James menyadari tatapanku kepadanya, tapi dia hanya tersenyum padaku. Aku tersipu dan membalas senyumnya sebelum kembali meminum teh.
Setelah aku meletakkan cangkir teh di atas piringnya, Ethan berkata, " Jadi, Ariel, kamu lebih suka musim dingin atau musim semi?"
Aku menatapnya, dan tersenyum. "Aku tidak yakin, Ethan. Sejujurnya, aku suka semua musim. Tapi saat musim semi, bunga Sakura akan bermekaran. Itu terlihat sangat cantik. "
"Eh ... aku jadi ingin melihatnya langsung," sahut gadis lain.
"Lalu ... apa yang paling kau sukai dari musim dingin?" tanya gadis berambut pirang itu.
"Aku tidak yakin," kataku. "Bagiku, segalanya terasa menyenangkan, baik itu membuat boneka salju atau naik kereta luncur dan menuruni bukit. Tapi ...." Aku sedikit menjeda kalimatku dan menghela napas pelan, kemudian memejamkan mata sebentar, mengingat saat-saat aku merayakan natal pertamaku dengan Max. Kemudian aku berujar, "Menurutku, bagian terbaik dari musim dingin adalah menghabiskan waktu liburan bersama orang-orang yang kamu sayangi."
Mereka tampak terpana menatapku.
Tanpa sadar, kami mengobrol lumayan lama, meskipun kebanyakan topik yang dibicarakan berasal dari pertanyaan-pertanyaan Ethan. Meskipun begitu, dia terlihat menggemaskan, bahkan gigi kecilnya itu pun terlihat manis. Maksudku, dia bisa menghabiskan sepotong kue dalam satu gigitan!
James tidak berbicara banyak, tetapi dia tetap merespon beberapa pertanyaan. Suara bass-nya terdengar menggoda, dan otot-otot yang menghiasi tubuhnya pun cukup membuat lapar! Meskipun dia dan Ethan memiliki banyak perbedaan, namun keduanya dapat menjadi partner kerja dengan sangat baik.
Tampaknya setiap host memiliki ciri khasnya tersendiri, atau seperti yang William katakan,"tipe" mereka masing-masing. Mereka terlihat ramah dan pekerja keras, terutama di klub; juga mereka semua adalah cowok yang tampan.
Sheila pernah mengatakan kepadaku bahwa meskipun kamu berpacaran dengan seseorang, bukan berarti kamu juga akan berakhir dengannya. Jadi, istilahnya aku harus memiliki beberapa cadangan untuk berjaga-jaga jika yang pertama menolak, begitu juga sebaliknya.
Aku ingin mengelilingi dan menjelajahi ruang klub yang berukuran besar ini, jadi aku memutuskan untuk pamit kepada Ethan. Beruntungnya, dia menyetujuinya.
Aku mulai berkeliling dan melewati setiap kelompoknya. Setiap aku melewati mereka, aku melihat setidaknya ada tiga atau empat gadis yang ditemani oleh seorang host. Terutama para gadis yang dijamu oleh William, mereka sangat mencolok dan berisik. Maksudku, mereka selalu berteriak setiap kali William berbicara. Serius, dia benar-benar terlihat mencolok. Dia mungkin terlalu dramatis, tapi dia tampan layaknya seorang ksatria dengan baju zirah.
Stefan sedang berbicara dengan salah seorang tamunya, sedangkan Steiner yang awalnya duduk tegak di kursinya malah bersandar dan ... Tunggu! Dia menangis? Apakah Stefan membicarakan sesuatu yang menyinggung saudaranya?
Belum sempat aku memikirkan alasannya, Stefan tiba-tiba memeluk Steiner erat. Mungkin dia meminta maaf karena menyinggung Steiner dan semacamnya. Hal itu membuat para gadis yang ada di mejanya menjerit kegirangan. Aku hanya tersenyum melihatnya. Itu sangat mengingatkanku bagaimana Max menghiburku setiap kali aku marah tentang sesuatu.
Aku berpaling dari mereka dan terus menjelajahi ruang klub ini. Aku kembali melirik ke arah yang lain. William masih duduk di mejanya dan berbincang-bincang dengan para gadis. Ethan kembali terlihat memasukkan potongan kue ke mulutnya, sedangkan James duduk dengan tenang seperti biasa, dan Oliver ... tunggu, di mana Oliver?
Setelah memutarkan mata ke segala arah, aku akhirnya menemukan Oliver yang sedang bersantai di sofa. Dia memegang sebuah notebook dan mulai menuliskan sesuatu di sana. Sesekali, ia menekan beberapa tombol di kalkulator yang terletak di meja dan kemudian kembali menuliskan sesuatu di bukunya.
Itu aneh. Bukankah Oliver juga adalah seorang host? Tapi dia tidak memiliki tamu sekarang, atau mungkin tidak ada gadis yang membuat janji dengannya hari ini? Jadi dia bersantai dan menikmati waktunya sendiri sementara host lain juga melakukan tugasnya. Dia tampak agak sibuk menghitung sesuatu, tetapi aku masih bingung mengapa dia tidak menjadi host hari ini?
Aku berjalan ke arahnya, lalu aku berdiri di sampingnya dan berujar, "Hai, Oliver!"
Dia melirik ke arahku, dan menyeringai. "Halo, Ariel," jawabnya, duduk dari posisi berbaringnya. "Kamu menikmati waktumu di sini?"
"Iya, aku menikmatinya. Terima kasih," jawabku. "Seperti yang kau katakan, klub ini sangat menghibur."
"Senang jika kamu menikmatinya," ujar Oliver
"Tapi aku hanya ingin bertanya," lanjutku. "Kenapa kamu tidak menjadi host
"Yah, begitulah, Ariel ...." Dia memulai, lalu membetulkan letak kacamatanya, "Aku mungkin seorang host, tetapi aku juga diberi tanggung jawab untuk mengelola pemasukan dan mengatur pertemuan serta acara khusus lainnya."
"Oh, jadi kamu selalu sibuk dengan hal-hal ini, ya," kataku.
Oliver mengangguk. "Kadang-kadang aku juga melakukan tugasku sebagai host."
"Begitu," kataku, melirik ke kelompok-kelompok yang ada di ruangan. "Kamu selalu sibuk mengatur jadwal-jadwal mereka, meskipun kamu bekerja di belakang layar sepanjang waktu."
"Ya, persis," jawabnya.
"Yah, segala sesuatu memiliki pro dan kontra," kataku, melirik ke arahnya. "Kamu mungkin tidak dapat menghibur klien mana pun; tetapi kamu dapat menghandle semua hal dengan baik, memastikan semua host lain baik-baik saja, dan seberapa banyak keuntungan atau kerugian yang ada di klub. Tanpa kamu, mungkin Tea Party Club ini tidak akan berjalan."
Seringai lebar menyebar di wajahnya. "Itu adalah beberapa kata bijak dari gadis seusiamu," katanya.
Aku tersenyum sebagai ucapan terima kasih, dan sedikit tersipu; tapi sebelum aku bisa mengatakan hal lain padanya, aku mendengar Ethan memanggilku, "Ariel!"
Aku melirik Ethan sebentar, lalu kembali menatap Oliver dan berujar, "Well, aku senang bisa berbicara denganmu lagi, Oliver. Aku pamit dulu." Aku membungkuk dengan sopan. "Aku harus kembali ke host ku," lanjutku.
Oliver menganggukkan kepalanya. Lalu, aku berbalik dan berjalan ke arah kelompokku.
Oliver adalah anggota paling penting di Tea Party Club. Dia sesekali akan melakukan pekerjaannya sebagai host tergantung seberapa banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Orang-orang akan berpikir bahwa dia sedang menjadi host pada waktu istirahatnya seperti sekarang; tapi sebenarnya tidak, dia menghabiskan seluruh waktunya di klub hanya untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar. Baik pertemuan yang akan diadakan, maupun keuntungan atau kerugian dari kegiatan tersebut.
Oliver layaknya penulis naskah untuk sebuah film. Meskipun para aktor yang akan membuka cerita, tetapi penulis lah yang mengatur setiap adegannya. Hingga film itu menjadi layak untuk ditonton. Aku berharap Oliver mendapatkan pujian yang pantas atas semua usahanya.
Kegiatan klub dengan Ethan dan James berjalan lancar sampai akhir. Kami melanjutkan obrolan kami tentang musim dingin dan musim lainnya. Tak lupa, Snack berlimpah yang menemani obrolan kami, dan Ethan yang masih terlihat menggemaskan tak peduli seberapa banyak aku menatapnya.
Meskipun mereka menyediakan banyak kue dan dessert, aku hanya memakannya sepotong saja; karena aku harus makan malam nanti.
***