"kreeeeek..." menyelah pembicaraan Naning dan Caca, terdengar suara pintu kayu rumah mereka dibuka oleh seseorang. Seketika ingatan Caca dan Naning tentang masalalu mereka malam itu berakhir.
Naning dan Caca memalingkan wajah mereka kearah pintu rumah yang ada di belakang mereka. Munculah wajah mungil sibontot Amira dari selah pintu yang dibuka nya tidak begitu lebar.
"Buk, Rara sudah mengantuk! Mengapa ibu dan kakak masi di sini sih sudah jam segini ?!" Tanya Amira dengan nada manja dan sedikit merenngek.
Naning segera bangun dari duduk nya mengajak Caca dan Amira untuk masuk ke dalam rumah dan mengakhiri cerita masa silam mereka malam itu. Naning membawa kedua anak nya masuk untuk segera tidur karna tak terasa malam sudah hampir larut, dan besok Amira harus bangun pagi-pagi untuk sekolah.
"Nanaaaaa, Amiraaaa ayo bangun sudah siang!nanti kalian telat ke sekolah" teriak Naning dari dapur membangunkan Luna dan Amira untuk sekolah.
Seperti biasa meskipun hanya sekedar secangkir susu hangat atau sepiring nasi dingin yang di oseng-oseng dengan rajangan bawang merah,bawang putih, dan sedikit terasi, Nanig tidak pernah absen menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga nya agar tidak memulai hari dengan perut kosong.
Seperti biasa setiap pagi jika Luna dan Amira tidak berangkat bersama ayah nya kesekolah, maka Naning atau Caca yang akan mengantarkan mereka sambil berbelanja bahan dagangan ke pasar tradisional terdekat. Sepulang dari mengantarkan Luna dan Amira ke sekolah, Naning atau Caca pulang kerumah dengan membawa berbagai macam jenis kerupuk yang akan di goreng dan diolah nya dengan bebagai varian rasa yang berbeda agar diminati orang.
Ya, setelah apa yang terjadi di masa lalu, Naning berfikir bahwa bukan hanya tentang mudah dan halal, tapi Naning juga harus memikirkan resiko yang mungkin akan muncul dari suatu pekerjaan yang di lakukannya. Oleh karna itu dibantu oleh si sulung Caca, kini Naning memilih membuat olahan kerupuk untuk kemudian dititipkannya di warung-warung.
Saat mereka sedang asik menikmati pekerjaan mereka di dapur, tiba-tiba Naning terfikir tentang masa depan Caca. Naning khawatir Caca terlalu asik membantu ia dan Bayu mencari uang, sampai-sampai ia mengabaikan masa depan nya.
"Ca, kamu jangan sampai nyaman ya melakukan ini semua" tutur Naning tiba-tiba memulai percakapan saat sedang menggoreng kerupuk bersama Caca.
Caca yang tidak memahami apa maksut dari perkataan Naning, bertanya "maksud nya buk?".
Sambil menghelan nafas Naning melanjutkan perkataannya untuk memperjelas maskut dari perkataannya pada Caca agar Caca memahami maksut perkataan nya tadi.
"ini loh, kamu jangan keenakan goreng-goreng kerupuk begini lantas tidak memikirkan masa depan mu, ibuk mau nya kamu melanjutkan sekolah mu, daftar kuliah biar kamu memiliki gelar, sekarang apa-apa yang ditanya gelar dan ijazah lo Ca kalau mencari kerja, ibuk mau kamu bisa kerja yang enak, jangan susah seperti ibuk Ca, jangan sampai segala usaha ibuk dan bapak sia-sia Ca menyekolahkan mu" tutur Naning pada Caca.
Sejenak Caca pun hanya terdiam membisu mendengar perkataan Naning. Bukan Caca tidak ingin menanggapi apa yang dikatakan ibunya. Namun Caca sendiri masih bingung mau kemana ia melanjutkan sekolahnya.
Disatu sisi kebingungannya itu dikarnakan Caca merasa khawatir akan biaya yang sangat besar untuk biaya kuliahnya, sementara ia bukanlah satu-satunya anak ibuknya. Masih ada Luna dan Amira yang juga masi sekolah dan memerlukan biaya. Caca tidak ingin kuliahnya hanya akan menambah beban Naning.
Kekhawatiran Caca itu bukan tanpa alasan. Caca faham betul bagaimana kondisi keluarga nya. Bayu ayah nya memang bukan pengangguran. Namun hasil yang di dapat Bayu dari menarik becak hanya cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari, itupun terkadang tidak cukup, dan terbantu dari hasil Naning menitip-nitipkan kerupuk di warung.
Caca adalah anak sulung sekaligus teman bagi Naning untuk menumpahkan segala keluh kesah nya selama ini. Jadi Caca faham betul ketika nanti Caca lanjut kuliah selain itu mewujudkan mimpi Naning, namun itu pun akan menjadi beban baru yang di pikul Naning.
Karna Caca tau Naning selalu berprinsip bahwa anak-anak nya harus menjadi orang. Anak-anak nya harus mengenyam pendidikan setinggi-tingi nya. Karna Naning memahami bagaimana pahit nya hidup jika tidak berpendidikan tinggi, bagaimana sakit nya mengais rezeki dengan cara kasar.
Karna kegagalan nya di masa lalu Naning tidak mau anak nya mengalami hal yang sama dengan nya. Naning selalu menjadikan apa yang di alami nya sebagai contoh nyata yang dapat di jadikan pelajaran hidup untuk anak-anak nya. Agar jangan menjalani hidup hanya sekedar memikirkan apa yang diinginkan hari ini tanpa memikirkan bagaimana besok.
Selesai menggoreng kerupuk dan mengemas kerupuk seperti biasa, Caca pergi mandi dan bersiap akan mengantarkan kerupuk-kerupuk nya.
"assalammualaikum" terdengar suara seorang pemuda memberi salam di depan pintu rumah nya. "waalaikumsalam" Naning menjawab sambil membuka pintu rumah nya.
Ternyata Hanif yang datang. Hanif adalah seorang pemuda berbadan tinggi dan tegap, berambut ikal dan kulit sawo matang, bermata sipit dan berwajah oval.
Hanif merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pemilik salah satu pusat perbelanjaan dan pabrik tekstil yang cukup ternama di kota tempat mereka tinggal dan Hanif pun merupakan CEO muda di salah satu cabang perusahaan ayahnya.
Hanif datang keruma Naning bukan tanpa tujuan, tujuan nya jelas. Caca merupan tujuan utama Hanif hampir satu bulan ini sering mampir setiap sore nya menyambangi rumah Naning sepulang nya ia dari bekerja.
"sudah pulang Nif? Kok cepat hari ini?" tanya Naning karna di lihat nya jam masih jam tiga sore, dan biasa Hanif datang di jam empat sore.
"Ia ni bu, agak longgar pekerjaan di kantor hari ini, jadi Hanif fikir mau pulang cepat sekali-kali dan sekalian Hanif mau mengajak Caca keluar sebentar bu" jawab Hanif sambil tersenyum ke pada Naning.
Caca yang baru selesai mandi mendengar Naning seperti sedang berbicara dengan seorang laki-laki di ruang tamu, dan itu bukan suara ayah nya. Caca pun bergegas memakai pakaian nya dan segera keluar kamar untuk melihat suara siapa itu.
"Eh kamu, kok sudah datang ? Baru jam berapa ini ?! Dan kenapa sih kamu tidak ada bosan-bosan nya datang kerumah ku" kata Caca dengan nada agak keras sambil berjalan keluar dari kamar nya.
Satu bulan lalu saat pulang mengantarkan kerupuk ke kios-kios, Caca sangat terburu-buru hingga membawa sepeda motor nya dengan kecepatan 80km/jam bahkan hampir melebihi itu. Kondisi jalan agak licin karna cuaca sedang gerimis tanpa henti dari pagi.
Di waktu yang sama ada sebuah mobil ferarri merah yang melaju di depan sepeda motor yang dikendarai Caca. Tanpa aba-aba mobil itu berhenti begitu saja di tengah jalan.
Ternyata Hanif adalah pengemudi mobil mewah itu. Saat itu Hanif sedang menyetir sambil melihat handfone nya. Dan ada salah seorang klien yang menelfon, saat Hanif akan menjawab panggilan itu, telfon yang di pegangnya terjatuh. Sontak Hanif yang terkejut langsung menginjak rem secara mendadak.
"braaaaaaak…."suara sesuatu menghantam bagian belakang mobil nya.
Hanif secepat kilat turun dari mobil nya untuk melihat sumber suara itu. "Apakah itu geluduk di siang bolong?!" gumaman Hanif sambil turun dari mobil nya.
"Au…au…au…"terdengar suara rintihan seorang wanita dari belakang mobil nya. Dan ternyata Caca lah yang menjadi sumber dari suara tadi yang di cari Hanif.
"Oh astagaaaa!!" ujar Hanif dengan nada kaget dan kesal. "kamu sedang apa ? Kenapa main petak umpet di belakang mobil ku?!" kata Hanif semakin kesal setelah melihat kindisi mobil nya yang sedikit tergores.
"Main petak umpet mata mu!" ujar Caca sambil berusaha berdiri dan menahan rasa sakit.
"Ya ampun !dasar ya manusia batu!liat orang sakit bukan nya di tolongin, malah diliatin doang !"sambung Caca yang kesal karna Hanif tak bergeming menolong nya. Caca berusaha mendirikan kembali sepeda motor milik nya.
"Dasar cewek ya!udah nyata-nyata salah bukan nya minta maaf, malah balik ngotot banget !" ujar Hanif yang mulai semakin kesal karna lecet pada mobil nya.
"Loh.....loh.....! Tunggu ya tunggu! Aku yang salah?aku?! Kenapa jadi aku yang salah? Jelas-jelas kamu yang berhenti tiba-tiba! Dan itupun ditengah jalan, bukan di pinggir, tanpa aba-aba lagi! Ya mana ku tau kalau kamu mau berenti". Cecar Caca geram dengan sikap batu Hanif.
Sangking terburu-buru dan pandangan yang terhalang rintik hujan membuat Caca tidak melihat bahwa mobil yang melaju dihapan nya tiba-tiba berhenti.