"Jadi, Senior ...." Aku membuka mulutku, memecah kesunyian, "Apakah kita akan menjemput yang lainnya?"
"Awalnya mereka akan ikut bersama kita, tapi pada akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat dengan mobil sendiri," jawabnya. Kemudian dia menatapku menggoda, memberiku senyumnya yang menawan dan tenang, lalu menambahkan, "Jadi, hanya kita bertiga, My Dear."
Aku sedikit mengalihkan pandangan, berusaha sekuat tenaga untuk tidak merona di depannya; tapi tiba-tiba, dia merangkak dan duduk di sampingku, memegang daguku dengan tangannya. "Ada apa, Dear?" dia bertanya, masih menatapku dengan lembut. "Kenapa kamu mengalihkan pandanganmu dariku?"
"Aku ... eh ... hm ...." Aku tertegun, wajahku sekarang terasa lebih panas dari sebelumnya.
Aku mulai memalingkan kepalaku lagi; namun, William dengan lembut membelai sisi wajahku dengan tangannya, dan dengan lembut membalikkan wajahku seperti yang dia lakukan sebelumnya. Dia tersenyum menawan, dan jantungku mulai berdetak kencang dengan tidak nyaman. Otakku mulai berasap mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab William. Bibirku terbuka untuk mengatakan sesuatu, namun suaraku tidak mau keluar.
Dan cowok tampan itu hanya tersenyum padaku. "Tidak perlu malu, dear," katanya lembut. "Aku tidak keberatan sama sekali dengan perasaanmu yang tercetak jelas di wajahmu," tambahnya, ia sedikit mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat, hingga aku bisa merasakan kehangatan wajahnya yang mulai menyebar ke arahku. "Kamu bahkan terlihat lebih cantik saat tersipu," bisiknya di telingaku.
Jantungku rasanya hampir meledak, terbukti dari suaranya yang terdengar jelas. Aku bisa merasakan embusan napasnya yang lembut dan hangat di leherku saat dia berbicara. Mudah-mudahan jok mobil ini waterproof, karena sepertinya aku akan segera meleleh. Setiap detik yang berlalu terasa sangat lama, dan detak jantungku yang cepat terdengar seperti memohon agar bisa berhenti saja.
Akhirnya, William melepaskanku, tapi aku masih terperangah. Aku hampir tidak bisa bergerak; sebenarnya, aku merasa ingin pingsan di tempat duduk. Begitu aku merasa bahwa warna wajahku sudah menetral, aku kembali melirik William, yang hanya tersenyum lembut saat dia membalas tatapanku.
Aku berbalik dan melihat ke luar jendela. Mobil yang melaju mulai melewati kota dan padang rumput, tapi aku tidak berbicara sepatah kata pun lagi. Aku masih terlalu gugup jika berada di sekitar William; ditambah, jika aku mengatakan sesuatu lagi, dia mungkin akan menjadi "Host King" seperti tadi dan membuatku aritmia.
Axel dan William terlihat sedang membicarakan sesuatu yang ada hubungannya dengan Tea Party Club, tapi aku tidak memedulikan percakapan mereka. Pikiranku kembali berjelajah ketika aku terus membayangkan tentang seperti apa pantai itu. Tentu saja, aku tahu seperti apa pantai itu, tetapi setiap pantai 'kan berbeda. Jadi, aku penasaran pantai seperti apa yang akan kami kunjungi.
***