riski singkat padat dan jelas pada Raja.

"Terserah," ucap Raja pada Riski sembari menghela nafas berat.

"Serius kamu tadi mau temenan sama cewek tadi?" tanya Riski pada Raja.

"Kamu kira aku hanya omong kosong? Terus apa gunanya aku diam-diam dengerin obrolan cewek itu?" tanya balik Raja pada Riski.

"Ya nggak tahu lah, kan kamu yang punya ide seperti itu," jawab Riski dengan entengnya pada Raja.

"Oke aku jawab. Aku mau temenan sama dia karena dia benar-benar belain datang ke rumah Nabila hanya karena ingin tahu tentang aku. Berhubung aku terlebih dahulu tahu tentang dia, yaudah temenan aja apa salahnya?" tanya Raja pada Riski.

"Nggak ada, aku cuma memastikan saja," jawab Riski pada Raja sembari mengangkat kedua sudut bibirnya mengulas senyum lebar.

"Benar-benar," tambah Riski pada Raja.

"Apalagi?" tanya Raja pada Riski.

"Tasya bagaimana?"

*

*

**

Disebuah mall besar, seorang gadis cantik tengah berjalan sendirian sembari membawa banyak tas belanjaan sembari menggerutu di sepanjang jalan di mall.

"Andai Raja ikut pasti aku nggak se repot ini bawa barang belanjaan," gumamnya bukan untuk pertama namun untuk kesekian kalinya.

Banyak pasang mata memperhatikan Tasya namun gadis cantik itu tidak peduli yang terpenting baginya adalah, barang yang dia mau sudah dia beli.

"Setelah ini mau ke rumah Raja, mau buka barang belanjaan bareng mamanya Raja," ujar Tasya pada dirinya sendiri.

Sementara itu Verina sekarang masih berada di rumah Nabila, membahas tentang Raja yang tadi mengatakan mau berteman dengannya.

"Dia serius nggak sih?" tanya Verina pada Nabila.

"Lihat saja nanti," jawab Nabila final pada Verina.

Verina mengangguk mengiyakan, dia akhirnya memilih untuk pamit pulang sebab hari sudah sore dan pasti mamanya tengah menunggu dirinya di rumah.

Verina menggunakan mobilnya sendiri dengan pak sopir yang sedari tadi mengobrol dengan pak satpam yang bekerja di rumah Nabila.

"Ayo pulang, mama sudah menunggu," ujar Verina pada pak sopirnya itu.

"Baik non," sahut pak sopir itu pada Verina dan langsung berdiri dari duduknya berjalan masuk ke dalam mobil.

Beberapa detik kemudian mobil melaju meninggalkan rumah Nabila menuju rumah Verina. Dimana sekarang di rumah itu, Joko tengah berbicara dengan Triana tentang Verina yang tadi di kantor langsung mau diajak berteman dengan Tino padahal sebelumnya sempat tidak mau.

"Beneran Verina mau? Biasanya kalau ketemu orang baru dia langsung nolak nggak mau, kok ini dia mau?" tanya Triana pada Joko.

"Mungkin karena Nabila yang meminta, dia kan sayang banget sama Nabila," jawab Joko pada Triana apa adanya.

Memang Verina begitu sayang dan percaya pada Nabila dan mereka berdua jika bersama terlihat seperti saudara kandung. Nabila yang selalu mendukung Verina dan Verina yang selalu percaya dan yakin pada Nabila.

Beberapa menit setelah mereka berbincang tentang Verina, akhirnya Verina sudah pulang dengan senyum cerianya.

Kedua pasang mata Triana mendapati putrinya tidak membawa buku, diapun langsung berdiri dari duduknya dan menanyai Verina.

"Kenapa ma?" tanya Verina pada Triana yang terlihat sekarang tengah mencurigai dirinya.

"Harusnya mama yang tanya sama kamu, kenapa kamu kerja kelompok tidak membawa buku? Apa yang kamu kerjakan jika kerja kelompok tidak membawa buku?" tanya balik Triana pada Verina membuat Verina bingung harus menjawab apa.

Bagaimana bisa dia lupa membawa buku dan alat tulisnya agar mamanya tidak memarahinya.

"Yang Verina kerjakan disana hanya membaca sebentar ma," jawab Verina apa adanya pada Triana.

Memang sempat membaca namun hanya sebentar sebab Nabila sempat bertanya tentang soal yang tidak dipahami didalam tugasnya.