Setelah itu, Axel dan aku kembali ke kamar. Dia mengizinkanku untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, mungkin karena aku adalah tamunya, dan aku dengan senang hati menerima tawarannya. Setelah aku keluar dan mengenakan piyama, giliran Axel yang mandi sekarang.
Setelah selesai berpakaian, aku mencepol rambutku asal, lalu merebahkan diri di kasur. Tubuh dan otakku merasa letih, tentu saja penyebabnya adalah sekolah. Ini sudah jam sembilan dan aku hanya ingin beristirahat untuk kegiatan besok. Kupikir kami bisa bangun sekitar jam delapan atau sembilan besok, karena William akan menjemput kami siang harinya.
Tak butuh waktu lama, Axel selesai mandi dan memakai piyama nya. Dia masuk ke kamarnya dan tersenyum padaku. "Kamu capek?" tanyanya.
"Lumayan," jawabku dengan posisi duduk di kasur. "Sekolah menguras banyak energi."
"Aku mengerti maksudmu," jawabnya, duduk di tepi tempat tidur. "Jam sekolah ditambah jam klub, benar-benar menguras banyak energi."
"Dan setelah itu kamu masih harus mengerjakan tugas-tugas sekolah," kataku.
"Begitulah, tapi aku bisa menyelesaikannya sebelum tidur," jawabnya.
"Anyway, kita harus tidur sekarang. Kita harus bangun pagi besok," kataku sambil membuka selimut.
Axel mengangguk setuju, lalu dia mematikan lampu kamar dan beranjak ke ranjangnya. Kami mengucapkan selamat malam dan memejamkan mata agar masuk ke alam mimpi.
Saat aku memejamkan mata, aku dapat membayangkan diriku yang duduk di batu karang pantai, menatap gelombang ombak yang naik dan kemudian surut lagi. Angin laut yang sejuk dengan lembut menyentuh kulitku, ditambah dengan sunset yang memanjakan mata. Benar-benar sangat sempurna!
Aku masih belum tahu apa yang akan kami lakukan setelah sampai di sana, tetapi aku yakin satu hal bahwa mereka akan membuat peraturan seperti, jangan pergi terlalu jauh, jangan berkeliaran sendiri, dan sebagainya. Karena itu adalah pantai pribadi, vilanya pasti cukup besar. Ah, aku jadi tidak sabar dengan hari esok.
***
Dengung alarm yang familier dan menjengkelkan membangunkanku dari tidurku. Dengan kesal aku mengulurkan tanganku, meraba-raba untuk mematikan suaranya. Akan tetapi, tanganku hanya menyapu udara.
Tiba-tiba, ada suara bising yang terdengar, dan kemudian alarm dimatikan. Saat itulah aku sadar bahwa aku sedang tidak berada di apartemenku. Sambil duduk di tempat tidur, aku menggosok mataku dan mengedipkan nya beberapa kali untuk memfokuskan pandanganku yang nampak kabur. Kemudian, aku menoleh dan mendapati Axel yang tersenyum ke arahku.
"Good morning, Axel!" sapanya. "Tidur nyenyak?"
"Ya," jawabku. "Tapi aku berharap bisa kembali ke tempat tidur."
Axel terkekeh, lalu dia berujar, "Yah, William akan datang menjemput kita sekitar dua jam lagi, jadi kita punya banyak waktu untuk sarapan dan bersiap-siap. Ada yang kamu inginkan?"
***