Masih di rumah Raja dimana Tasya tidak mau pulang padahal Raja sudah risih dan ingin menghilang saja dari hadapan gadis ini.
"Ma, mendingan si Tasya suruh pulang aja deh," ujar Raja pada mamanya.
"Dia kan nggak ganggu kamu, biarin saja lah," sahut Widya pada putranya.
"Ganggu banget malahan," ucap Raja pada mamanya.
"Nggak kok aku nggak ganggu, Raja kan nggak belajar dan aku nggak ganggu dia berarti," sahut Tasya membela dirinya sendiri.
"Mendingan kamu pulang saja daripada disini membuat aku risih!" tegas Raja pada Tasya.
Tasya menggelengkan kepalanya kuat tidak mau pulang dan pergi meninggalkan Raja. Raja terdiam dan kemudian memiliki ide untuk menjauh dari Tasya.
"Kamu nggak mau pergi kan?" tanya Raja pada Tasya.
"Iya," jawab Tasya pada Raja sembari menganggukkan kepalanya.
"Aku lapar pengen makan martabak didepan rumah, kamu mau kan belikan untuk aku?" tanya Raja pada Tasya.
Tasya kemudian melihat ke luar rumah dan mendapati seorang menjual martabak disana. Tasya mengiyakan dan meminta Raja untuk menunggu diruang tengah bersama dengan Widya.
Widya tahu apa yang dilakukan oleh putranya itu, diapun tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
"Akibat mempunyai wajah tampan, kamu banyak yang ngejar-ngejar," ujar Widya pada Raja yang sudah berlari menaiki anak tangga rumah menuju ke dalam kamar.
Sementara itu diluar Tasya tengah menunggu sembari menelepon Raja dari luar rumah. Didalam rumah tepatnya didalam kamar, handphone Raja berbunyi dan tentu itu panggilan dari Tasya.
"Ngapain sih dia menelepon aku segala? Nggak ada kerjaan banget," ucap Raja sembari melihat layar handphonenya yang terpampang jelas nama Tasya di sana.
Raja tidak menjawabnya dan memilih untuk menaruh handphonenya itu di dalam laci dan dia merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk tidur.
Kembali lagi di luar rumah dimana Tasya tengah menunggu martabaknya jadi sembari menggerutu karena Raja tidak menjawab teleponnya.
"Dia ada di ruang tengah kan? Apa mungkin handphonenya di dalam kamarnya? Ya sudahlah yang terpenting aku belikan dia martabak," ucap Tasya sembari memandang ke arah pintu rumah Raja.
Kembali lagi di rumah Nabila dimana Verina dan Nabila tengah asik menonton film sembari tertawa lepas karena film yang mereka tonton bercampur komedi.
"Oh iya Na," ujar Nabila pada Verina.
"Apa?" tanya Verina pada Nabila.
"Cowok yang kamu gambarkan tadi persis seperti tetangga aku," jawab Nabila pada Verina.
"Oh iya? Siapa namanya?" tanya Verina pada Nabila.
"Namanya Raja, Adipati Raja Pamungkas," jawab Nabila pada Verina.
"Namanya ganteng banget, mungkin dia orangnya," ucap Verina pada Nabila.
"Kamu mau tahu orangnya?" tanya Nabila pada Verina.
"Dia ada? Nanti kalau keluar bagaimana?" tanya Verina pada Nabila.
"Yaudah kalau keluar kita pulang saja," jawab Nabila pada Verina.
"Dekat rumahnya?" tanya Verina pada Nabila.
"Lumayan,"
Mereka berdua kemudian memutuskan untuk pergi keluar rumah dan melihat seorang remaja laki-laki yang dimaksudkan oleh Nabila pada Verina.
Di sepanjang perjalanan sepi, tidak ada orang sebab hari minggu seperti ini banyak yang keluar rumah untuk jalan-jalan mencari udara segar.
"Masih jauh?" tanya Verina pada Nabila.
"Depannya ada cewek beli martabak," jawab Nabila pada Verina sembari menunjuk ke arah Tasya yang tengah membeli martabak.
"Enak nggak?" tanya Verina pada Nabila.
"Apanya?" tanya balik Nabila pada Verina.
"Martabaknya kalau kamu mau beli," jawab Verina pada Nabila.
"Tujuannya kan lihat Raja, bukan beli martabak," ujar Nabila pada Verina.
"Iya-iya," sahut Verina pada Nabila sembari tersenyum lebar.
Nabila dan Verina berjalan sampai di depan rumah Raja, dan berpura-pura hanya lewat sebab ada Tasya yang memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.
Tasya selalu gerak cepat jika mengetahui ada gadis cantik yang sepertinya akan datang ke rumah Raja. Tasya berdiri dari duduknya dan menghampiri Verina dan Nabila.
"Kalian berdua siapa? Ngapain mondar-mandir didepan rumah orang?" tanya Tasya pada Verina dan Nabila.
"Kamu sendiri siapa? Kenapa beli martabak didepan rumah orang?" tanya balik Verina pada Tasya.
"Aku pacarnya yang punya rumah ini," jawab Tasya pada Verina dengan jelas dan membuat Nabila tertawa renyah.
Mendengar Nabila tertawa renyah, Tasya mengalihkan perhatiannya pada Nabila sembari memberikan tatapan tajam pada Nabila.
"Kenapa kamu malah tertawa nggak jelas?" tanya Tasya pada Nabila.
"Aku yang tetanggaan lama banget sama Raja, nggak pernah lihat dia pacaran," jawab Nabila pada Tasya.
"Karena kamu bukan orang terdekatnya, makannya dia tidak memberitahu kamu," ucap Tasya pada Nabila.
"Mengada-ngada aku juga bisa," sahut Nabila pada Tasya dan kemudian melanjutkan langkahnya bersamaan dengan Verina yang hanya diam memperhatikan perdebatannya dengan Tasya.
"Kalian berdua sebenarnya siapa sih?" tanya Tasya pada Nabila dan Verina.
"Manusia," jawab Verina singkat.
Tasya mencoba untuk bersabar dan saat ingin mengatakan sesuatu pada kedua gadis itu, martabaknya sudah jadi dan membuatnya harus meninggalkan kedua gadis itu sebab dirinya harus memberikan martabak itu pada Raja.
Nabila dan Verina tertawa kecil melihat Tasya sebab mengaku sebagai pacar Raja padahal Raja sangat tidak suka pada Tasya.
"Dia itu bukan siapa-siapanya Raja, tapi suka banget nempel dan kejar Raja," ucap Nabila pada Verina.
"Yang mana sih si Raja itu?" tanya Verina pada Nabila.
"Nggak tahu dia belum keluar, dan kalau ada si cewek tadi dia pasti sembunyi," jawab Nabila apa adanya pada Verina.
"Besok ada hari kan? Besok saja ke sini lagi, karena aku pengen banget ketemu sama Raja," ucap Verina pada Nabila.
"Baiklah tidak apa-apa," sahut Nabila pada Verina dan kemudian mengajak Verina untuk kembali pulang ke rumahnya.
Kembali lagi di dalam kamar Raja, dimana remaja laki-laki itu terganggu akibat mendengar suara ketukan pintu berkali-kali dan membuatnya berteriak didalam bantal.
"Datangkan lah malaikat penyelamat!" ucap Raja berteriak dalam bantalnya.
Widya yang mendengar suara ketukan pintu berkali-kali dia juga merasa terganggu dan meminta Tasya untuk turun dari lantai atas ke lantai bawah.
Widya meminta Tasya agar duduk dan tenang, serta memakan martabak yang baru saja di beli.
"Tante ambilkan piring ya? Kamu makan saja biar Raja Tante yang urus oke?" tanya Widya pada Tasya.
"Iya Tante," jawab Tasya pada Widya sembari tersenyum manis pada Widya.
Raja di dalam kamar rasanya ingin kabur namun dia harus kabur lewat pintu yang mana? Raja berdiri dari duduknya dan berjalan menuju keluar kamar tepatnya dibalkon.
Raja melihat kebawah dan jika dirinya nekat untuk turun dari balkon mungkin tidak apa-apa dan dirinya akan selamat.
Raja mengambil handphone dan kuci motor untuk kabur dari Tasya lewat balkon rumahnya.
Tasya yakin bahwa Raja akan keluar kamar untuk makan martabak dengannya namun tidak dengan Raja.
"Makan saja sendiri."