Chereads / Kejebak Cinta Mr.Arrogant / Chapter 3 - 3. Esokku

Chapter 3 - 3. Esokku

****

Lantas apakah malam ini akan terus malam tanpa berganti siang dan hari? tentu tidak. Waktu terus berjalan, Caca pun tiba kembali dirumah nya. Mata nya terasa sulit untuk di buka karna begitu sembab nya, hal ini wajar karna Caca menangis tiada henti.

Sesampainya dirumah Caca membaringkan tubuh mungil nya dikasur sambil menatap wajah kedua adik nya yang sudah terlelap dalam mimpi. Hingga Caca pun kembali meneteskan air mata nya. Caca terus menangis mengingat pertemuan nya dengan Naning tadi, hingga akhir nya Caca tertidur dalam tangisnya malam itu.

"Kak, ibuk mana ? Bapak jugak kok gak ada ?" tanya Luna anak kedua Naning yang saat itu masih berusia 10 tahun. Ia terus bertanya sambil menggoyangkan tubuh kakak nya hingga Caca pun terkejut dan terbangun dari tidur nya.

"Luna sudah bangun ? Ibuk sama bapak gak bisa pulang dek" jawab Caca dengan wajah datar dan nada bicara menahan tangis. "Kenapa ibuk sama bapak tidak pulang kak ?kemana mereka ?" tanya Luna dengan polos nya.

Caca perlahan berusaha membangunkan tubuh mungil nya dan duduk bersandar ditempat tidurnya. Perlahan ditarik nya nafas dalam-dalam sambil mengelus rambut pendek adik nya, Caca berkata "ibuk sama bapak ga pulang karna semalam ditangkap polisi" jawab Caca.

Karna usia Luna yang terbilang masi sangat muda, tentu Luna masi belum bisa memahami apa yang di sampaikan Caca dengan mudah. Luna pun kemabali bertanya "Memang nya kenapa kok ibuk sama bapak bisa ditangkap polisi?" Luna menyambung pertanyaan polosnya.

Dengan helangan nafas kembali Caca menjawab lagi pertanyaan Luna "itu.....ibu salah ambil barang orang dan di tuduh mencuri terus di laporin kepolisi sama yang punya rumah" jawab Caca sambil mencoba sedikit menjelaskan pada Luna yang masi belum begitu mengerti akan apa yang terjadi.

Menutup pertanyaan dari Luna, Caca mengajak kedua adik kecil nya untuk turun dari tempat tidur dan mandi. Untuk kemudian bersiap menunggu ada yang menjemput dan mengajak mereka menemui ibu dan bapak nya.

"Tin....tin...." terdengar suara klakson sepeda motor dari halam rumah nya. Caca bergegas membuka pintu dan keluar untuk melihat siapakah gerangan yang datang itu. Dengan mata yang masi bengkak sembab di lihat nya dari pintu, ternyata itu bude Sri yang datang. Caca berlari untuk memeluk bude nya yang turun dari boncengan sepeda motor.

Sri adalah seorang wanita berusia 42tahun ini adalah kakak dari Naning, bude nya Caca yang ditelfon oleh Caca malam tadi. Dipeluk nya keponakan nya itu sembari tangan nya mengelus pundak Caca untuk menguatkan Caca dan memberi rasa tenang bahwa Caca tidak sendirian.

"Sudah! sudah jangan menangis terus, nanti Caca bisa sakit, itu bude datang sama nenek, salam dulu sama nenek Ca" ujar Sri sambil melepaskan pelukan Caca perlahan.

Caca pun melepas pelukan nya dari Sri, perlahan di miringkan nya kepala nya untuk melihat wanita tua berusia 72 tahun dengan kacamata yang menjadi ciri khas Aminah, ibu Naning, nenek nya Caca, Luna dan Amira adik Caca yang paling bontot.

"Turunkan semua bungkusan itu dari motor ndi" perintah sang nenek kepada Fendi anak laki-laki nya. Fandi adalah abang nya Naning. Mereka pun bersiap untuk bergegas pergi mengunjungi Naning dan Bayu di penjara.

Setelah 20menit perjalanan, mereka pun tiba di halaman penjara. Fendi mengetuk pintu besi tempat mendaftar orang yang datang untuk mengunjungi para tahanan.

"selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu ?"suara salah seorang penjaga penjara bertanya dari lubang kotak yang ada di pintu penjara itu kepada Fendi. Lantas Fendi menjawab "kami ingin mengunjungi saudara kami di dalam, nama nya Naning" sambil memberikan Ktp sebagai indentitas pengunjung.

Duduklah Caca dan yang lain ditempat yang disediakan sebagai fasilitas untuk keluarga yang mengunjungi tahanan di dalam penjara. Tak menunggu lama, dari jarak tak begitu jauh,terlihat Naning dan Bayu berjalan bersama ke arah mereka. Caca, luna dan Amira sontak berdiri menyambut kedatangan orang yang paling mereka rindukan itu.

Untuk mengawali pertemuan pertama Naning dan keluarga, Aminah dan Sri membuka bungkusan berisi makanan yang mereka bawa dan menyantap bersama makanan itu bersama Naning dan Bayu.

"Bagaimana kabar kalian? Baik-baik aja kan?" tanya Aminah sambil memebrikan sepiring nasi dengan lauk ikan bakar. Tak lama Fendi abang dari Naning bertanya pada Naning "jadi kapan kalian di sidangkan?" tanya nya sambil mengunyah makanan nya.

"InsyaAllah lusa bang" Bayu menjawab pertanyaan Fendi sambil minum. Kemudian Naning pun mengatakan sesuatu kepada Aminah ibu nya "titip-titip anak-anak ya mak" kata nya lirih kepada ibu nya. Dan Aminah pun untuk mengiyakan permintaan Naning, Aminah hanya menganggukan kepala nya sambil tersenyum kepada nya.

"Yang sabar yang iklas ya Ning, ini cobaan, ujian agar Allah dapat menaikan derajat keluarga kalian" kata Sri kepada Naning dan Bayu untuk menguatkan mereka.

Tidak banya percakapan diantara mereka hari itu. Karna baik Aminah, Sri, Fendi dan Naning seperti merasakan kepiluan yang sama di hati mereka atas semua yang terjadi. Kepiluan itu membuat tak banyak yang bisa mereka ucapkan karna tak ingin meneteskan air mata di hadapan anak-anak.

Setelah selesai bersantap Aminah dan Caca berpamitan pulang pada Naning dan Bayu. Aminah, Caca, dan yang lain perlahan melangkahkan kaki mereka keluar dari tempat sesak itu dan perlahan menghilang dari pandangan Naning dan Bayu dibalik pintu besi yang begitu tebal.

Sepulang dari penjara, setelah Fendi dan Sri mengantarkan Aminah dan anak-anak sampai dirumah, mereka berpamitan untuk pulang karna hari sudah mulai sore dan cuaca sudah mulai mendung.

Aminah tinggal sementara waktu dirumah Naning untuk mengurus mereka. Sedangkan Fendi dan Sri pulang karna mereka memiliki keluarga dan anak masing-masing yang harus di urus.

Dari hari terkahir Aminah dan anak-anak menjenguk Naning dan Bayu di penjara, tak terasa sedah sepekan berlalu. Naning dan Bayu pun sudah melewati sidang putusan mereka atas tuduhan mencuri.

Hari senin pagi Caca menjadi sangat gelisah. Hati dan fikiran nya menjadi campur aduk tak karuan mengingat ini adalah hari sidang Naning dan Bayu. Hal ini membuat Caca menajadi kehilangan konsentrasi nya dalam belajar.

Teman-teman nya di sekolah memahami apa sebab Caca terlihat semraut hingga tak seceria biasa, karna sudah menjadi rahasia umum berita tentang apa yang menimpa Naning dan Bayu di kampung itu.

Sepulang sekolah Caca bergegas menuju rumah. Langkah nya begitu terburu-buru, Caca berjalan seakan ada anjing lapar yang mengejar setiap langkah nya. Sesampai nya di rumah Caca langsung memanggil Aminah "nek, oh nek bagaimana hasil persidangan ibuk nek?" tanya Caca dengan rasa penasaran yang begitu besar dan tak sabar mendengar kabar baik nya.

Aminah keluar dari dapur dengan secembung teh hangat menyambut Caca yang baru pulang sekolah. "Ganti pakaian mu dulu, kemudian duduk di sini makan siang dan minum teh dengan Luna dan Amira" jawab Aminah sambil mengisi meja makan dengan makanan yang sudah di masak nya sedari pagi tadi.

Secepat kilat Caca berganti pakaian dan duduk bersama untuk makan. Aminah memberikan mereka masing-masing piring untuk mereka mengambil makanan mereka.

"Ibu dan ayah mu di putuskan bersalah dan harus menjalani masa tahanan kurang lebih satu bulan lagi" jawab Aminah sambil mengisi piring si bontot Amira dengan makanan.