Masih di ruangan papanya, sekarang gadis cantik itu tengah menggerutu dan sangat kesal pada papanya. Bagaimana tidak dirinya sangat kesal saat ini seorang remaja laki-laki duduk di depannya dan papanya duduk di meja kerja tanpa menemaninya mengobrol dengan remaja laki-laki ini.
"Jadi, ini alasan papa pengen banget aku ke kantor buat ketemu sama orang ini?" tanya Verina pada papanya.
"Iya," jawab Joko singkat pada putrinya.
"Papa tahu kan kalau aku paling nggak suka dikenalkan ke siapapun itu karena aku juga nggak mau kenal siapapun pa. Tapi kenapa papa bawa aku ke kantor hanya untuk ketemu dia? Kerja kelompok ku berantakan jadinya kan," ucap Verina pada papanya.
"Hanya kenalan saja Verina," sahut Joko pada putri cantiknya itu.
"Lama-lama papa nggak pengen kita kenalan, Verina yakin. Karena hal ini biasa dan sangat sering terjadi," ujar Verina pada papanya.
"Temenan saja sayangnya papa," ucap Joko pada Verina.
"Nggak ada gunanya pa, kalaupun mau temenan sama Verina, nggak perlu di kantor. Di rumah kan bisa," sahut Verina pada Joko.
"Tapi, bukan berarti Verina mau dikenalkan sama dia," tambah Verina pada Joko.
"Kamu ada masalah apa sampai tidak mau kenalan sama aku?" tanya Tino pada Verina.
Verina yang tadinya tidak menghadap ke wajah remaja laki-laki itu, diapun langsung menoleh tepat dihadapan remaja laki-laki itu.
"Aku nggak ada masalah apapun. Aku hanya tidak mau dikenalkan dengan orang bisnis," jawab Verina apa adanya pada Tino.
"Yang pebisnis papa aku, bukan aku. Aku hanya anak SMA dan pengen punya teman, sudah gitu saja. Dan jangan kamu pikir papa kamu akan menjodohkan kita, ataupun pengen kita pacaran. Itu salah," ucap Tino pada Verina membuat Verina sedikit lega.
"Oke kalau begitu, hanya teman saja nggak lebih. Sudah selesai kan pa? Verina mau pulang," sahut Verina pada papanya setelah menjabat tangan Tino dan mereka resmi berteman.
"Kok cepat sekali Verina? Belum ngobrol loh kamu sama Tino," ucap Joko pada Verina.
"Udah barusan, dan papa janji katanya sebentar kan?" tanya Verina pada Joko dan dijawab anggukan oleh Joko.
Joko teringat akan janjinya pada Verina bahwa berjanji hanya sebentar mengajak putrinya itu ke kantornya.
"Tidak apa-apa, kapan-kapan boleh main bareng nggak?" tanya Tino pada Verina.
"Boleh," jawab Verina pada Tino dan kemudian berdiri dari duduknya berjalan cepat keluar kantor papanya.
"Astaga anaknya siapa itu?" tanya Joko pada Tino sembari mengelus dada.
"Anak om,"
*
**
**
Sampailah sekarang gadis cantik itu di rumah sahabatnya di mana sekarang saya pengen sudah berada di depan rumah tempatnya berdiri di ambang pintu.
"Cepat banget, kamu pasti kabur dari mereka kan?" tanya Nabila pada Verina yang sekarang tengah berjalan ke arahnya.
"Nggak kok, aku tadi udah kenalan sama teman baru," jawab Verina apa adanya pada Nabila.
"Pasti cowok," ucap Nabila pada Verina.
"Benar," sahut Verina pada Nabila.
"Namanya?"
"Tino,"
"Anak pengusaha?"
"Iya,"
"Ganteng nggak?"
"Nggak,"
"Eh, kenapa tanya ganteng nggak? Kamu mau aku kenalin ke dia?" tambah Verina bertanya pada Nabila.
"Nggak, cuma pengen tahu aja, kan biasanya anak pengusaha ganteng kayak kamu perempuan cantik banget," jawab Nabila pada Verina.
"Biasa saja. Jadi nggak cari tahu tentang Raja?" tanya Verina pada Nabila.
"Aku sih terserah kamu," jawab Nabila pada Verina.
"Jadi,"
"Jadi ayo, aku tahu tadi dia baru pulang," sahut Nabila pada Verina.
"Ke rumahnya gitu kita?" tanya Verina pada Nabila.
"Nggak, kita duduk saja ditaman depan terus nanti dia pasti jalan ke sini ngambil payung," jawab Nabila pada Verina.
"Kok bisa bawa payung ke rumah kamu? Buat apa?" tanya Verina pada Nabila.
"Mamanya kemarin lihat bunga dirumah aku, eh ternyata hujan ninggal payung disini malah bawa mantel," jawab Nabila pada Verina.
"Kok gitu?" tanya Verina pada Nabila.
"Udahlah tunggu saja," jawab Nabila pada Verina.
Verina mengangguk mengiyakan, dia pun duduk dikursi taman depan rumah Nabila. Verina begitu penasaran, dirinya benar-benar ingin bertemu dengan Raja lagi, meskipun Raja tidak berangan ataupun berekspektasi akan bertemu dengan Verina.
Ternyata benar setelah sepuluh menit menunggu Raja datang bersama seorang remaja laki-laki yang tidak lain adalah Riski. Raja begitu kaget ketika mendapati gadis ini lagi didepannya.
"Kamu ngapain disini? Pasti ngikutin aku?" tanya Raja pada Verina membuat Verina gelagapan bingung harus menjawab apa.
Nabila melihat ekspresi Verina berusaha menahan tawanya agar sahabatnya itu tidak tertangkap basah bahwa telah menunggu dan penasaran dengan remaja laki-laki ini.
"Tidak Ja, dia biasa ke rumah aku. Kan aku sahabatnya, kalian jangan berantem terus kan masalah sudah selesai, lebih baik berteman," ujar Nabila pada Raja dan Verina.
Raja hanya menghela nafas berat.
"Mana payung mama aku?" tanya Raja pada Nabila.
"Yakin nggak mau akur?" tanya balik Nabila pada Raja.
"Akur? Harus banget? Aku saja tidak kenal dengan dia. Asal dari planet mana?" tanya Raja pada Nabila.
"Ngeselin banget sih kamu! Sombong! Sok ganteng! Aku kira kamu baik dan mau temenan sama aku! Ternyata dugaanku salah!" tegas Verina pada Raja setelah meneliti perilaku dan sikap Raja pada Nabila dan dirinya.
"Eh, kamu salah cantik. Raja ini baik nggak sombong, hanya memang dia seperti ini," ujar Riski pada Verina.
"Kalau sombong terusin! Aku yakin nggak akan ada yang suka kamu. Pantesan teman cuma satu," sahut Verina pada Raja.
"Kamu nggak jelas, baru kenal nggak tahu sifat orang yang sebenarnya jangan main menilai begitu saja," ucap Raja pada Verina dengan jelas.
"Semua sudah jelas dan singkat aku memahami," sahut Verina pada Raja.
"Siapa yang suruh memahami?" tanya Raja pada Verina.
Nabila menepuk jidatnya sendiri, bagaimana bisa sahabatnya ini malah mengaku? Padahal dirinya berusaha bersikap seolah-olah Verina tidak mengikuti ataupun mencari tahu tentang Raja.
Sudahlah Nabila hanya bisa diam mendengarkan perdebatan antara kedua remaja didepannya ini.
"Lanjutkan aku akan simak di sini," ujar Nabila pada Verina dan Raja.
"Dengerin baik-baik, pertama aku ketemu kamu dan aku sudah sial," ucap Raja pada Verina.
"Sial? Kamu bilang sial? Apa kabar denganku yang jatuh di jalan raya karena kamu yang naik motor kayak berandal," sahut Verina tidak ingin kalah dengan Raja.
"Kamu yang naik motor nggak tahu aturan. Makanya jatuh," ucap Raja pada Verina dan tentunya dirinya tidak mau kalah.
"Udah Raja," sahut Riski pada Raja.
"Nggak, dia harus diberi paham," ucap Raja pada Riski.
"Kamu yang harusnya paham!" sahut Verina pada Raja.
"Kamu!"
"Kamu!"
"Udah stop!!" teriak Nabila melerai keduanya yang sama-sama tidak ingin kalah ataupun mengalah.
"Sekali lagi kalian berantem, akan aku panggil kedua orang tua kalian, biar dibawa ke kantor urusan agama," ujar Riski pada Raja dan Verina.
"Mau rumah sakit atau kuburan?"