*****
Dalam lamunannya Naning Berfikir! Mungkinkah apa yang di lewatinya selama ini merupakan ganjaran karena mengecewakan hati sang ibu di masa lalu? Naning muda yang melakukan segala kesalahan tanpa memikirkan akibat yang ia tanggung seumur hidup.
Naning yang dulu selalu hidup berkecukupan kini dituntut oleh keadaan harus mampu mengais rezeki demi untuk membantu suami nya. Tak jarang Naning rela terbakar teriknya matahari, menggigil dalam deras nya guyuran hujan, atau bahkan harus tertatih langkah demi langkah untuk menempuh jarak yang tak terhitung.
Dan yang terberat saat adalah Naning harus merasakan bagaimana sesak nya terbelenggu dibalik jeruji, terpisah dari anak-anak yang dicintai nya, dan meraskan dinginnya lantai penjara.
Itulah pertanyaan yang saat ini menghujani fikiran Naning. Seorang perempuan paruh baya yang duduk di halaman depan rumah nya di bawah pohon belimbing dengan wajah lelah dan tatapan mata yang kosong
Saat ia sedang hanyut dalam suasana malam tiba-tiba terdengar suara pintu di buka. Saat ia menoleh terlihat kepala seorang gadis yang tersenyum manja pada nya.
"Sedang apa buk di luar sendirian malam-malam?" Tanya gadis itu sambil berjalan kearahnya. "Gak ada, cuma duduk aja cari angin di dalam panas" jawab nya sambil senyum meraih tangan sang gadis.
Dari menatap cahaya bulan diturunkan nya pandangan mata nya keapada Prisha, gadis berusia 18 tahun yang akrab di panggil Caca ini merupakan anak pertama Naning. Caca pun berjalan keluar menyusul duduk di samping Naning. Sambil mengelus rambut Caca, ia berkata "Ca, apa Caca bahagia dengan keluarga kita sekarang?".
Untuk beberapa detik Caca terdiam menatap ke arah Naning, kemudian ia menjawab " ya tentu aku bahagia buk, tidak ada yang buat Caca untuk tidak bersyukur punya ibu seperti ibuk"ujar nya sambil tersenyum kearah Naning ibu yang sangat di sayangi nya.
Mereka tersyum sambil kembali menatap langit bersama-sama. Sambil menggoyangkan kaki Caca berkata "Alhamdulillah ya buk sekarang kehidupan kita mulai membaik ya buk jika di bandingkan dengan dulu saat rasa nya kita sedang berjalan ditengah badai besar" .
Tiba-tiba Naning dan Caca teringat akan segala naik turun kehidupan yang mereka sudah lewati. "Kita ini hebat lo buk, kita kuat" papar Caca. "Iya, jika di ingat lagi kebelakang rasa nya masih ga percaya kalo kita masih bisa sama-sama seperti sekarang ya Ca" saut Naning sambil menatap anak nya.
"Buk, ibu ingat tidak waktu ibuk dan bapak di penjara dulu?" Tanya Caca sambil menatap langit.
"Hmmmm iya, kenapa ?" Tanya Naning sambil tersenyum kearah Caca. Waktu itu Caca adalah seorang siswi kelas 6 sekolah dasar saat sang ibu dan ayah harus di penjara.
***
Runtuh
Waktu itu April 2011, jam suda menunjukan pukul 21.30 malam. Di sebuah rumah kayu beratapkan daun rumbia, ada dua orang anak perempuan yang bertengkar rebutan remot tv.
"Diamlah, jangan teriak-teriak! nonton bergantian jangan ribut nanti tidak dengar ibuk sama bapak pulang"bentak seorang gadis lagi kepada kedua adik nya itu.
Ini rumah Naning,Caca dan kedua adik nya tinggal. Malam itu Caca hanya bertiga dengan adik nya karna Naning dan Bayu belum pulang bekerja. Hari sudah semakin gelap, malam pun hampir larut, namun tidak ada tanda-tanda kepulangan Naning dan Bayu yang membuat si sulung Caca semakin harap-harap cemas menanti mereka.
Dengan hati yang mulai cemas mata nya terus menatap kearah pintu dan berharap ada yang mengetuk atau memanggil untuk di bukakan pintu.
"Caca, oh Ca" terdengar ada suara yang memanggil-manggil nama nya.
Caca pun lantas bergegas bangun dan membuka pintu sambil menjawab panggilan itu " iya, siapa ?"tanya Caca. Setelah dibuka nya pintu ternyata itu suara nya bik Sum seorang tetangga yang juga merupakan istri dari kepala lorong tempat mereka tinggal.
Dengan wajah heran dan perasaan yang sudah mulai penasaran Caca keluar selangkah dari rumah nya. "Anu, itu ibu sama bapak mu di tangkap polisi" papar bik Sum dengan nafas tersengal-sengal.
Mendengar itu Caca terduduk dan tak mampu lagi berdiri. Sambil tertunduk dan dengan suara lirih nya Caca bertanya "memang nya ada apa ? Kenapa mereka di tangkap polisi ?" air mata nya menetes begitu saja, tangan dan kaki nya menjadi dingin, detak jantung nya menjadi tak beraturan.
Bagaimana Caca tidak terkejut dan terpukul, karna yang Caca tau sang ayah hanyalah penarik becak sedangkan sang ibu hanya pencari barang-barang bekas tidak terpakai yang sudah di buang.
Melihat keadaan Caca, bik Sum yang menyampaikan kabar malang itu pun menjadi ikut iba dan ikut duduk di samping Caca. Sambil memegang tangan Caca ia pun melanjutkan berita malang yang di bawa nya tadi.
"Tadi sepulang narik becak ayah mu menjemput ibu mu seperti biasa untuk membantu ibu mu membawakan barang-barang hasil carian ibu mu" tuturnya.
"Terus kenapa bisa di tangkap polisi? Apa salah nya". Tanya Caca sambil terisak-isak dan masi bingung.
Dengan wajah iba dan bingung harus bagaimana menyampaikan cerita selanjut nya pada anak ini bik Sum melanjutkan berita yang dibawa nya "Anu, itu..... ada seorang pemilik rumah mewah yang mengatakan bahwa barang yang ibu mu ambil itu milik nya dan bukan dibuang tapi ibu dan bapak mu mencuri dari halaman rumah nya dan langsung membawa mereka ke kantor polisi".
Kedua kaki Caca terus bergetar, perlahan ia mencoba bangkit dari duduk nya dan melangkahkan kaki nya kerumah kerabat bapak nya yang berjarak tak jauh dari rumah nya.
Dengan langkah kaki yang semakin cepat Caca merasa jarak antara rumah nya dan nenek nya menjadi sangat jauh, tak lama kemudian tibalah Caca di depan pintu rumah semi permanen yang tak lain merupakan rumah ibu kandung dari bapak nya.
"Tok..... tok..... tok....." suara pintu kayu yang di ketuk Caca, pintu itu diketuk nya berkali-sambil berteriak "Nek oh nek buka pintu nya nek ini Caca nek" teriak Caca dengan suara terisak menangis.
Tak lama pintu pun di buka, keluarlah sosok wanita tua berusia 70 tahun dari balik pintu itu. Sosok itu adalah Maymunah, nenek nya Caca, ibu nya Bayu bapak Caca. Terkejut ia saat melihat keadaan Caca yang sudah beruraian air mata dan wajah yang sudah pucat.
Sang nenek pun bertanya pada Caca" ada apa ? Ca ada apa kenapa kamu nangis begini malam-malam? Ibu sama bapak mu mana ?".
Dengan tangisan dan air mata yang jatuh bagaikan hujan yang semakin tak terkendali Caca melepaskan sandal di kaki nya dan melangkahkan kedua kaki nya menuju sofa yang ada di ruang tamu rumah itu. Sambil duduk ia berkata "ibuk sama bapak sekarang di kantor polisi" kata Caca sambil terisak menangis.