"Verina," panggil Riski pada Verina dan tentu membuat Verina menoleh ke sumber suara yang memanggil dirinya.
Verina mendapati Riski tengah berdiri di sampingnya dia pun kemudian meminta kedua remaja laki-laki itu untuk duduk di depannya sebab masih ada 2 kursi kosong yang ada di meja makan cafe itu.
"Serius ini aku sama Raja nggak apa-apa duduk di sini?" tanya Riski pada Verina dan Nabila.
"Duduk aja kalau mau duduk," jawab Nabila pada Raja dan Riski.
Keempat remaja itu akhirnya duduk dalam satu meja makan, Verina, Nabila terdiam tidak mengeluarkan suara begitu juga dengan Riski dan Raja yang masih saja terdiam.
"Bil," panggil Raja pada Nabila.
"Apa?" tanya Nabila pada Raja.
"Riski mau ngomong sebentar sama Verina boleh?" tanya Raja pada Nabila.
"Verina nya mau atau nggak," jawab Nabila pada Raja.
"Mau ngomong apa?" tanya Verina pada Riski.
Semuanya terdiam mendengar jawaban dari Riski. Raja dan Nabila sama sekali tidak bersuara, mereka fokus memperhatikan Riski dengan keberanian untuk mengungkapkan perasaan pada Verina.
"Aku suka sama kamu sejak pertama kali bertemu," ujar Riski pada Verina dengan jelas dan terdengar di telinga Verina membuat Verina mengerjapkan matanya beberapa kali.
Verina bingung harus mengatakan apa pada Riski, jujur jika dengan Riski Verina hanya ingin berteman dan begitu juga dengan Raja. Meskipun Verina terlihat suka namun dirinya tidak mau berpacaran.
Riski terdiam sabar menunggu jawaban keluar dari mulut Verina. Nabila hanya diam begitu juga dengan Raja.
"Pasti kamu kaget kan? Tapi memang kenyataannya aku suka sama kamu," tambah Riski pada Verina lebih jelas lagi.
"Terimakasih sudah suka sama aku, tapi maaf kita temenan aja. Aku tidak ingin berpacaran dengan siapapun itu, sebab yang aku inginkan hanya berteman tidak lebih dari itu," ujar Verina pada Riski apa adanya dan diangguk i oleh Riski.
"Apapun jawabannya dari kamu aku terima, yang penting aku sudah mengatakan sejujurnya ke kamu," sahut Riski pada Verina dan hanya dijawab senyuman tipis oleh Verina.
"Kenapa jadi begini suasananya? Kalian berdua udah makan? Kalau belum ayo makan sama kita," ucap Nabila pada Riski dan Raja.
"Nggak, kalian aja kita berdua udah makan duluan tadi," sahut Riski pada Nabila dan Verina.
Setelah itu Raja dan Riski pergi dari cafe meninggalkan Verina dan Nabila yang masih makan di sana. Nabila langsung bertanya pada Verina bagaimana bisa Riski mengatakan hal itu pada Verina.
"Riski kok bisa suka sama kamu?" tanya Nabila pada Verina dengan memasang raut wajah begitu penasarannya.
"Bisalah kan dia cowok, jadi wajar kalau suka sama cewek," jawab Verina dengan entengnya pada Nabila.
"Kenapa kamu tolak?" tanya Nabila pada Verina.
"Tahu sendiri kan aku tidak suka pacaran, hanya suka menyukai orang yang tidak suka aku," jawab Verina dengan jelas pada Nabila.
"Kalau orang yang kamu sukai ternyata suka kamu juga bagaimana?" tanya Nabila pada Verina.
"Yaudah temenan aja," jawab Verina pada Nabila tetap pada kepercayaan dirinya yang tidak ingin berpacaran dan memilih untuk menyukai saja.
"Baiklah, tetap pada pedoman kamu," ujar Nabila pada Verina dengan jelas dan di jawab senyuman manis oleh Verina.
Waktu terus berjalan sampai sekarang menunjukkan pukul 16:00 sore. Langit berubah berwarna hitam panda mendung telah tiba dan mungkin beberapa menit lagi hujan akan turun.
Verina saat ini tengah berada di dalam kamarnya tepatnya 2 tengah duduk di dekat jendela yang di mana di luar jendela menampakan pemandangan pepohonan yang amat banyak dari atas.
Butiran air bening jatuh dari langit dan hal itu membuat Verina antusias membuka jendela dan melihat air hujan yang sudah turun. Verina saat ini terpikirkan dengan Raja bukan dengan Riski yang jelas-jelas baru saja mengungkapkan perasaan pada dirinya.
Mengapa di saat ada remaja laki-laki itu, Verina menjadi lebih tenang dan bahagia. Kehadiran Raja membuatnya merasa lengkap, tidak dengan Riski yang biasa saja baginya tidak dengan Raja.
Lamunannya terbuyarkan karena seorang paruh baya perempuan datang di kamarnya gambar yg membawakan minuman teh hangat untuk dirinya.
"Mama," ucap Verina memanggil mamanya yang membawakan nampan berisi teh hangat.
"Hujan-hujanan seperti ini mama buatkan teh hangat untuk kamu sayang, di minum ya biar badannya hangat," sahut Triana pada Verina dan langsung diterima oleh Verina sembari mengulas senyum lebar pada mamanya itu.
"Mama udah minum teh hangat juga?" tanya Verina pada Triana.
"Sudah," jawab Triana pada Verina.
"Papa belum pulang, ma?" tanya Verina pada Triana.
"Belum, mungkin masih nanti jam delapan malam katanya," jawab Triana pada Verina.
"Oke," ucap Verina pada Triana.
Di sisi lainnya tepatnya di rumah Raja, di mana sekarang remaja laki-laki itu tengah bermain handphone di dalam kamarnya dan tidak tahu bahwa sore ini tengah hujan.
Bagaimana dia bisa tahu bahwa sore ini hujan? Jendela kamarnya saja sudah di tutup dan di dalam kamarnya tidak terdengar suara hujan yang tidak begitu deras sore hari ini.
Seorang pemuda yang berjalan dari lantai bawah ke lantai atas tepatnya ke kamar Raja untuk membangunkan Raja yang dia kira tiduran di kamar.
Pintu di ketuk dan tentu yang di dalamnya mendengar suara ketukan itu. Raja bergegas mematikan handphonenya dan kemudian dia beranjak turun dari kasur berjalan menuju pintu kamarnya, untuk membuka siapa yang datang ke kamarnya.