"Bu jangan keluar dulu saya mau meminta penjelasan tentang bab ini, sebab ada sebagian yang membuat saya bingung Bu," ujar Verina pada ibu guru yang sudah berdiri dan hendak beranjak pergi keluar kelas.
"Kenapa baru tanya sekarang? Tadi ibu tanya semuanya diam," sahut paruh baya perempuan itu pada Verina.
"Soalnya tadi saya malu Bu," ucap Verina beralasan pada paruh baya perempuan itu.
"Baiklah akan ibu jelaskan," sahut ibu guru itu dengan senang hati membuat Verina lega begitu juga Nabila yang mengawasi keberadaan Arhan.
Sementara itu diluar kelas Arhan setia menunggu begitu lama, namun tidak kunjung keluar kelas yang dia tunggu. Remaja laki-laki itu duduk di kursi yang ada didepan kelas Verina dan kemudian membuka handphonenya.
Tepat saat remaja laki-laki itu membuka handphonenya, ada pesan masuk dan itu dari temannya yang memintanya untuk datang di kantor guru olahraga. Menerima pesan itu dari temannya, mau tidak mau Arhan harus datang dan akan datang kembali setelah urusannya selesai dengan guru olahraganya.
Arhan berdiri dari duduknya dan berjalan melenggang pergi dari kelas Verina. Nabila yang melihat hal itu dengan jelas diapun langsung memberitahukan hal itu pada Verina tepat juga saat ibu guru menjelaskan hingga Verina sangat lebih dari paham.
"Seperti itu Verina, baiklah ibu kembali ke kantor dulu sampai jumpa Minggu depan anak-anak," ucap paruh baya itu pada seisi kelas Verina.
"Terimakasih bu," sahut semuanya dengan serempak.
Selesai itu mereka berjalan keluar kelas menuju ke kantin, namun tidak dengan Verina dan Nabila yang memilih untuk duduk di dalam kelas tidak keluar.
"Dia ngapain pakai nunggu didepan kelas segala?" tanya Verina pada Nabila.
"Ya mana aku tahu, Na," jawab Nabila pada Verina sembari mengangkat kedua bahunya keatas.
"Ya udah kalau gitu aku nggak mau ke kantin, kita cukup ke perpustakaan aja. Adapun nanti dia cari kita ke sana kita ngumpet lagi biar nggak ketemu," ucap Verina pada Nabila.
"Iya, aku ikut kamu aja," sahut Nabila pada Verina dan diangguk i oleh Verina.
Mereka berdua pun berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas menuju ke perpustakaan dengan cepat, khawatir jika ada Arhan di belakang mereka dan Verina tentu akan nekat berbicara sejujurnya pada Arhan tentang dirinya yang tidak suka dengan Arhan.
Belum sampai di perpustakaan kedua gadis cantik itu sudah berhadapan dengan Arhan yang mengembangkan senyum tulusnya pada Verina dan Nabila.
Verina sangat kesal, bagaimana bisa Arhan ada didepannya? Dan sepertinya idenya ini sangat buruk.
"Verina," ucap Arhan mengawali pembicaraan.
Verina diam, tidak senyum ataupun menatap Arhan. Nabila yang melihat jelas hal itu, dirinya merasa tidak enak dengan Arhan yang setiap kali bertemu dengan Verina pasti tidak di hargai.
"Iya Arhan, kita berdua tadi mau meminjam buku eh ada kamu," ujar Nabila pada Arhan.
"Kenapa kalau ada aku?" tanya Arhan pada Nabila dan Verina terutama.
"Nggak kenapa-kenapa," jawab Nabila pada Verina.
"Kamu sedari tadi diam kenapa?" tanya Arhan pada Verina.
"Dia lagi sariawan jadi nggak mau berbicara," jawab Nabila beralasan pada Verina.
"Sariawan? Tidak apa-apa tidak ngobrol, yang penting kamu mau menerima ini dari aku," ucap Arhan pada Verina.
Verina hanya melirik dan dirinya semakin tidak suka dengan Arhan. Entah ada apa dengan Arhan, Verina sangat membencinya.
"Asal kamu tahu Arhan. Aku disukai kamu itu merasa tersiksa. Kamu harus tahu aku seperti ini tandanya aku risih dengan kehadiranmu. Maaf kata-kata ku sangat kasar, namun inilah kenyataannya," jelas Verina begitu saja pada Arhan dan tentu hal itu diluar kendali Nabila selaku sahabat Verina.
"Apa yang kamu katakan?" tanya Nabila pada Verina sembari melirik Arhan sekilas yang terlihat sangat terpukul dengan apa yang dikatakan oleh Verina barusan.
"Aku mengatakan semuanya yang aku pendam selama ini," jawab Verina sangat jujur pada Arhan.
"Jika kamu risih, kenapa mau basket sama tim aku?" tanya Arhan pada Verina.
"Hanya untuk nilai," jawab Verina pada Arhan dengan begitu kejamnya.
"Verina!" sahut Nabila sangat tegas pada Verina, berhasil membuat Verina tersentak kaget.
"Kamu seharusnya tidak mengatakan hal itu pada Arhan, sama aja kamu menyakiti dia secara langsung. Aku tahu kamu yang sebenarnya tidak suka Arhan, tapi jangan seperti ini juga Verina," tambah Nabila pada Verina agar sadar dengan apa yang dikatakannya.
Verina terdiam dan merasa sedikit bersalah.
"Maafkan aku jika selama ini mengusik dirimu, menyiksa dirimu, dan membuatmu sangat tidak nyaman aku minta maaf. Tapi ketahuilah, bahwa aku sangat sayang sama kamu, Verina," jelas Arhan pada Verina, Verina hanya memandang Arhan dengan pandangan yang sulit dideskripsikan.
"Jika ketidakhadiran ku membuatmu tenang dan bahagia, aku akan pergi aku berjanji tidak akan menemuimu lagi sebelum kamu yang meminta diriku kembali disini," tambah Arhan pada Verina dan berhasil membuat Nabila tersentuh dan akhirnya menangis.
Arhan pergi dari hadapan Nabila dan Verina dengan perasaan kecewa dan sangat tidak menyangka bahwa seseorang yang dia sukai selama ini tidak menginginkan kehadirannya.
Verina ingin melangkahkan kakinya untuk menyusul Arhan, namun tidak bisa. Hatinya melarangnya dan matanya memandang punggung remaja laki-laki itu yang mulai menjauh darinya.
"Kenapa sih kamu sangat tidak suka sama Arhan yang sudah jelas-jelas baik sama kamu?" tanya Nabila pada Verina.
"Apakah aku tidak boleh menentukan pilihan ku sendiri?" tanya Verina balik pada Nabila.
"Tentu boleh, namun tidak seperti tadi cara kamu menjauh, bisa saja dia dendam dan melakukan hal lain untuk membalas perkataan mu yang menyakitkan itu," jawab Nabila dengan jelas pada Verina.