Chereads / Libra Academy / Chapter 27 - Axel's Mom

Chapter 27 - Axel's Mom

"Ada yang kamu inginkan?"

"Semangkuk nasi saja sudah cukup," jawabku. "Kamu butuh bantuan untuk menyiapkan sarapan, Axel?"

"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah menawarkan bantuan," ujarnya dan turun dari tempat tidur.

Kemudian, dia berjalan keluar dari kamar dan menyusuri lorong ke dapur. Aku turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi, kemudian mengganti piyama dengan pakaian santai.

Aku meletakkan kembali piyama yang sudah kupakai itu ke dalam koper, lalu merapikan tempat tidur; tidak sopan jika meninggalkan rumah orang dalam keadaan berantakan. Kemudian, aku menyusul Axel ke dapur.

Aku melihat Axel yang sudah mematikan kompornya. "Kamu memasak dengan sangat cepat," komentarku sambil tersenyum kecil.

"Yah ... aku sudah memasak selama sepuluh tahun terakhir," jawab Axel, membalas senyumku.

Lalu, kami membawa sarapan ke meja dan menyusunnya di sana. Axel kemudian duduk di depanku, lalu kami mulai menyantap sarapan. Harus kuakui bahwa Axel memiliki bakat memasak. Masakan Axel lebih enak dibanding masakan Kakakku. Tapi tentu saja aku menyukai masakan keduanya.

"Rasanya enak," kataku.

"Aku senang itu cocok dengan lidahmu," jawabnya dengan senyum kecil.

"Kurasa kamu bisa ikut kompetisi menjadi Master Chef," tambahku. "I mean, sepuluh tahun? Luar biasa sekali. Aku bahkan baru mulai belajar memasak baru-baru ini."

Axel terkikik geli mendengar pernyataanku.

Itu benar, aku mulai belajar memasak belum lama ini. Lebih tepatnya sebelum aku berangkat ke London. Karena aku akan hidup sendirian, jadi aku harus punya sedikit bekal. Setidaknya aku tidak akan kelaparan.

Max juga belajar memasak sendiri sejak dulu, dan kemudian dia mengajariku. Aku terkekeh saat mengingat masakan pertama yang kubuat. Makanannya hangus, itu benar-benar gagal total. Tetapi Max dengan sabar tetap mengajariku.

"Aku banyak berlatih," ujar Axel. "Ayahku menyukai masakanku, tak peduli seberapa aneh rasanya."

"Kakakku juga sama persis," kataku. "Kurasa itu karena seseorang yang membesarkanmu, pasti juga akan mendukungmu dalam banyak hal."

"Ya." Axel menyetujui ucapanku. "Sejak Ibuku meninggal sepuluh tahun yang lalu, dia bertanggung jawab membesarkanku."

Aku hampir tersedak saat mendengar perkataannya. Mulutku sedikit terbuka karena shock, lalu aku melirik ke arahnya. "Ibu kamu ... meninggal?"

Axel menundukkan wajahnya dan mengangguk sebagai jawaban.

"Axel, maafkan aku," kataku. "Aku tidak tahu."

"Tidak apa-apa," jawabnya dan tersenyum padaku. "Itu sudah lama sekali. Tapi, aku tetap menjadikannya sebagai panutanku. Dia seorang pengacara, dan aku bertekad untuk menjadi seorang pengacara juga seperti dia. Makanya, aku giat belajar agar mendapatkan beasiswa di Libra."

Aku tersenyum. Meskipun Axel hidup tanpa seorang ibu ketika dia masih sangat muda, mungkin sekitar lima atau enam tahun, tapi dia masih bisa menyemangati dirinya untuk mengikuti jejak sang ibu.

***