Setelah jam klub selesai, para tamu pun berterima kasih kepada host mereka atas waktu yang menyenangkan, dan kemudian meninggalkan ruangan. Aku mengikuti lautan hawa yang mulai keluar dari pintu.
Sebelum benar-benar keluar, aku kembali melirik Oliver yang kini sibuk mengetik di laptopnya. Dia tidak mengalihkan pandangannya dari layar monitor barang sedetik pun; tapi itu malah membuatnya terlihat rajin dan seberapa keras usahanya untuk mempertahankan klub ini.
Aku menyusuri koridor dan menuruni tangga, kemudian keluar dari gedung sekolah dan berjalan di trotoar yang mengarah ke apartemenku. Hari pertama sekolah berjalan dengan baik, meskipun awalnya agak sulit. Di hari pertamaku ini, aku paling menikmati waktu di Tea Party Room. Mengobrol dengan Ethan dan James Benar-benar membuatku rileks, meskipun sebenarnya Ethan lah yang paling banyak berbicara.
Aku akan mengunjungi lagi klub itu besok jika tugas-tugasku tidak menumpuk. Selain itu, aku harus menepati janjiku kepada William tentang menghabiskan waktuku dengan semua host sebelum memilih "tipe pilihan" yang kusukai.
Begitu sampai di kompleks apartemen, aku menaiki tangga menuju kamarku. Membuka kunci pintu, aku masuk dan menyalakan lampu. Setelah menutup pintu dan menguncinya, hal pertama yang kulakukan adalah melepas sepatuku dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Aku tidak begitu lapar, karena aku sebenarnya memakan beberapa potong kue saat di klub tadi.
Setelah itu, aku pergi ke kamar dan mengganti seragamku dengan piyama. Tentu saja aku mandi dulu sebelum menggantinya.
Aku melompat ke atas tempat tidur, lalu mengambil tas sekolah dan mengeluarkan beberapa buku dari dalamnya. Aku mencatat setiap tugas yang belum selesai di notes, jadi begitu aku sampai di apartemen, aku bisa segera menyelesaikannya.
Tugas-tugas yang ku maksud tak hanya pr, melainkan juga persiapan untuk setiap pelajaran yang akan datang. Pertama, aku ingin menyelesaikan beberapa soal yang terlihat sulit dulu. Aku juga mengatur tugas-tugasku berdasarkan tingkat kesulitannya—pelajaran. Tentu saja membutuhkan banyak waktu jika ingin menyelesaikan semuanya.
Untuk mata pelajaran Sains membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit, itu karena aku harus menulis catatan dari bab pertama; tetapi terkadang aku juga harus menggunakan kamus bahasa Korea ke bahasa Inggris yang kubeli, karena beberapa terjemahan tidak dapat kumengerti.
Sedangkan untuk Matematika sendiri hanya membutuhkan sedikit waktu, karena aku dengan mudah dapat menyelesaikan soal-soalnya.
Setelah selesai, aku menyimpan buku-buku itu kembali ke tempatnya dan mengambil ponsel yang terletak di meja nakas. Aku mulai mencari nomor Max dan menghubunginya. Butuh beberapa detik sampai ia akhirnya mengangkat teleponku.
"Halo?"
"Oppa!" sapaku. Sebenarnya aku sangat jarang memanggilnya dengan sebutan 'Oppa'. Yeah ... aku memanggilnya dengan sebutan itu ketika aku benar-benar merindukannya seperti sekarang.
"Hai, Ariel," jawabnya. "Bagaimana hari pertamamu?"
"Awalnya sedikit menantang, tapi aku berhasil melewatinya hidup-hidup," candaku. "Kalau saja kamu tahu betapa senangnya aku bisa berbicara bahasa Korea lagi."
Kakakku tertawa. "Yah, kamu akan terbiasa dengan itu. Apakah kamu punya teman baru?"
"Ada beberapa."
"Itu bagus. Mereka teman-teman kelasmu?"
"Tidak, kebanyakan dari mereka adalah murid tahun kedua. Aku akui bahwa aku agak pemalu pada awalnya, tapi mereka semua ternyata sangat ramah. Sejauh ini, aku hanya memiliki seorang teman perempuan, namanya Axel. Dia benar-benar sangat membantu di hari pertamaku!"
"Dia terdengar seperti gadis yang baik."
"Ya, dia sangat baik. Lalu ada Oliver. Dia sangat dewasa, dan pintar. Juga, ada si kembar, mereka identik, benar-benar sangat mirip satu sama lain! Namanya Stefan dan Steiner, mereka sedikit jahil. Kemudian ada Ethan, dia mungil dan terlihat kekanak-kanakan, tapi dia cukup menggemaskan. Lalu ada temannya, James. Dia cowok dengan tubuh tinggi, tapi sangat pendiam; namun, dia juga baik. Yang terakhir, ada William. Dia sangat dramatis, tapi lembut dan baik hati. Dan hanya itu saja sejauh ini."
"Wow, ada berapa itu?"
Aku mengangkat tanganku, menghitung jari-jariku sambil mengucapkan nama mereka dalam hati. "Tujuh."
"Tidak buruk untuk hari pertamamu sekolah," kata Max.
"Ya, aku bertemu Axel saat pergi ke sekolah. Dia tinggal di apartemen ujung jalan dari tempat aku tinggal. Aku bertemu si kembar di gerbang depan sekolah; dan aku bertemu Oliver saat sedang tersesat menuju kelasku." Aku menghela nafas, lalu mendaratkan badanku ke kasur. Hari ini terasa melelahkan. "Tapi aku bertemu yang lain saat di klub."
"Hari pertamamu terdengar luar biasa."
"Iya."
"Nah, kamu harus istirahat sekarang. Kamu pasti kelelahan."
"Oke, Max. Bye bye."
"Sweet dreams."
Setelah itu, aku menutup telepon. Hampir saja aku tidak bisa meyakinkan kakakku dan membuatnya khawatir! Max adalah tipe kakak yang sedikit overprotektif, tetapi aku tahu bahwa dia bermaksud baik dan ingin memastikan bahwa semuanya aman.
Setelah menutup telepon, aku tidak langsung beristirahat seperti yang Max perintah. Aku mengerjakan beberapa soal lagi yang menurutku harus segera diselesaikan—well, karena soal-soalnya terlihat sulit. Membutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan semuanya.
Aku kembali mengecek notebook ku, memastikan bahwa tidak ada tugas yang belum diselesaikan. Setelah memastikan semuanya, aku memasukkan buku untuk jadwal pelajaran besok ke dalam tas.
Aku melirik jam yang ada di nakas, menunjukkan pukul 21:05, dan aku benar-benar lelah. Semuanya akan dimulai lagi besok, jadi aku harus berbaring dan memimpikan hal-hal indah malam ini.
Aku kembali memikirkan teman-teman baruku. Mereka adalah orang-orang yang baik dan hangat, terutama Axel. Mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Axel terlihat manis dan jujur, William yang romantis tapi sedikit dramatis, James yang tidak banyak bicara, Ethan yang ceria layaknya matahari, si kembar yang nakal, dan Oliver yang cerdas dan pekerja keras. Dia pasti ketuanya, mengingat banyaknya usaha yang dia lakukan.
Well, besok adalah awal dari hari baru, jadi aku ingin melakukan yang terbaik; dan sekarang aku sudah tahu di mana letak kelasku, jadi aku tidak perlu khawatir akan tersesat lagi ke lantai murid kelas tiga!
Aku juga ingin mengikuti acara Tea Party Club lagi; dan aku memutuskan untuk meminta Axel sebagai host untuk besok, dan setelah itu si kembar, dan akhirnya William. Aku punya firasat bahwa William akan menjadi tuan rumah yang menarik, karena dia membuat gadis-gadis itu menjerit tadi. Dia memiliki raut wajah yang lembut, mata biru yang indah, dan rambut pirang berkilau. Aku hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya memiliki William sebagai tuan rumah.
Ini adalah hari yang panjang dan melelahkan, dan mungkin akan semakin melelahkan ke depannya. Tidak ada yang tahu apa yang akan menyambut di masa depan.
Tanpa ku sadari, mataku tertutup perlahan dan aku tertidur.
***